Minggu, 06 Desember 2015

HIDUP YANG BERKUALITAS Efesus 4: 11 – 16


“Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak aLlah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus…..di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala ke arah Dia, Kristus, yang adalah kepala.” (Efesus 4:13-15)
Dalam situasi kehidupan yang telah mengglobal seperti sekarang ini akibat kemajuan teknologi dan perkembangan pasar bebas antar negara sering kita mendengar istilah Sumber Daya Manusia (SDM) dan Kualitas kehidupan. Dalam kehidupan kita sekarang ini seseorang dikatakan mempunyai sumber daya apabila ia bermanfaat dan berguna bagi proses produksi suatu barang atau jasa tertentu. Semakin baik, semakin terampil semua orang mencarinya. Tetapi ketika ia tidak lagi mampu berfungsi untuk bekerja pada suatu bidang pekerjaan yang menghasilkan uang maka ia akan dibuang dan dilecehkan. Oleh sebab itulah dalam jaman sekarang ini pandangan umum terhadap kelompok manusia usia lanjut (manula) dan mereka yang cacat anggota tubuhnya sering dinilai sudah tidak lagi bersumber daya.
Di dalam kehidupan sekarang ini juga terjadi perendahan makna kualitas hidup manusia. Hidup seseorang dikatakan berkualitas hanya jika ia sukses dalam pekerjaan, sukses pelajaran di sekolah atau kampus, berhasil mendapatkan uang sebanyak mungkin atau ketika seseorang dapat mengikuti gaya hidup modern, yaitu mampu membeli dan mengikuti produk-produk keluaran terakhir yang mahal. Beberapa iklan di TV juga turut mengembangkan pemahaman ini dimana iklan-iklan itu mendorong pembeli membeli produk-produk tertantu dengan embel-embel supaya hidupnya dinilai berkualitas. Jika tidak memakai produk yang ditawarkan maka dinilai belum berkualitas hidupnya.
Apa sebenarnya makna dan ukuran kualitas hidup kita sebagai orang-orang beriman di tengah dunia yang terus berubah yang merupakan milik Allah ini?
Alkitab kita tidak pernah melihat dan memahami kualitas kemanusiaan kita seperti yang menjadi kecenderungan sekarang ini. Khususnya dalam bacaan kita hari ini, Efesus 4: 11 – 16, kita dapat melihat bahwa  Paulus mempunyai pandangan dan penilaian yang lain dalam menilai kualitas sumber daya dan kulaitas hidup seseorang. Setidaknya Paulus mengatakan ada tiga hal yang patut kita perhatikan untuk melihat dan menilai kulaitas hidup kita sendiri dan hidup orang lain. Ketiga hal itu ialah sebagai berikut:
Pertama, hidup seseorang dikatakan berkualitas apabila mempunyai kedekatan hubungan pribadi yang mendalam dengan Tuhan Allahnya. Atau dengan kata lain apakah kita mempunyai ikatan emosional dengan Tuhan kita. Pengertian emosional disini jangan diartikan kalau berdoa harus menangis, apabila bernyanyi harus bertepuk tangan, kalau berdoa harus berteriak-teriak atau tertawa. Tetapi yang dimaksudkan disini ialah apakah kita merasa begitu dekat dan selalu ingin menaati segenap perintahNya. Sehingga apabila berdoa itu benar-benar keluar dari hati kita yang paling dalam, pada saat menyanyi kita menyanyi dengan sungguh-sungguh dan penghayatan yang penuh. Apa yang kita lakukan tidak dibuat-buat.
Paulus dalam ayat berikutnya mengatakan kalau kita mempunyai kedekatan atau hubungan emosional seperti ini maka kita tidak akan terombang-ambingkan oleh berbagai macam rupa angin pengajaran yang dapat menyesatkan kita dari hadapan Tuhan. Saudara ada banyak ajaran baru yang dikemas dengan sangat menarik sehinga orang tertarik. Tetapi kalau kita teliti maka apa yang mereka ajarkan sebenarnya menyesatkan kita. Misalnya ada ajaran yang mengatakan bahwa kalau ikut Tuhan semua persolan beres, tidak akan menemui kesulitan, semua urusan bisnis pasti lancar, kaya dan berkelimpahan. Tetapi kalau kita tidak mengalami itu semua maka berarti iman kita belum beres dan belum sungguh-sungguh terima Tuhan sebagai Juruselamat. Saudara, menarik apa yang diajarkan tetapi sebenarnya menyesatkan. Mengapa? Sebab dalam firman Tuhan dikatakan bahwa setiap orang mengikut Tuhan pasti memikul salib. Ini berarti tidak semua urusan akan selalu berjalan mulus. Tidak selalu sukses dalam dagang dan mungkin suatu saat kita merugi. Tuhan tidak menjanjikan langit selalu cerah atau matahari selalu bersinar dengan terangnya bagi para pengikutNya. Yang Tuhan janjikan ialah kekuatan, penghiburan dan kemampuan dalam menghadapi semua tantangan kehidupan yang kita hadapi.
Di samping itu, mereka yang mempunyai ikatan emosional dengan Tuhan Allahnya akan melibatkan dirinya dalam pengembangan gereja. Ia tidak berpikir apa yang dapat gereja berikan baginya melainkan apa yang dapat dilakukannya bagi pertumbuhan gereja dimana ia menjadi anggotanya.
Akibat lain apabila mempunyai hubungan yang emosional dengan Tuhan Allahnya ialah mereka selalu mengucap syukur dalam segala hal. Dalam susah dan senang mereka tidak melupakan Tuhannya. Dalam kegagalan mereka tidak undur diri dai hadapan Tuhan melainkan mencari letas penyebab kegagalannya itu dan berupaya memperbaikinya. Mereka menyakini bahwa Allah akan turut bekerja dalam setiap tindakan yang mereka lakukan.
Kedua, hidup seseorang dikatakan berkualitas apabila memiliki kedewasaan dan kematangan dalam menjalani kehidupannya. Saudara, sekarang ini tampaknya budaya instant sudak merasuki kehidupan manusia. Ada kopi instant, susu instant, ijazah instant dan lain sebagainya. Orang pada umumnya tidak mau repot-repot. Semuanya ingin serba cepat. Karena itu jangan heran kalau kita melihat atau mendengar ada orang yang menghalalkan segala cara untuk cepat meraih kedudukan, kekayaan dan sebagainya. Seseorang yang memiliki kamatangan dan kedewasaan tidak melakukan hal itu. Sebab ia menyadari bahwa untuk meraih suatu keberhasilan diperlukan waktu, tenaga, kesabaran, ketekunan dan kerja keras.
Selain itu, seseorang yang mempunyai kematangan dan kedewasaan dalam hidup menyadari bahwa ia tidak dapat hidup tanpa kehadiran orang lain. Ia menyadari dirinya tidak berarti tanpa orang lain berada di sekitarnya. Mereka yang menyadari ini tentu akan bersikap mau menerima kepelbagaian suku bangsa dan agama seseorang. Ia juga akan menyadari dan menerima orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Seperti dirinya sendiri mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Ketiga, hidup seseorang berkualitas ketika ia mampu mengetahui kebenaran dan melakukan kebenaran dalam hidupnya. Saudara, apa ukurannya kalau dikatakan bahwa kita mampu mengetahui suatu kebenaran dan melakukan kebenaran itu? Dalam Yesaya 32: 17 dikatakan, “Dimana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan, dan ketentraman untuk selama-lamanya.” Dengan demikian jika apa yang kita pikirkan dan perbuat itu mendatangkan damai sejahtera, ketenangan dan ketentraman bagi  mereka yang ada di sekitar kita apakah di tengah keluarga, temnpat kerja, sekolah dan pergaulan lainnya; maka dapat dikatakan bahwa apa yang kita pikirkan dan perbuat itu adalah sebuah kenaran. Tetapi sebaliknya jika mereka yang ada di sekitar kita justru merasakan ketakutan, kecemasan, kekuatiran; itu berarti apa yang kita pikirkan dan lakukan adalah sebuah ketidak benaran.
Dunia kehidupan kita sedang berubah dan akan terus mengalami perubahan. Ada perubahan yang mendatangkan kebaikan, misalnya kemajuan teknolgi; tetapi juga ada perubahan yang tidak baik, yaitu melihat dan menilai kualitas manusia dari sudut fungsi, manfaat, kesuksesan dan kemwahan. Sebagai umat beriman kita jangan terjebak dalam pola penilaian seperti itu.  Tetapi marilah kita dalam kehidupan sehari-hari dan khususnya ditengah keluarga kita masing-masing memperlihatkan sikap yang mempunyai kedekatan hubungan dengan Tuhan, kematangan dan kedewasaan dalam hidup serta mampu melihat dan melakukan kebenaran. Sehingga mereka yang berada dekat dengan kita merasakan damai sejahtera, ketenangan dan ketentraman.
Di akhir renungan ini saya ingin menyampaikan petikan sebuah puisi yang bertutur demikian:
Yang dunia butuhkan
Seorang yang rendah hati yang menyadari keterbatasannya
Seorang yang yakin bahwa dirinya akan lumpuh jika tidak ditopang oleh sesamanya
Seorang yang sudi menjadi penopang sesamanya
Seorang yang lebih rindu memberi daripada meminta
Seorang yang tetap tersenyum walau kesuksesan terasa jauh dari hidupnya
Seorang yang dapat menghargai perbedaan yang ada
Seorang yang tetap mengasihi sesamanya yang tidak lagi mampu berbuat apa-apa
Dunia membutuhkan orang yang berkualitas demikian
Tuhan memberkati Saudara. Amin


1 komentar:

Unknown mengatakan...

Terima Kasih Opung buat khotbah yang selalu di posting di blogger opung.
Terima Kasih buat penggembalaannya bagi Jemaat Perumnas Helvetia, terutama buat Weyk I.
Terima Kasih Opung..
Jangan pernah lelah buat berkotbah lewat blog ya pung...