Pelajaran 4 Cln Pnt GKPI
Persiapan Mempelajari Alkitab
Pada dua bagian terakhir, kita diperkenalkan akan pentingnya mengetahui kejadian-kejadian penting yang terjadi di masa lalu (Bagian 3), serta urutan kapan peristiwa-peristiwa tersebut terjadi (Bagian 4). Kita sedang meletakkan sebuah dasar untuk membantu menjawab sebuah pertanyaan penting yang pasti akan ditanyakan oleh murid yang sedang belajar Alkitab : “Kapan?” Saat kita mencoba mengerti Alkitab, kita mendapatkan diri kita sendiri tidak henti-hentinya mencari jawaban terhadap pertanyaan penting untuk “berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu” (2 Timotius 2:15). Allah mengundang kita untuk membawa semua pertanyaan kita kepada-Nya (Matius 7:7-8).
Pertanyaan-pertanyaan dasar yang pasti akan kita tanyakan dari setiap ayat sangat sederhana: siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana? Jawaban-jawabannya harus dipertimbangkan sementara kita tetap harus mengingat dua pertanyaan utama mengenai Kehidupan Kristen: Bagaimana hal ini membantu kita mengembangkan hubungan pribadi yang akrab dengan Tuhan Yesus Kristus kita (Filipi 3:10), dan bagaimana kita seharusnya hidup (Yohanes 7:17)?
A. Enam Pertanyaan Dasar atas Setiap Ayat
1. Siapa?
Saat kita mengajukan pertanyaan “siapa”, ktia sedang berusaha menentukan siapa yang berbicara dan kepada siapa hal itu disampaikan. Satu contoh terlihat di dalam Genesis 22:2, ketika Allah memerintahkan Abraham untuk mengorbankan putranya, anak tunggalnya kepada-Nya. Dalam hal ini, Allah berbicara langsung kepada Abraham, bukan kepada orang lain. Oleh sebab itu, kita, sebagai pendengar Firman, tidak berkewajiban untuk melakukan perintah tersebut.
2. Apa?
Pertanyaan “apa ?” berhubungan dengan realita dari hal yang sedang dikatakan. Yesus Kristus dikatakan sebagai “Anak Domba” dalam Wahyu 5. Itu tidak berarti bahwa Dia adalah seekor mahluk berbulu, berkaki empat, tetapi merujuk kepada pengorbanan-Nya bagi dosa (Yohanes 1:29), itulah “kenyataan” nya.
3. Kapan?
Pertanyaan “kapan” mengarahkan kita kepada batasan waktu di mana suatu ayat tertentu dikatakan. Sebagai contoh, perkawinan Abraham dengan adik tirinya bisa diinterpretasikan sebagai hal yang tidak bermoral sampai pembaca mengerti bahwa perkawinan ini terjadi sebelum Hukum Taurat, yang melarang tindakan seperti itu, diberikan. Karena dosa pribadi bukan menjadi masalah karena tidak adanya hukum (Roma 4:15), kita menyimpulkan bahwa dalam kasus Abraham, perkawinannya itu bukanlah dosa. Jawaban yang jelas terhadap pertanyaan “kapan” ini penting untuk melengkapi pemahaman.
4. Di mana?
Pertanyaan “di mana” berhubungan dengan letak geografis dan kebudayaan di mana suatu ayat ditulis pada saat itu. Seringkali di dalam Alkitab kita menemukan kalimat “sampai ke Yerusalem”. Di dalam banyak kebudayaan, kalimat “sampai ke Yerusalem” berarti mengadakan perjalanan ke arah utara. Namun, maksud secara Alkitabiah berhubungan dengan tingkat dan bukan arah. Ketika Yesus baru tiba dari Galilea dan sedang “menujuk ke Yerusalem”, Dia sebenarnya sedang menuju ke selatan, namun berjalan dengan tingkat yang lebih tinggi.
5. Mengapa?
Pertanyaan “mengapa?” seringkali merupakan pertanyaan yang paling sulit dijawab. Jawabannya paling sering ditemukan saat sedang mempelajari ayat-ayat lainnya. Apabila seseorang membaca ayat di dalam Yesaya 7:14, yang berbunyi, “Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel”, suatu pertanyaan yang nyata adalah “mengapa seorang perempuan muda?” Kita mungkin menjawab pertanyaan tersebut dengan, “itu meamng sudah kehendak Allah.” Jawaban itu meskipun benar, namun tidak lengkap.
Ketika kita mencari jawaban, kita akan menemukan ayat di dalam Roma 5 yang menyampaikan pengaruh dosa Adam terhadap umat manusia. Kita menemukan bahwa melalui manusia tersebut, Adam, setiap anggota dari umat manusia mendapatkan Dosa Alami. Apabila Yesus memiliki ayah duniawi, maka Dia juga memiliki Dosa Alami. Jawaban atas pertanyaan “mengapa” dalam hal ini penting sebagai persyaratan Kristus untuk menebus dosa.
6. Bagaimana?
Pertanyaan “bagaimana” juga seringkali sulit untuk dijawab. Kita mungkin bertanya, “Bagaimana Yesus berjalan di atas air ?” Jawabannya sederhana karena Dia berjalan dalam Roh Kudus (Lukas 4:18). Kita juga mungkin bertanya, “Bagaimana Tuhan mengendalikan sejarah ketika umat manusia memiliki kebebasan untuk memilih?” Pertanyaan tersebut tidaklah mudah dijawab, dan kita akan menyelidikanya nanti dalam pelajaran kita.
B. Dua Pertanyaan Pribadi Penting
1. Bagaimana hal ini membantu kita mengembangkan hubungan pribadi yang akrab dengan Tuhan Yesus Kristus kita?
Ini salah satu pertanyaan-pertanyaan penting yang kita ajukan. Pengetahuan yang kita dapatkan dari pelajaran Firman Tuhan harus bersatu dengan iman (Ibrani 11:6), sehingga hubungan kita dengan Tuhan akan bertumbuh. Kita harus mempercayai Firman Tuhan dan bergantung padanya. Hasilnya adalah hubungan dengan Tuhan yang didasarkan pada kasih-Nya dan di luar dari pemahaman manusia. Rasul Paulus mengatakan hal ini dengan jelas dalam Efesus 3:14-19 saat dia menulis :
Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, yang daripada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya. Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.
Apabila kita mempelajari Firman Tuhan hanya untuk alasan intelektual dan bukannya untuk bertumuh di dalam kasih untuk Tuhan dan sesama (Markus 12:29-31), kita menjadi sombong (1 Korintus 8:1). Rasul Paulus, yang mengetahui lebih banyak mengenai ilmu agama dari pada orang lain di bumi ini (2 Korintus 12:1-4), mengungkapkan keinginannya yang terdalam untuk, “mengenal Dia” (Filipi 3:10). Paulus, sebagai seorang Farisi, adalah orang yang sudah melalui pendidikan tinggi, namun sebagai seorang Kristen, dia baru mulai mengejar suatu hubungan penting dengan Allah yang Hidup.
Nantikanlah janji-janji Tuhan, dan yakinlah, sehingga anda dapat “bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus” (2 Petrus 3:18).
2. Kalau begitu, bagaimana kita harus hidup?
Begitu kita mengerti makna dari ayat-ayat yang kita pelajari, kita harus berusaha memahami bagaimana ayat-ayat tersebut berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita diberikan suatu contoh yang indah mengenai konsep ini di dalam Ibrani 12:1-3. Ayat 1 dan 2 berbunyi:
Karena kita mempunyai banyak saksi bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan, tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.
Ilustrasi yang dipilih oleh penulis Ibrani dalam dua ayat ini adalah ikut dalam suatu pertandingan. Orang orang yang berada di panggung menonton (pahlawan-pahlawan di Bab 11). Pertandingan tersebut untuk kecepatan dan jarak, dan bagi pemenang akan diberikan bangku kehormatan. Peserta harus melepaskan beban tambahan yang dapat memperlambat gerakannya, atau setiap gangguan yang dapat membuatnya tersandung. Matanya tertuju pada garis akhir, dimana Dia (Yesus Kristus) yang sudah menjalankan pertandingan-Nya, dan sudah menang, berdiri. Sukacita besar menjadi lebih penting dari pada pengalaman yang melelahkan, sehingga si pelari dapat bertahan.
Kemudian, di dalam ayat 3, penulis menerapkan kedua ayat tersebut kepada hidup kita saat dia menulis:
Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya kamu jangan menjadi lemah dan putus asa.
Ketika kita menghadapi pencobaan dan tantangan, kepedihan dan kesedihan, dipermalukan dan aib karena Kristus, ingatlah selalu akan Pemimpin kita dan kita akan mendapatkan keberanian oleh karena-Nya ! Sadarilah bahwa, “Imam besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya, sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibrani 4:15).
C. Bagaimana Jika Kita Tidak Dapat Menjawab Semua Pertanyaan?
Pertanyaan-pertanyaan dan jawabannya adalah penting. Namun, kita harus ingat, bahwa hubungan kita dengan Allah Yang Hidup adalah didasarkan oleh iman (Efesus 2:8-9; Kolose 2:6), jadi kita tidak bisa mendapatkan seluruh jawaban yang kita cari seumur hidup kita. Namun, Allah telah berjanji bahwa akhirnya seluruh pertanyaan kita akan dijawab (1 Korintus 13:12). Alkitab memberikan informasi yang cukup untuk memimpin hidup kita.
Untuk Pelajaran Pribadi: dari Bab 1, Bagian 5
1. Bacalah ayat Yeremia 39:1-2 dan jawablah enam pertanyaan dasar yang pasti akan kita tanyakan untuk setiap ayat.
Siapa? =
Apa? =
Kapan? =
Di mana? =
Mengapa? =
Bagaimana? =
2. Bacalah Markus 12:29-31. Dengan keempat hal apakah kita mengasihi Tuhan?
3. Bacalah Ibrani 11:6 dan 1 Yohanes 2:7-11. Apakah dua hal yang penting bagi kehidupan orang Kristen?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar