Perjalanan Tuhan Yesus
ke daerah dekat kota Tirus, ke daerah yang bagi orang Yahudi adalah daerah
kafir, adalah bukti bahwa Kristus sedang menunjukkan kasih Allah yang terbuka
bagi semua orang. Di sana Kristus didatangi oleh seorang Ibu, yang bukan orang
Yahudi, kelahiran daerah Fenisia di Siria. Daerah ini adalah kampung halaman
Izebel yang keji itu, isteri dari Raja Ahab yang merampas kebun anggur Nabot.
Lihatlah, betapa kasih Allah yang menyelamatkan merengkuh dan menembus
sekat-sekat dosa-dosa manusia. Diceriterakan, bahwa dalam perjalanan-Nya
dari pantai Danau Galilea menuju daerah Tirus(Pesisir Utara Galilea), Yesus
mampir sejenak di sebuah rumah untuk beristirahat. Maksudhati tidak ingin
diketahui, tetapi kehadiran-Nya memang selalu menarik perhatian banyak orang,
sehingga mereka mengerumuni-Nya.
Di antara orang banyak
itu, terdapat seorang perempuan Siro-Fenisia, yang anaknya sedang kerasukan roh
jahat. Perempuan itu segera datang kepada Tuhan Yesus dan tersungkur sambil
memohon agar anaknya disembuhkan. Tapi apa jawab Yesus ? "Biarlah
anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi
anak-anak danmelemparkannya kepada anjing." (Markus 7 : 27)
Jawaban Yesus terkesan
mengesankan keengganan-Nya untuk menolong perempuan itu. Selain itu, terkesan
pula bahwa Dia ingin lebih mendahulukan karya-Nya kepada umat Israel sebagai
umat pilihan Allah. Sebab kita tahu, bahwa secara ritual, status anak hanya
ditujukan kepada orang-orang Israel sebagai umat pilihan Allah. Sedangkan
status "anjing" ditujukan kepada orang-orang non-Israel sebagai ganti
istilah "kafir" atas penyembahan mereka kepada berhala atau ilah-ilah
lain. Ya, mereka telah menajiskan dirinya karena mencemarkan diri kepada kuasa
kegelapan.
Apa respon perempuan
itu terhadap jawaban Tuhan Yesus ? Markus 7 : 28 menyebutkan begini :
"Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah
yang dijatuhkan anak-anak”. Wanita Siro-Fenisia tidak membantah terhadap
perkataan Kristus yang begitu pedas dan menyakitkan itu. Dia membenarkan
perkataan Tuhan Yesus bahwa dia secara ritual hanya berstatus sebagai “anjing”.
Karena itu dia hanya berhak makan remah-remah yang jatuh dari meja perjamuan
yang disediakan Allah kepada “anak-anak-Nya”. Dia tidak menuntut untuk
memperoleh makanan di meja perjamuan yaitu persekutuan umat Allah. Wanita ini
hanya meminta sisa-sisa makanan yang terbuang dari meja perjamuan Allah.
Dari jawaban wanita Siro-Fenisia tersebut justru kita dapat melihat kebesaran hatinya yang lahir dari iman kepada Kristus. Tepatnya wanita Siro-Fenisia tidak memperlakukan Tuhan Yesus sebagai obyek untuk memperoleh apa yang diinginkan hatinya, melainkan sebagai Mesias yang memiliki kuasa untuk mengusir roh jahat yang merasuki tubuh anaknya. Perempuan itu rela bersikap rendah serendahnya di hadapan Yesus sebagai bukti imannya kepada Tuhan Yesus.
Dari jawaban wanita Siro-Fenisia tersebut justru kita dapat melihat kebesaran hatinya yang lahir dari iman kepada Kristus. Tepatnya wanita Siro-Fenisia tidak memperlakukan Tuhan Yesus sebagai obyek untuk memperoleh apa yang diinginkan hatinya, melainkan sebagai Mesias yang memiliki kuasa untuk mengusir roh jahat yang merasuki tubuh anaknya. Perempuan itu rela bersikap rendah serendahnya di hadapan Yesus sebagai bukti imannya kepada Tuhan Yesus.
Dengan demikian, ada
dua hal yang bisa kita tangkap dari bacaan itu :
(1). Sikap yang terkesan kasar dari Tuhan Yesus hanyalah sebuah ujian atas kesungguhan iman dari perempuan Siro-Fenisia yang memohon anaknya untuk disembuhkan itu. Nyatanya, iman perempuan itu benar-benar teruji, sekalipun ia seakan-akan merasa terhina atas usahanya untuk memohon penyembuhan bagi anaknya. Keseriusan atas imannya nampak dari sikapnya dalam memohon kepada Tuhan Yesus…..sekalipun merasa direndahkan….. Jadi ada perbedaan antara meminta dan memohon. Perempuan itu menjadi contoh bagaimana seseorang memohon kepada Tuhan dalam iman yang sungguh-sungguh, yang dibuktikannya melalui sikap yang merendah serendahnya.
(2). Dua kisah penyembuhan Tuhan Yesus yang diawali kepada orang non-Yahudi lalu kepada orang tuli dan gagap, memperlihatkan bahwa tindakan Tuhan Yesus tidak pilih kasih. Ia melakukannya sesuai dengan kebutuhan orang-orang yang dilayani-Nya. Sekalipun pemohon pertama adalah orang bukan Israel, hal itu tidak menghambat-Nya untuk tetap menunjukkan kasih dan kepedulian-Nya. Itu berarti, Sikap Tuhan Yesus sama sekali tidak membedakan latar belakang dan status seseorang ketika disembuhkan…… Semua orang di mata Tuhan adalah pantas untuk ditolong. Begitulah perbuatan yang benar-benar dilandasi oleh iman yang benar….
(1). Sikap yang terkesan kasar dari Tuhan Yesus hanyalah sebuah ujian atas kesungguhan iman dari perempuan Siro-Fenisia yang memohon anaknya untuk disembuhkan itu. Nyatanya, iman perempuan itu benar-benar teruji, sekalipun ia seakan-akan merasa terhina atas usahanya untuk memohon penyembuhan bagi anaknya. Keseriusan atas imannya nampak dari sikapnya dalam memohon kepada Tuhan Yesus…..sekalipun merasa direndahkan….. Jadi ada perbedaan antara meminta dan memohon. Perempuan itu menjadi contoh bagaimana seseorang memohon kepada Tuhan dalam iman yang sungguh-sungguh, yang dibuktikannya melalui sikap yang merendah serendahnya.
(2). Dua kisah penyembuhan Tuhan Yesus yang diawali kepada orang non-Yahudi lalu kepada orang tuli dan gagap, memperlihatkan bahwa tindakan Tuhan Yesus tidak pilih kasih. Ia melakukannya sesuai dengan kebutuhan orang-orang yang dilayani-Nya. Sekalipun pemohon pertama adalah orang bukan Israel, hal itu tidak menghambat-Nya untuk tetap menunjukkan kasih dan kepedulian-Nya. Itu berarti, Sikap Tuhan Yesus sama sekali tidak membedakan latar belakang dan status seseorang ketika disembuhkan…… Semua orang di mata Tuhan adalah pantas untuk ditolong. Begitulah perbuatan yang benar-benar dilandasi oleh iman yang benar….
Lalu
apa pesan Firman Tuhan kali ini ?
Dalam gereja, ada tradisi "Siapa yang
berpendapat, maka dialah yang harus mengerjakannya". Kondisi ini jelas
membuat orang enggan berpendapat, apalagi bertindak dalam pelayanan nyata.
Ironisnya, seringpula terjadi di mana di dalam gereja menjadi kumpulan
orang-orang yang hanya berpendapat/berkomentar tentang banyak hal soal pelayanan
gereja. Banyak orang yang mengambil posisi sebagai para pemikir, tetapi tidak
untuk para pelayan yang mau berjerih lelah dengan pelayanan yang nyata. Di
sini, Firman Tuhan jelas menginginkan kita untuk memberikan waktu, tenaga,
pikiran dan segala talenta yang Tuhan berikan untuk perbuatan yang nyata dalam
pelayanan.
Lalu Yesus
menyembuhkan orang tuli dan gagap yang dibawa kepadaNya. Yesus memisahkan ia
dari orang banyak, Yesus ingin berdua saja dengan si tuli dan gagap itu, Yesus
ingin berelasi secara personal dan akrab. Dengan begitu, Yesus dapat ‘membuka’
ketulian dan kegagapan yang menghalangi orang itu untuk berelasi dengan orang
lain.
Injil hari ini sungguh
indah. Jika kita ingin merenungkannya secara lebih mendalam, kita dapat
merefleksikan bahwa sebenarnya kita semua juga sakit. Kita juga terkadang sakit
Tuli dan gagap. Kita terkadang tuli terhadap Tuhan yang hadir melalui orang-orang
yang berada disekitar kita. Banyak sekali orang-orang yang memerlukan bantuan
dari kita, tapi terkadang kita menutup telinga dan berpura-pura tuli sehingga
kita memiliki alasan untuk tidak mendengarnya. Kita juga terkadang Gagap. Kita
gagap dalam hal mewartakan kasih Allah kepada sesama. Entah mungkin karena
takut, malu, minder atau alasan lain. Karenanya kita jarang membantu orang
lain. Kita tidak bisa melihat Tuhan dalam diri orang lain.
Mungkin juga kita
kerap menjadi tuli dan gagap yang membuat kita tidak dapat berelasi dengan
sesama, kita tidak peduli dengan orang disekitar kita, kita acuh dan tidak mau
tau, kita sibuk dengan diri sendiri, kita tidak ‘meng-orangkan’ orang yang
disamping kita karena kita begitu sibuk dengan hp-hp/BB BB kita, kita sibuk berselancar
di dunia maya, hingga tidak heran kalau kita menjadi lupa akan banyak hal, kita
tidak tau apa yang terjadi di sekeliling kita, dan parahnya lagi kita tuli akan
panggilan Tuhan.
Oleh karenanya baiklah
kita datang kepada Yesus sendiri agar Dia berkenan menyembuhkan ketulian dan
kegagapan kita. Amen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar