Pendahuluan
Dikisahkan
bagaimana Yesus yang sudah berumur 12 tahun diajak orang tuanya ke Yerusalem untuk merayakan
Paskah. Ketika mereka kembali ke Nazaret, Yesus tertinggal. Mereka kembali ke
Yerusalem mencarinya. Pada hari ketiga mereka menemukannya sedang duduk di
tengah-tengah para ahli agama di Bait Allah.
Pertumbuhan Yesus
sebagai anak tidak lepas dari peran Yusuf dan Maria sebagai orangtua
duniawiNya. Yusuf dan Maria selalu taat akan tradisi dan perintah Allah bagi
umat Yahudi, dimulai ketika Yesus disunat pada hari kedelapan (Luk 2: 21).
Perayaan paskah dalam nats ini adalah salah satu di antara tiga hari raya
festival yang selalu dirayakan umat Yahudi dalam setahun. Menurut hukum Yahudi,
setiap laki-laki dewasa perlu pergi ke Jerusalem untuk ketiga hari raya
festival tersebut (Kel 23:14-17; Ul 16:16). Kali ini Yusuf dan Maria datang
dalam perayaan terpenting yakni paskah, yang kemudian diikuti selama seminggu
dengan hari raya tidak beragi. Paskah ini merupakan perayaan memperingati orang
Israel dibebaskan dari Mesir dan bebas dari hukuman Allah kepada anak sulung
mereka (Kel 12:21-36).
Demikianlah kisah yang
terjadi, Yesus yang sudah berusia 12 tahun dibawa oleh orangtuanya ke Jerusalem
karena dianggap sudah cukup besar dan dewasa serta di dalam pikiran orangtuaNya
mempersiapkan Dia sebagai anak Taurat. Bagi umat Yahudi, anak memasuki usia 13
tahun dianggap sebagai anak Taurat, karena itu mereka terus belajar hukum-hukum
Taurat hingga beranjak dewasa.
Dari bacaan nats kita
pada minggu ini ada beberapa hal yang bisa kita pelajari, yakni sbb:
1. Tanggungjawab
orangtua dalam pertumbuhan fisik dan rohani (ayat 41-42)
Sebagai seorang anak
manusia, Yesus mengalami proses pertumbuhan fisik dan rohani. FisikNya sangat
sehat yang dibuktikan dengan keikutsertaanNya ke Jerusalem yang membutuhkan 4 –
5 hari perjalanan. Hal ini tentu tidak diperoleh seketika, melainkan memberi
perhatian lewat makanan dan juga kegiatan fisik sehingga tubuh Yesus sebagai
anak bertumbuh baik dan sehat. Tetapi di samping pertumbuhan fisik tersebut,
Yusuf dan Maria juga memperhatikan pertumbuhan rohani Yesus dengan mulai
mengajarkan dan mengikutkan dalam acara-acara rohani Yahudi tersebut, dan
membiasakan ikut dalam pengajaran-pengajaran agama Yahudi (Mzm 132:12). Hal
inilah yang mungkin menjadi latar belakang kehadiran Yesus di Bait Allah
tersebut, malah Yesus tidak terlalu menikmati perayaan yang biasanya
dilakukan dengan carnaval mengelilingi kota, tetapi justru Dia masuk ke dalam
Bait Allah untuk mendengar diskusi para rabi dan ahli taurat.
Inilah yang menjadi
tugas dan tanggungjawab orangtua di dalam membesarkan anak yang dianugerahkan
Tuhan kepada setiap keluarga.
2. Pentingnya pertumbuhan karakter bagi anak
(ayat 44-45)
Tradisi perayaan
paskah di zaman itu dirayakan dengan cara carnaval. Dalam arak-arakan itu
biasanya para lelaki berjalan di belakang untuk menjaga kaum wanitanya yang
berjalan di depan dari para pencopet dan pelaku jail lainnya. Yusuf dan Maria
membiarkan Yesus berjalan sendiri yang mungkin dengan kelompok lainnya. Di sini
tampak bahwa sebagai orangtua, Yusuf dan Maria, mereka mendidik kedewasaan
Yesus dengan “membiarkan” Dia untuk berjalan sendiri. Tetapi sikap ini juga
harus disertai tanggungjawab dan pengawasan dari orangtua. Maka ketika carnaval
sudah meninggalkan kota Yerusalem, mereka baru menyadari Yesus tidak ada dalam
rombongan (perjalanan Nazaret ke Jerusalam itu 4-5 hari sehingga sering
bermalam di jalan). Sebagai orangtua, Yusuf dan Maria akhirnya memutuskan untuk
kembali mencariNya.
Sebagaimana kita
ketahui, memberi kepercayaan seperti ini akan menumbuhkan kematangan dan sikap
tanggungjawab bagi seorang anak. Kebiasaan sebagian orangtua untuk tidak
memberi “kepercayaan” agar anak lebih matang, biasanya justru akan membuat anak
tersebut akan semakin lambat dewasa dan mandiri. Pengalaman dan tantangan yang
dialami dan dihadapi oleh seorang anak dalam kesendiriannya, akan menempa dia
menjadi anak yang tangguh. Inilah yang membentuk karakter anak tersebut menjadi
lebih siap dalam mengarungi kehidupan, sebagaimana Yesus kita lihat sebagai
manusia tidak pernah takut dalam menjalani pelayananNya. Ia bertambah di dalam
hikmat karena kasih karunia Allah ada di atas-Nya. Kodrat manusiawinya juga
sempurna, berkembang sempurna seperti yang diinginkan oleh Allah kepadaNya.
3. Kekuatiran yang bertanggungjawab dalam
pertumbuhan (ayat 46-49)
Hal ketiga yang bisa
dilihat, adanya kekuatiran dari Yusuf dan Maria. Mendidik anak dalam
kematangannya juga harus disertai pengawasan yang berlandasaskan kasih. Itulah
yang terlihat pada Yusuf dan Maria, ketika menyadari Yesus tidak bersama
mereka. Keduanya langsung kembali yang menunjukkan betapa tanggungjawab dan
baiknya cinta kasih di antara mereka. Kasih berbuahkan kedekatan. Bahkan ketika
mereka menemukan Yesus ada di Bait Allah, unsur kasih dan kedekatan ini
terlihat dengan respon Maria yang tampak girang, tercengang (walau sedikit
marah) dengan mengatakan: “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap
kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau" (ayat 48). Jawaban
Yesus juga sangat sederhana tetapi matang: "Mengapa kamu mencari Aku?
(ayat 49a). Kehangatan kasih sayang itulah yang ikut mewarnai pertumbuhan
Yesus, yang dalam perkembangannya kemudian Yesus dalam pelayanan perasaanNya
sangat peka terhadap orang lain, hati-Nya selalu penuh dengan kehangatan kasih
sayang. Itulah buah hubungan kasih sayang antara anak dan orangtua.
Maria yang menyadari
Yesus adalah Anak Allah sangat kuatir akan keberadaan Yesus, yang tetap merasa
Yesus masih “seorang anak kecil”. Seorang ibu biasanya sangat sulit melihat
pertumbuhan anaknya yang semakin hari semakin besar, bahkan seolah-olah tidak
rela semakin dewasa. Ini juga sama halnya ketika kita memiliki seorang bawahan
yang berkembang, kadang ada rasa “tidak menerima” bawahan kita tersebut
dipromosi menjadi pimpinan atau manager, atau bekas mahasiswa kita menjadi
dosen. Tetapi haruslah demikian, kita biarkan dengan sukacita, bagaikan anak
burung yang belajar terbang dengan sayapnya, melayang ke atas dan terbang
tinggi sebagaimana Allah merencanakan hal tersebut dalam kehidupannya.
4. Belajar sebagai dasar pertumbuhan
Bait Allah sangat
popular di wilayah Yudea sebagai tempat belajar. Rasul Paulus juga belajar di
tempat-tempat tersebut di bawah bimbingan gurunya Gamaliel (Kis 22:3). Pada
masa paskah biasanya topik yang didiskusikan adalah tentang kedatangan Mesias
dan para peserta yang hadir di Bait Allah umumnya para rabi-rabi terkenal ikut
dalam diskusi seperti itu. Kita tahu bahwa umat Yahudi sangat merindukan
datangnya Mesias mengingat kerajaan Romawi yang menjajah mereka begitu lama.
Di tempat inilah
kemungkinan Yesus mulai menyadari diriNya sebagai Anak Allah. Itulah yang
membuat jawaban Yesus kemudian, ”… Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada
di dalam rumah Bapa-Ku?" (ayat 49b). Yusuf dan Maria mungkin sedikit
memahami apa arti kata “di rumah Bapaku”(ayat 50). Mereka tahu akan hubungan
yang khusus Yesus dengan Allah sebagaimana peristiwa pesan-pesan malaikat
tentang kehamilan dan peristiwa kelahiran Yesus. Tetapi mereka belum tahu
persis akan rencana Allah terhadap Yesus sehingga bagi mereka tetap membesarkan
Yesus beserta adik-adikNya laki-laki dan perempuan (Mat 13:55-56). Bagi mereka
Yesus adalah anak normal sebagaimana anak-anak lainnya dan tetap mengikuti
pelajaran-pelajaran Taurat. Nats ini menyimpulkan, “Maria menyimpan semua perkara
itu di dalam hatinya” (ayat 51), dalam arti Maria mepergumulkan dan merenungkan
semua peristiwa tersebut.
Yesus menyadari
ayah-ibunya adalah Yusuf dan Maria. Ia tetap respek terhadap keluarga dan
orangtuanya itu sehingga kemudian Yesus kembali ikut pulang ke Nazareth.
Alkitab tidak menjelaskan bagaimana Yesus bertumbuh selama 18 tahun kemudian.
Namun, kita dapat lihat Ia pasti senang dan terus rajin belajar firman Tuhan
sebagaimana Ia perlihatkan di Jerusalem. Demikian juga Ia belajar dan bertumbuh
menjadi seorang tukang kayu dan membantu Yusuf, ayah duniawiNya. Kesiapan ini
juga yang membuat Ia dapat menggantikan Yusuf sebagai sumber penghasilan dan
kepala keluarga (Yusuf kemungkinan mati muda, lihat Mrk 3:31 dan Mrk 6:3). Dia
juga tidak memandang rendah pekerjaan tangan dan kasar. Yesus tetap dalam
kehidupan biasa, “makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya,
dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia” (ayat 52), sampai Ia mulai dalam
pelayanan penuhNya setelah dibaptis di sungai Jordan sesuai dengan misi Allah
kepadaNya.
Kesimpulan
Nats dalam minggu ini
kita diajarkan tentang pertumbuhan Yesus sebagai anak manusia dan hubungannya
dengan Yusuf dan Maria, ayah-ibu duniawiNya. Kita diajarkan melalui kehidupan
Yesus akan tanggungjawab orangtua dalam pertumbuhan fisik dan rohani anak-anak.
Demikian juga dengan pentingnya pertumbuhan karakter bagi anak dengan memberi
mereka tanggungjawab dan kemandirian sejak awal. Memang kekuatiran selalu ada
dalam pertumbuhan tersebut, tetapi sepanjang itu dilakukan dengan penuh kasih
dan tanggungjawab, maka hasilnya akan selalu baik sebagaimana kita lihat dalam
kehidupan Yesus. Yesus terus belajar dalam kehidupannya sebagai dasar
pertumbuhan pribadiNya sehingga siap menyongsong masa depan pelayananNya. Mari
kita terus belajar dari kehidupan Yesus. Amen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar