Peranan wanita Kristen selalu menjadi pertanyaan yang menimbulkan pro dan
kontra dihubungkan dengan peranan wanita
dalam keluarga, gereja maupun masyarakat apalagi jika dihubungkan dengan
apa yang dikatakan Alkitab tentang peranan wanita dan budaya yang menjadi latar
belakang wanita tersebut maupun budaya di mana wanita tersebut tinggal dan
bermasyarakat.
Alkitab menjelaskan bahwa wanita seperti juga pria diciptakan oleh
Allah menurut gambar dan rupaNya (Kej. 1:27), sehingga “Alkitab harus menjadi
pedoman bagi setiap wanita yang sedang mencari makna dan eksistensinya di dunia
ini. Di dalam Alkitab kita dapat membaca bahwa Allah menciptakan wanita itu
menurut gambar dan rupa Allah.” Dalam Perjanjian Lama, Alkitab mengungkapkan
peranan wanita :
“Kaum wanita dianggap bagian integral dari umat perjanjian itu sehingga ‘laki-laki, perempuan dan anak-anak’ berkumpul untuk bersama-sama mendengar pembacaan Taurat di hadapan umum dan mengambil bagian dalam ibadah (mis. Ul. 31:12). Wanita-wanita yang setia kepada Tuhan dan pemberani seperti Hana, Abigail, Naomi, Rut dan Ester dikagumi, dan secara terus menerus dititikberatkan bahwa para janda harus diayomi.”
Dalam Perjanjian Baru, Alkitab juga menceritakan bahwa Allah memakai kaum wanita dalam sejarah dan rencana keselamatan yang Dia berikan melalui Yesus :
“Yesus datang dengan kegenapan waktu, lahir dari seorang perempuan (Gal. 4:4). Dalam perjalanan keliling Yesus dari kota ke kota, di samping para murid yang semuanya adalah pria, Ia ditemani juga oleh sekelompok wanita yang telah disembuhkanNya dan melayani Dia dari kekayaan mereka (Luk. 8:1). Sikap Yesus memulihkan martabat kaum wanita, Ia mengijinkan seorang pelacur mendatangiNya dari belakang sewaktu hendak duduk makan, membasahi kakiNya dengan air matanya…mungkin Yesus orang pertama yang berlaku hormat terhadap wanita ini (Luk. 7:36 dst)…rasul Paulus dalam maklumat akbarnya tentang kebebasan Kristiani…tidak ada laki-laki atau perempuan semua adalah satu di dalam Kristus Yesus (Gal. 3:28).”
“Kaum wanita dianggap bagian integral dari umat perjanjian itu sehingga ‘laki-laki, perempuan dan anak-anak’ berkumpul untuk bersama-sama mendengar pembacaan Taurat di hadapan umum dan mengambil bagian dalam ibadah (mis. Ul. 31:12). Wanita-wanita yang setia kepada Tuhan dan pemberani seperti Hana, Abigail, Naomi, Rut dan Ester dikagumi, dan secara terus menerus dititikberatkan bahwa para janda harus diayomi.”
Dalam Perjanjian Baru, Alkitab juga menceritakan bahwa Allah memakai kaum wanita dalam sejarah dan rencana keselamatan yang Dia berikan melalui Yesus :
“Yesus datang dengan kegenapan waktu, lahir dari seorang perempuan (Gal. 4:4). Dalam perjalanan keliling Yesus dari kota ke kota, di samping para murid yang semuanya adalah pria, Ia ditemani juga oleh sekelompok wanita yang telah disembuhkanNya dan melayani Dia dari kekayaan mereka (Luk. 8:1). Sikap Yesus memulihkan martabat kaum wanita, Ia mengijinkan seorang pelacur mendatangiNya dari belakang sewaktu hendak duduk makan, membasahi kakiNya dengan air matanya…mungkin Yesus orang pertama yang berlaku hormat terhadap wanita ini (Luk. 7:36 dst)…rasul Paulus dalam maklumat akbarnya tentang kebebasan Kristiani…tidak ada laki-laki atau perempuan semua adalah satu di dalam Kristus Yesus (Gal. 3:28).”
Dalam Alkitab sendiri pernyataan Paulus agar wanita berdiam diri dalam
pertemuan-pertemuan ibadah (I Kor. 14:34) menimbulkan pro dan kontra pula,
apalagi jika diteliti lebih lanjut dalam prakteknya Paulus memiliki beberapa
rekan sekerja wanita dalam usahanya memberitakan Injil Kristus. Dalam
Perjanjian Lama bangsa Israel pernah memiliki pemimpin wanita seperti Debora
sebagai hakim, dan dalam kitab Amsal ditulis puisi tentang pujian terhadap
wanita yang memiliki “kekayaan karakter” sehingga mampu berperan sebagai
“wanita yang cakap”. Kekayaan karakter inilah yang menjadi dasar sikap ingin
melakukan yang terbaik yang perlu dimiliki wanita Kristen masa kini sehingga
dapat berperan dalam keluarga, gereja maupun masyarakat.
WANITA DALAM AMSAL 31:10-31
Amsal 31:10-31adalah perikop yang ditulis dalam bentuk puisi, setiap
baitnya berisi gambaran mengenai istri yang cakap yang memiliki kekayaan
karakter dan peranan yang dapat memberikan teladan bagi kaum wanita pada
umumnya. Amsal sendiri adalah “perumpamaan orang pandai dengan menggunakan
kata-kata singkat terpilih, dengan maksud untuk merumuskan suatu hikmat dalam
kalimat pendek guna membantu ingatan dan mendorong mempelajarinya ..untuk
kehidupan sehari-hari.”
A. Karakter Wanita Menurut Amsal 31:10-31
A. Karakter Wanita Menurut Amsal 31:10-31
Wanita yang cakap memiliki pengertian “wanita yang memiliki semua
kebenaran, kehormatan dan kekuatan untuk melakukan semua hal-hal yang ada dalam
Amsal ini.” Kata yang sama dipakai juga dalam Amsal 12:4 dan Rut 3:11. Wanita ini mempunyai nilai yang tinggi
bahkan lebih dari permata, nilai yang sama diberikan kepada hikmat (Ams.
3:15, 8:11). Ayat 10 “Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih
berharga dari pada permata”, ini merupakan pertanyaan retoris. Istri (wanita)
yang cakap yang dimaksudkan disini adalah wanita yang memiliki karakter, ada
sekitar 5 karakter yang dapat menjadi teladan yang perlu dimiliki seorang
wanita Kristen untuk dapat berperan dalam kehidupan dan lingkungannya, yaitu:
1. Dapat Dipercaya
Dalam ayat 11“Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan
kekurangan keuntungan”, digunakan kata” xj;B’ batach {baw-takh’} – safely
trust”, untuk menunjukkan karakter “dapat dipercaya” sebagai “satu karakter
dasar yang berhubungan dengan kejujuran dan integritas yang harus dimiliki
wanita Kristen untuk dapat melakukan peranannya dengan baik” , sehingga
memberikan “keuntungan” yaitu jaminan kecukupan dan inspirasi kepercayaan. Jadi
karakter “dapat dipercaya” yang dimiliki wanita yang cakap memberkati wanita
tersebut juga orang lain.
2. Rajin
Ayat 13-19, 21-22, 24 dan 27, menunjukkan beberapa kata kerja yang
menyiratkan karakter “rajin” dari seorang wanita yang cakap, seperti :
a. Kata vrD darash {daw-rash’} “mencari”, berarti mau berusaha, bekerja keras.
3. Murah Hati
a. Kata vrD darash {daw-rash’} “mencari”, berarti mau berusaha, bekerja keras.
3. Murah Hati
Ayat 20 “ Ia memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan
tangannya kepada yang miskin.” dimana “hati yang murah adalah hati yang suka
memberi” , maka wanita Kristen yang “murah hati” dapat memakai perasaannya
untuk membuat dia berbuat sesuatu yang baik untuk orang lain, menjadi berkat.
4. Berhikmat
Ayat 12 dan 25-26, kata “Ia berbuat baik..” berarti mempunyai cukup
hikmat untuk mengetahui apa yang ia lakukan membawa kebaikkan, kata “…tertawa
tentang hari depan…” berarti tidak kuatir akan masa depan karena sudah
merencanakan dan mempersiapkan segala sesuatunya, kata “membuka mulutnya dengan
hikmat, pengajaran lemah lembut ada di lidahnya..” dapat dijabarkan wanita yang
berhikmat ini dapat memakai pembicaraannya untuk mengajarkan sesuatu kepada
orang lain. Wanita berhikmat tahu kapan dia dapat mengucapkan sesuatu kapan
tidak, karena setiap pembicaraannya mencerminkan hikmat yang dia miliki.
5. Takut akan Tuhan
Kata “takut akan Tuhan” dipakai dalam awal dari kitab Amsal (1:7)
sebagai kata kunci dari memiliki hikmat. Perikop yang membahas wanita yang
cakap menggunakan juga kata ini (31:30). Wanita yang bijaksana adalah wanita
yang takut akan Tuhan, karena takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan.
Jadi wanita yang cakap perlu memiliki karakter yang paling mendasar yaitu
“takut akan Tuhan” sehingga ia punya cukup hikmat, punya kemurahan hati,
kerajinan yang bijaksana serta dapat dipercaya.
B. Problematika Peranan Wanita
Wanita memiliki peran ganda di dalam rumah tangganya dan di luar
rumah. Peranan wanita dalam keluarga meliputi; perannya sebagai istri yang
menjadi penolong yang sepadan bagi suaminya, sebagai seorang ibu yang
memelihara dan mencukupi kebutuhan jasmani juga kebutuhan rohani anak-anaknya,
juga peran sebagai mertua dan menantu yang dapat saling membangun dan
memberkati keduanya.
Karier seorang wanita seringkali mempengaruhi peranannya dalam
keluarga, sebab keduanya menuntut waktu dan perhatian penuh, namun seorang
wanita yang memiliki hubungan dekat dengan Tuhan akan lebih peka dengan hikmat yang
dimilikinya, kapan dia harus berperan dalam keluarganya dan bagaimana ia harus
meniti kariernya.
Peranan wanita dalam gereja sering menimbulkan pro dan kontra, menanggapi pernyataan Paulus dalam 1Kor. 14:34 perlu dilihat konteksnya dimana “konteks luas pembicaraan dalam surat adalah soal karunia khusus jemaat. Karunia juga ada ‘cara mainnya’. Dalam konteks inilah perempuan harus berdiam diri dalam jemaat.” Jadi “sama seperti orang-orang yang berbahasa roh ‘hendaklah berdiam diri dalam pertemuan jemaat’ jika tidak ada yang dapat memberikan penafsirannya (I Kor. 14:28), dan seorang nabi harus berdiam diri jika seorang lain mendapat penyataan (ay. 30), maka demikian pula wanita-wanita yang suka berbicara ‘harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan jemaat’ jika ada yang hendak mereka tanyakan, mereka wajib menanyakan itu kepada suami mereka sesampainya di rumah (I Kor. 14:34). Sebab (dan inilah prinsip yang agaknya mengatur semua perilaku orang di gereja) Allah tidak menghendaki kekacauan tapi damai sejahtera (ay.33).” Dalam kenyataannya kaum wanita ikut berperan juga dalam gereja karena “harus diakui bahwa wanita telah membuktikan dedikasi mereka yang tidak kepalang tanggung dalam pelayanan gerejawi, sebagai diakones atau sebagai ujung tombak dalam pekabaran Injil.”
Wanita yang mengerti panggilannya sebagai bagian dari Imamat rajani (1 Ptr. 2:9) menjadikan panggilannya sebagai dasar dari peranannya dalam berjemaat, juga karunia rohani yang dianugrahkan Allah memampukan seorang wanita Kristen dibawah otoritas Allah untuk ikut ambil bagian dalam pelayanan yang sesuai dengan karunia rohani yang dimilikinya. Peranan wanita dalam masyarakat memerlukan sikap melayani seperti yang diajarkan Yesus “Barangsiapa ingin menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Karena Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani.” (Mark. 10:43 dan 45). Alkitab juga memberi teladan seperti Ester sebagai permaisuri yang memiliki sikap rela berkorban sehingga menjadi pahlawan yang menyelamatkan bangsanya. Teladan lain adalah Debora seorang nabiah yang menjadi hakim bangsa Israel memiliki kerendahan hati untuk bekerja sama dengan pria (Barak) sebagai satu tim dalam kepemimpinannya.
Peranan wanita dalam gereja sering menimbulkan pro dan kontra, menanggapi pernyataan Paulus dalam 1Kor. 14:34 perlu dilihat konteksnya dimana “konteks luas pembicaraan dalam surat adalah soal karunia khusus jemaat. Karunia juga ada ‘cara mainnya’. Dalam konteks inilah perempuan harus berdiam diri dalam jemaat.” Jadi “sama seperti orang-orang yang berbahasa roh ‘hendaklah berdiam diri dalam pertemuan jemaat’ jika tidak ada yang dapat memberikan penafsirannya (I Kor. 14:28), dan seorang nabi harus berdiam diri jika seorang lain mendapat penyataan (ay. 30), maka demikian pula wanita-wanita yang suka berbicara ‘harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan jemaat’ jika ada yang hendak mereka tanyakan, mereka wajib menanyakan itu kepada suami mereka sesampainya di rumah (I Kor. 14:34). Sebab (dan inilah prinsip yang agaknya mengatur semua perilaku orang di gereja) Allah tidak menghendaki kekacauan tapi damai sejahtera (ay.33).” Dalam kenyataannya kaum wanita ikut berperan juga dalam gereja karena “harus diakui bahwa wanita telah membuktikan dedikasi mereka yang tidak kepalang tanggung dalam pelayanan gerejawi, sebagai diakones atau sebagai ujung tombak dalam pekabaran Injil.”
Wanita yang mengerti panggilannya sebagai bagian dari Imamat rajani (1 Ptr. 2:9) menjadikan panggilannya sebagai dasar dari peranannya dalam berjemaat, juga karunia rohani yang dianugrahkan Allah memampukan seorang wanita Kristen dibawah otoritas Allah untuk ikut ambil bagian dalam pelayanan yang sesuai dengan karunia rohani yang dimilikinya. Peranan wanita dalam masyarakat memerlukan sikap melayani seperti yang diajarkan Yesus “Barangsiapa ingin menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Karena Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani.” (Mark. 10:43 dan 45). Alkitab juga memberi teladan seperti Ester sebagai permaisuri yang memiliki sikap rela berkorban sehingga menjadi pahlawan yang menyelamatkan bangsanya. Teladan lain adalah Debora seorang nabiah yang menjadi hakim bangsa Israel memiliki kerendahan hati untuk bekerja sama dengan pria (Barak) sebagai satu tim dalam kepemimpinannya.
KESIMPULAN
Amsal yang ditulis untuk menjadi penuntun dalam kehidupan sehari-hari
diharapkan pula dapat menuntun wanita Kristen masa kini dalam kehidupannya
sehari-hari untuk dapat memiliki karakter-karakter kristiani seperti yang
dimiliki wanita yang cakap dalam Amsal 31:10-31seperti dapat dipercaya, rajin,
murah hati, berhikmat dan takut akan Tuhan, sehingga memampukan seorang wanita
Kristen untuk dapat berperan dalam keluarga, gereja dan masyarakat, dan
memberkati orang lain melalui peranannya itu.
Pembentukan karakter wanita Kristen dimulai ketika benih-benih iman yang timbul dari pendengaran akan Firman Tuhan, mulai tumbuh dan melahirkan kehidupan yang takut akan Tuhan yang menjadi dasar dari karakter kristiani yang dimiliki wanita Kristen. Iman yang tumbuh menghasilkan buah Roh (Gal. 5:22-23) dan hidup yang takut akan Tuhan menghasilkan karakter-karakter kristiani dewasa, sehingga memampukan seorang wanita Kristen untuk melakukan peranannya sesuai kehendak Allah.
Peran ganda seorang wanita sebaiknya mendorong kaum wanita untuk melakukan peranannya di rumah tangga maupun di luar rumah dengan lebih baik, kerajinan dan pendelegasian menjadi kuncinya, dimana prioritas dan keseimbangan diperlukan agar dapat melakukan peran ganda seorang wanita.
Pembentukan karakter wanita Kristen dimulai ketika benih-benih iman yang timbul dari pendengaran akan Firman Tuhan, mulai tumbuh dan melahirkan kehidupan yang takut akan Tuhan yang menjadi dasar dari karakter kristiani yang dimiliki wanita Kristen. Iman yang tumbuh menghasilkan buah Roh (Gal. 5:22-23) dan hidup yang takut akan Tuhan menghasilkan karakter-karakter kristiani dewasa, sehingga memampukan seorang wanita Kristen untuk melakukan peranannya sesuai kehendak Allah.
Peran ganda seorang wanita sebaiknya mendorong kaum wanita untuk melakukan peranannya di rumah tangga maupun di luar rumah dengan lebih baik, kerajinan dan pendelegasian menjadi kuncinya, dimana prioritas dan keseimbangan diperlukan agar dapat melakukan peran ganda seorang wanita.
Peranan wanita Kristen meliputi hubungan wanita tersebut dengan Tuhan
yang menciptakannya, menjaga hubungan yang baik dan teratur melalui doa dan
saat teduh. Juga penerimaan akan diri sendiri yang sudah diampuni Allah
walaupun pernah membuat kesalahan atau keputusan salah di masa lalu, karena
Allah adalah setia dan adil (1Yoh. 1:9). Juga hubungan yang baik dengan
keluarga dan masyarakat, dapat menjadi dorongan bagi seorang wanita Kristen
untuk melakukan peranannya secara maksimal.
Sikap rela berkorban, kerendahan hati dan hati yang melayani sebaiknya menjadi ciri dari seorang wanita Kristen dalam melakukan peranannya sehingga dapat menjadi berkat bagi keluarga dan saudara seiman, dan kesaksian yang hidup bagi masyarakat sekitar.
Seperti buku resep untuk masakan atau buku manual untuk barang elektronik, wanita Kristen masa kini dapat menjadikan Amsal 31:10-31 sebagai tuntunan dalam kehidupan sehari-hari untuk bertumbuh dalam hidup yang takut akan Tuhan, yang menghasilkan karakter-karakter kristiani seperti yang dimiliki wanita yang cakap, yang memampukan seorang wanita Kristen dapat melakukan peranannya baik dalam keluarga, gereja maupun masyarakat. Amen RHL
Sikap rela berkorban, kerendahan hati dan hati yang melayani sebaiknya menjadi ciri dari seorang wanita Kristen dalam melakukan peranannya sehingga dapat menjadi berkat bagi keluarga dan saudara seiman, dan kesaksian yang hidup bagi masyarakat sekitar.
Seperti buku resep untuk masakan atau buku manual untuk barang elektronik, wanita Kristen masa kini dapat menjadikan Amsal 31:10-31 sebagai tuntunan dalam kehidupan sehari-hari untuk bertumbuh dalam hidup yang takut akan Tuhan, yang menghasilkan karakter-karakter kristiani seperti yang dimiliki wanita yang cakap, yang memampukan seorang wanita Kristen dapat melakukan peranannya baik dalam keluarga, gereja maupun masyarakat. Amen RHL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar