Pengantar
Jesaya
35 termasuk dalam proto Yesaya,
menuliskan tentang bangsa Israel yang terancam oleh bangsa-bangsa disekitarnya
terutama Asyur yang pada saat itu mau memperluas daerah kekuasaannya. Dalam
situasi ketakutan ini bangsa Israel mengharapkan jalan keluar yaitu
mengandalkan Mesir bukan Tuhan. Jesaya Pasal 35 secara jelas menggambarkan
situasi bangsa ini : seperti gurun, padang kering, tangan yang lemah lesu,
lutut yang goyah. Digambarkan keadaan yang “tawar hati” patah semangat alias
setengah pingsan. Dalam keadaan yang demikianlah Yesaya memberikan khabar
sukacita tentang pengharapan akan datangnya penolong yaitu : ... Allahmu akan
datang dengan pembalasan... Ia sendiri datang menyelamatkan kamu ! ( Yesaya 35
: 4 ). Dengan demikian bangsa Israel diberi pemahaman keselamatan dan
kebahagiaannya tidak didapat dengan usaha sendiri atau pertolongan bangsa Mesir
tetapi Allahlah yang menyelamatkan. “Habis gelap terbitlah terang” adalah
ungkapan yang cocok untuk menggambarkan isi berita bacaan kita hari ini.
Suasana gelap itu dapat kita lihat pada pasal-pasal sebelumnya di mana Yesaya
memberitakan berbagai macam hukuman yang mengerikan. Sekarang Yesaya justru
memberitakan datangnya terang, yaitu keselamatan dan pemulihan dari Tuhan
Beberapa tahun yang
lalu sebuah tulisan berjudul “ The God is dead”. Dalam tulisan tersebut,
dipertanyakan eksistensi atau kebaradaan kemahakuasaan dan Kasih Allah untuk
menyelamatkan manusia. “jika Tuhan masih hidup Dia tidak akan membiarkan
terjadinya peperangan, kelaparan , penindasan dsbnya”.
Dengan kata yang berbeda tetapi dalam pengertian yang hampir sama, Ketika kita diperhadapkan kepada hidup di tengah-tengah situasi yang tidak menentu, penuh ancaman, bahaya dan penderitaan, bekerja di bawah tekanan orang lain, dan beribadah di tengah-tengah ketidakpastian keamanan di negara kita ini, Saat menjalani masa-masa sulit, masa-masa suram dan bahkan lembah kekelaman dalam hidup ini, kita kehilangan sukacita , menjadi tawar hati dan pesimistis, seperti: dukacita dan, perasaan tertolak, marah, iri hati, kebencian, dendam, permusuhan, kekecewaan, dll. Kita katakan Tuhan tidak adil, Tuhan tidak lagi berpihak kepada kita. “The God is dead”.
Dengan kata yang berbeda tetapi dalam pengertian yang hampir sama, Ketika kita diperhadapkan kepada hidup di tengah-tengah situasi yang tidak menentu, penuh ancaman, bahaya dan penderitaan, bekerja di bawah tekanan orang lain, dan beribadah di tengah-tengah ketidakpastian keamanan di negara kita ini, Saat menjalani masa-masa sulit, masa-masa suram dan bahkan lembah kekelaman dalam hidup ini, kita kehilangan sukacita , menjadi tawar hati dan pesimistis, seperti: dukacita dan, perasaan tertolak, marah, iri hati, kebencian, dendam, permusuhan, kekecewaan, dll. Kita katakan Tuhan tidak adil, Tuhan tidak lagi berpihak kepada kita. “The God is dead”.
Yesaya 35:4-7a dimulai
dengan instruksi singkat untuk untuk tidak takut. Instuksi ini juga menekankan
pembalikan besar yang terjadi melalui kehadiran TUHAN. Padang pasir berubah
dari tempat yang kering dan tandus menjadi tanah yang subur dengan kelimpahan
air, orang buta akan melihat, orang tuli akan mendengar, dan orang lumpuh akan
"melompat seperti rusa".
Renungan
Sukacita yang besar
akan dinyatakan bagi umat Tuhan, suatu sukacita yang melebihi masa keemasan
raja-raja sebelumnya di Israel, termasuk pada masa raja Hizkia di Yehuda. Dalam
konteks yang lebih luas, teks ini seolah-olah menjawab balik masa-masa
kesuraman oleh karena penghakiman Allah atas dunia (lih. Yesaya 24),
Seiring dengan ancaman
hukuman Allah yang memang bukan sekadar omong kosong itu, ternyata Allah itu
juga adalah pengasih dan setia. Ternyata Allah yang menghukum itu adalah juga
Allah sumber hidup yang menerbitkan dan mengembalikan segala sesuatu menjadi
baru dan indah. Kasih dan setia Allah itulah yang kembali menebar semarak
pengharapan umat. Pengharapan yang sempat layu dan kering kini digantikan
dengan suatu janji yang menyatakan bahwa Allah berpihak pada mereka. Kengerian
akan diganti dengan kesukaan, kebinasaan akan ditaklukkan oleh kehidupan baru.
Keberpihakan Allah ini terungkap melalui kata-kata: "Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah,
Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri
datang menyelamatkan kamu!" (ay. 4).Ada kesembuhan, pemulihan
hubungan, perubahan alam, kedamaian, pembaruan kondisi hidup. Janji ini tidak
dibatasi oleh lingkup jasmani dan rohani saja, melainkan janji yang berdimensi
kekal menembus batas-batas keberadaan manusia. Kata “Ia sendiri akan datang”
menyatakan bahwa Allah yang berinisitif, Allah yang memulai, Allah yang tidak
tega atas keberadaan umatNya yang hidup oleh berbagai penderitaan yang terjadi.
Hal ini merupkan eksistensi Allah terhadap umatNya: ketika manusia/Adam dan
Hawa memakan buang yang dilarang oleh Tuhan, menusia ia bersembunyi/melarikan
diri dari hadapan Allah, namun Allah berinisiatif, mencari: ”Dimanah
engkau???”(Kej. 3 : 9).
Gambaran kehidupan
yang dilakonkan bangsa Israel dalam banyak aspek mereka bukan lagi seperti umat
pilihan Allah. Mereka malah menjadi pemberontak, krisis terjadi di mana-mana,
seperti krisis politik, ekonomi dan bahkan agama. Kemerosotan-kemerosotan moral
dan kehidupan spiritual sudah sangat memprihatinkan, malah dalam arti tertentu
bangsa Israel mungkin lebih bobrok dan bebal dari bangsa-bangsa lain di
sekitarnya; dan konsekuensinya adalah hukuman yang datang bersamaan dengan
hilangnya pengharapan akan keselamatan dan pembaharuan.
Kenyataan yang
dilakonkan oleh bangsa Israel, kini terjadi juga berulang-ulang terjadi dalam
kehidupan bangsa pilihanNya. Jika kita dalam “komunitas” gambaran diatas maka
BERTOBATLAH.
Sukacita besar
dinyatakan karena Allah sendiri akan membuat suatu perubahan dan pembaharuan
yang sangat signifikan dalam diri umat manusia, yang tidak mungkin dikerjakan
oleh manusia, bahkan tidak mungkin dilakukan oleh para raja siapa pun. Perubahan
dan pembaharuan ini terungkap terungkap dalam ayat 5-6a: “Pada waktu itu mata
orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka.
Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu
akan bersorak-sorai”.
Sukacita besar karena
Allah sendiri akan membuat alam menjadi sumber kehidupan dan kesegaran.: “sebab
mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara; tanah pasir
yang hangat akan menjadi kolam, dan tanah gersang menjadi sumber-sumber air; di
tempat serigala berbaring akan tumbuh tebu dan pandan”. Kiasan ini ingin
menekankan pembaruan yang ajaib dan dahsyat yang jauh melebihi kuasa
pemerintahan siapa pun, dan jauh lebih besar dari hukuman yang dijatuhkan (Ayat
6b-7)
Penutup:
Pernahkah Anda kehilangan harapan, atau paling tidak hampir kehilangan pegangan hidup? Bagaimana rasanya hidup di tengah-tengah situasi yang tidak menentu, penuh ancaman, bahaya dan penderitaan? Bagaimana rasanya bekerja di bawah tekanan orang lain, dan dihantu-hantui oleh ancaman mutasi yang tidak jelas alasannya? Bagaimana rasanya hidup bergereja dan beribadah di tengah-tengah ketidakpastian keamanan di negara kita ini? Bagaimana pula perasaan kita melihat orang-orang yang dengan jelas-jelas menyalahgunakan kekuasaan, wewenang dan jabatan demi kepentingan diri sendiri, termasuk orang-orang yang memperjual-belikan hukum di negara kita ini? Bagaimana perasaan kita melihat orang-orang yang telah merusak alam dan lingkungan hidup kita tapi malah bebas berkeliaran dan semakin “menggila” dalam usahanya merusak kehidupan di alam ini? Bagaimana dengan orang-orang yang sudah “resistan” terhadap kritikan karena ketidakadilan yang mereka lakukan?
Pernahkah Anda kehilangan harapan, atau paling tidak hampir kehilangan pegangan hidup? Bagaimana rasanya hidup di tengah-tengah situasi yang tidak menentu, penuh ancaman, bahaya dan penderitaan? Bagaimana rasanya bekerja di bawah tekanan orang lain, dan dihantu-hantui oleh ancaman mutasi yang tidak jelas alasannya? Bagaimana rasanya hidup bergereja dan beribadah di tengah-tengah ketidakpastian keamanan di negara kita ini? Bagaimana pula perasaan kita melihat orang-orang yang dengan jelas-jelas menyalahgunakan kekuasaan, wewenang dan jabatan demi kepentingan diri sendiri, termasuk orang-orang yang memperjual-belikan hukum di negara kita ini? Bagaimana perasaan kita melihat orang-orang yang telah merusak alam dan lingkungan hidup kita tapi malah bebas berkeliaran dan semakin “menggila” dalam usahanya merusak kehidupan di alam ini? Bagaimana dengan orang-orang yang sudah “resistan” terhadap kritikan karena ketidakadilan yang mereka lakukan?
Masih banyak lagi
hal-hal yang bisa kita tanyakan pada diri sendiri dalam hidup ini, bahkan dalam
hidup berkelompok, bergereja, bermasyarakat dan berbangsa.
Apa yang dapati kita
lakukan?
Pertama,kita harus tetap memercayai janji
keberpihakanAllah bagi kita, sebab Dia sudah menunjukkan kita dalam diri Yesus
Kristus. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sendiri sebab Dia mengerti dan
peduli akan keadaan kita.
Kedua,kita harus tetap memiliki harapan
bahwa Tuhan Yesus pasti datang lagi untuk menyelamatkan, mengubah dan
membaharui dunia di mana kita saat ini berada, dan karenanya kira harus tetap
setia melakukan firman Tuhan.
Ketiga, kita juga harus bisa menjadi
agen perubahan dan pembaharu bagi manusia, alam dan lingkungan di mana kita
berada.
Dia akan datang dan
menyelamatkan kita. Dia akan datang kembali pada akhir zaman, untuk
membinasakan mereka yang telah membuat kesusahan dan penderitaan di dunia ini.
Dia akan datang untuk memberi kelegaan bagi mereka yang tadinya tertindas dan
teraniaya. Dia akan datang untuk memberi kelegaan bagi kita semua seperti yang
dikatakan-Nya: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat,
Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius 11:28). Kalau begitu, masihkan
kita lemah-lesu, goyah, tawar hati dan takut?
Kita harus tetap
memercayai janji keberpihakan Allah bagi kita, sebab Dia sudah menyatakan KasihNya
dalam diri Yesus Kristus. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sendiri sebab
Dia mengerti dan peduli akan keadaan kita.
Kita harus tetap
memiliki harapan bahwa Tuhan Yesus pasti datang lagi untuk menyelamatkan,
mengubah dan membaharui dunia di mana kita saat ini berada, dan karenanya kira
harus tetap setia melakukan firman Tuhan.
Ketika Tuhan mengunjungi umatNya, hanya ada satu jawaban yang tepat. Semua ciptaan dan kemanusiaan ditransformasikan pada penampilan Allah, dan semua bergembira bersama dan bersorak-sorai. Amen
Ketika Tuhan mengunjungi umatNya, hanya ada satu jawaban yang tepat. Semua ciptaan dan kemanusiaan ditransformasikan pada penampilan Allah, dan semua bergembira bersama dan bersorak-sorai. Amen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar