Membangun hubungan dengan Tuhan
bukanlah sebuah langkah yang sulit. Sebab firman Tuhan berkata, Mendekatlah
kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu
(Yak 4:8). Di dalam bahasa Inggris, pesan firman ini lebih jelas. Dikatakan
bahwa draw near to God and he will draw near to you. Di dalam pengertian
aslinya, draw near menggambarkan tangan kita yang mendekat, menyambut uluran
tangan Tuhan, yang sudah terlebih dahulu terulur pada kita. Kalimat ini amat
jelas tujuannya yaitu sebuah hubungan
persekutuan di dalam doa antara manusia
dan Allah, menggambarkan gairah dan keinginan bersekutu denganNya.
Inisiatip hubungan itu adalah Allah sendiri dan bagian kita adalah menyambut
inisiatipNya. Kita harus memberi respon. Saya suka membayangkan anak saya
sewaktu bermain layangan. Ketika ia berusaha menarik turun layangan itu dengan
benang, maka layang-layang tersebut makin dekat kepadanya. Berarti, di dalam
hubungan dengan Tuhan, usaha untuk mendekat kepada Allah harus dimulai di dalam
diri kita. Semakin kita menginginkanNya, bergairah, maka sikap itu akan menjadi
sinyal bagi Allah untuk menjawab kegairahan kita kepadaNya.
Bahwa
aturan di dalam membangun hubungan dengan Tuhan, ada di dalam diri kita. Bukan
di dalam diri orang lain atau pengalaman orang lain. Gagalnya kita membangun
hubungan dengan Tuhan seringkali terjadi karena kita terlalu terfokus pada
pengalaman orang lain dan secara alamiah menjadikan itu sebagai sebuah standard
yang juga harus kita alami. Ini jebakan iblis yang mau menggagalkan hubungan
kita dengan Tuhan. Perhatikan aturan ini. (a)
Setiap kita punya hubungan yang khas dengan Tuhan yang tidak harus sama dengan
pengalaman orang lain. Tuhan kita sangat kreatif. (b) Hubungan dengan Tuhan tidak pernah dapat dimetodakan. Seringkali
cara Tuhan intim dengan seseorang berbeda secara radikal dibandingkan caranya
dengan orang lain.
Tuhan pasti punya cara berhubungan
dengan kita.
Di dalam Alkitab dengan jelas Yesus mengatakan, "Dan apabila kamu berdoa,
janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan
berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya
mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat
upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu
dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang
melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu” (Matius 6:5-6). Doa
merupakan sebuah hubungan intim yang tidak boleh diketahui oleh orang lain. Kita
tidak pernah tahu apa yang terjadi di dalam kamar sewaktu sepasang suami isteri
sedang berada di dalam. Keintiman dengan Tuhan seperti itu. Setiap orang punya
cara yang khas untuk terhubung dengan Tuhannya di dalam “kamar”nya
masing-masing. Tapi coba kita lihat apa yang terjadi hari-hari ini. Banyak
orang justru memamerkan bagaimana ia cinta Tuhan dan berhubungan dengan Tuhan
secara emosional di hadapan orang lain. Orang seperti ini biasanya tidak
berakar di dalam hubungan intim. Bahkan apa yang mereka tampilkan bukanlah
hubungan yang sejati. Mereka menyembah Tuhan tidak dengan roh tetapi di jiwa.
Yesus mendeteksi kehadiran orang-orang ini disekelilingnya dan mencerca mereka
dengan sebutan munafik! Orang seperti ini hanya memakai topeng di dalam setiap
pekerjaan pelayanan yang dilakukannya. Saya banyak menjumpai orang-orang di
dalam pelayanan saya yang memang terlihat sangat rohani dan antusias di depan
jemaat dan orang lain, menyatakan kecintaannya kepada Tuhan. Tetapi dikemudian
hari terungkap bahwa orang ini ternyata tidak seperti itu. Dia suka
menceritakan kerinduannya untuk terhubung dengan Tuhan tetapi pada kenyataannya
apa yang ditampilkannya adalah sesuatu yang emosional. Sesuatu yang ingin
dilihat oleh orang lain.
Ada satu
contoh kasus di dalam gereja. Pada waktu Yesus sedang berada di dekat kotak
persembahan, Dia dengan jelas mengamati seseorang yang memberikan persembahan
dalam jumlah besar agar orang di dalam gereja melihat siapa dia. Sesaat setelah
itu, seorang janda miskin juga memasukkan persembahannya. Tetapi Yesus berkata
maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua
orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. (Markus 12:43). Itu sebabnya
saya seringkali berkata kepada teman-teman di dalam pelayanan, hati-hati
menerima persembahan dari orang yang secara emosional tidak stabil. Hatinya
dengan cepat dapat berubah dari
mendekatimu menjadi membenci atau
menjauhimu hanya karena kita – hamba hamba Tuhan – tidak mau menuruti apa
yang menjadi keinginannya. Kekacauan di dalam gereja seringkali dipicu oleh
ulah sejumlah orang yang secara finansial kuat tetapi mengatur gembala atau
hamba Tuhan. Penyembahan, kerinduan dan hubungan yang sejati ada di dalam
kamarmu! Bukan apa yang kamu tampilkan di depan orang banyak. Bukan persembahan
persembahan materi yang engkau berikan kepada orang lain. Bukan gayamu saat
memuji dan menyembah yang menarik perhatian orang lain. Tetapi ditentukan oleh
bagaimana hatimu dengan sungguh-sungguh mencari wajahNya, pada saat engkau
sedang terhubung denganNya di dalam kamar secara pribadi.
Perjumpaan
di dalam kamar adalah sebuah intimacy. Allah bergairah terhadap setiap
keintiman. Alkitab pernuh dengan firman yang bersifat janji. Perhatikan, janji
selalu berhubungan dengan pemberian Allah kepada sdr dan saya. Dimana ada penyembahan, disanalah Allah
hadir sebab Dia menginginkan penyembahan dan tentu saja penyembah.
Penyembahan adalah sesuatu yang menyenangkan hatiNya. Ketika Daud memburu Tuhan
dan berkeinginan berada di dekatNya setiap saat, Daud membentuk dirinya menjadi
seorang penyembah. Dia bahkan membangun komunitas penyembahan disekeliling
tabut Tuhan, duapuluh empat jam, imam-imam musik bergiliran menari, memuji dan menyembah
Tuhan. Hadirat Allah hanya dapat ditarik dan dipertahankan melalui penyembahan.
Rupanya ini kuncinya! Penyembahan adalah kunci keintiman kita dengan Tuhan.
Alkitab berkata, Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas
puji-pujian orang Israel. (Mazmur 22:3)
.
Rasul
Paulus mengingatkan kita untuk menyala-nyala terlebih dahulu sebelum melayani
Tuhan. Penting sekali bagi kita untuk menyala terlebih dahulu. Itu akan membuat
roh kita peka dan melayani bukan dengan kekuatan daging atau jiwa kita. Roh
yang peka diperlukan untuk memutuskan apakah kita masuk ke dalam sebuah pintu
yang terbuka atau tidak. Ingat sdr-sdr, tidak semua pintu yang terbuka harus
kita masuki. Kita tidak pernah tahu siapa yang ada dibalik pintu itu. Terutama
di dalam hal persembahan. Kalau kita membawa hadirat Tuhan, maka banyak pintu
akan terbuka di depanmu. Orang akan berbondong-bondong mendatangi dan melekat
kepadamu dengan motif yang berbeda-beda. Ada yang tulus dan ada yang punya
kepentingan khusus. Saya mau jujur kepada sdr sebagai sesama hamba Tuhan. Saya
banyak menemukan tipe-tipe orang dalam membangun motifnya saat mengatakan
menjadi pendukung pelayanan. Hati-hati sdr. Orang yang semula bermuka manis
dapat berbalik mencerca kita karena motivasinya di dalam memberi kurang baik. Oleh sebab itu, kita harus tetap
memposisikan diri sebagai hamba Tuhan dan bukan hamba uang! Saya pernah
punya pengalaman seperti ini. Seseorang yang mendekat kepadamu akan diuji dan
dibuktikan motivasinya seiring dengan waktu. Bukan diuji oleh besar
persembahannya kepadamu. Jangan lupa, hati manusia bisa berubah! Jika
orang-orang ini kecewa dan tidak menerima sesuatu yang mereka harapkan dari
pemberian persembahan kasih kepadamu, mereka bisa berbalik mencelamu dihadapan
orang lain. sekali lagi berhati-hati. Tidak setiap orang yang ingin terhubungan
dengan kita memiliki motivasi yang benar sampai kelak itu teruji dengan waktu.
Lalu apa yang harus kita lakukan
untuk masuk di dalam keintiman? kita perlu
mendekat kepada Tuhan melalui penyembahan
dan hubungan pribadi. Aplikasi praktisnya sangat sederhana. Saya selalu
memposisikan diri di depan Tuhan pada waktu saya berdoa atau cuma sekedar duduk
diam menikmati hadiratNya di manapun saya pergi. Saat-saat paling menyenangkan
adalah ketika menuju ke kantor di
dalam mobil. Saya bisa merasakan urapan dan jamahanNya selama perjalanan dari
rumah ke gereja. Kamar kita adalah ruang
doa kita. Kita harus punya ruang privacy bersama Tuhan. Ruang privacy tidak
melulu bicara tentang kamar (atau tempat) tetapi menyangkut waktu atau
saat-saat berhubungan denganNya. Ada titik dimana saya sedang berada ditengah
komunitas, saya merasa Dia sedang memberi sinyal untuk terhubung denganNya,
maka saya akan langsung menyambut uluran tanganNya saat itu juga. Saya pergi
menyingkir dan intim dengan Dia. Itu saat-saat yang indah dimana Dia sedang
meminta sesuatu yang pribadi dengan kita. Jadi hal ini tidak berbicara tentang
elevasi waktu belaka! Tetapi kualitas perjumpaan. Sama seperti Ester berjumpa
dengan Raja, yang hanya berlangsung beberapa menit. Tetapi perjumpaan yang
sesaat itu, mampu membuat hati raja terikat kepadanya. Itulah kualitas
perjumpaan yang selalu menjadi kerinduan saya di dalam terhubungan dengan Tuhan
baik saat memuji, menyembah, berdoa atau membaca firmanNya. Terlebih saat
melakukan sejumlah aktifitas lainnya. Amen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar