Kamis, 17 November 2011

Khotbah dari Roma 12: 12-21

Pendahuluan
Dalam kitab Roma pasal 1-11 Paulus banyak sekali membicarakan masalah-masalah dogmatika, namun dalam pasal 12 ini Paulus mengajak jemaat di Roma untuk mempraktekkan teori yang sudah di dapat. Paulus memberikan perintah-perintah yang bersifat ajakan dengan harapan bahwa mereka mulai mencoba untuk hidup bersama dengan orang-orang lain dan tetap menerapkan kebenaran-kebenaran firman Tuhan.Dari bacaan tersebut diatas, sepintas keadaan di kota Roma memang tidak mendukung keberadaan orang-orang yang percaya Tuhan Yesus, bahkan ada indikasi bahwa banyak orang Kristen yang diperlakukan tidak baik dan tidak adil (ay 12-15, 17-21). Dalam keadaan yang sulit bagi orang Kristen ini maka Paulus menasihati, supaya mereka bertahan dalam iman yang benar dan mereka justru harus tetap mempraktekkan kasih itu. Karena bagi Paulus kasih itu bukan sekedar perkataan saja namun tindakan kasih itu jauh lebih penting. Ada 2 hal yang sedang diperjuangkan oleh Paulus, yang pertama berkaitan dengan kehidupan di dalam jemaat sendiri. Paulus mengharapkan jemaat saling mengasihi, memberi hormat, membantu orang lain yang kekurangan, memberikan tumpangan, sehati sepikir, bertekun dalam doa dan tetap melayani Tuhan. Kedua, berkaitan dengan masyarakat atau orang luar. Paulus menasehatkan untuk bersabar dalam kesesakan, minta berkat untuk orang-orang yang menganiayanya, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, mengasihi seterunya dengan tindakan yang nyata. Paulus melihat bahwa akan ada orang-orang yang tidak suka dengan orang Kristen, bagi Paulus yang pertama harus dilakukan orang percaya adalah hidupnya berkenan dulu kepada Tuhan,biarkan Tuhan terlebih dahulu mengubah hidupnya, kemudian Paulus mengharapkan agar orang Kristen menjadi berkat bagi orang lain, dengan cara jangan membalas kejahatan mereka dengan melakukan kejahatan pula. Paulus mendorong jemaatnya untuk melawan mereka dengan cara yang berbeda yaitu melakukan kebaikan bagi mereka. Paulus ingin orang yang percaya mempunyai inisiatif aktif untuk terwujudnya perdamaian, apalagi kalau hal itu bergantung pada kita sebagai orang Kristen. Maka melakukan hal yang baik bagi semua orang merupakan ciri hidup orang yang percaya kepada Tuhan Yesus.

Bagi orang percaya hidup bukanlah kebetulan. Kehidupan diberikan sang Maha Kuasa. Dan hal ini disaksikan dalam kitab Kejadian. Berarti hidup adalah anugrah yang seharusnya disyukuri. Wujud syukur dapat sangat beragam, namun satu hal yang sama menjadikan hidup sesuai dengan kehendak Allah menciptakan masing-masing kita. Setiap orang juga tidak sama kemampuannya, potensinya atau talentanya. Mungkin seseorang diberi lima, yang lain dua, atau ada yang satu. Itu hak Allah. Dan kalau kita menyelami lebih dalam itu juga merupakan pengenalan Allah terhadap kita. Ia memberikan sesuai dengan kesanggupan kita. Oleh karena itu yang penting di dalam menjalankan hidup sebagaimana yang dikemukakan Paulus dalam nas renungan kita mengambil hidup tersebut sebagai persembahan yang hidup yang berkenan kepada Allah. Kata kunci disini ialah bagaimana kita dengan setia menjadikan hidup kita secara totalitas sesuai dengan kehendak Allah - menjadi persembahan yang hidup.

Penjelasan
Bagaimana kita menghindari konflik dan mewujudkan bahwa orang Kristen adalah surat Kristus yang kelihatan....?
Pertama, tetaplah berpengharapan, bersabar dan berdoa, apa pun konflik yang sedang dihadapi (ayat 12). Paulus mengajak jemaat untuk tidak menyerah kepada konflik yang pahit, tetapi bertekun dan bersikap positif dalam menggapai penyelesaian. Ketika dunia tidak lagi memberikan harapan yang baik kepada manusia, kita diminta untuk tetap bersukacita, sabar dan senantiasa tekun dalam doa. Itulah sikap orang Kristen yang benar dalam menyikapi situasi sesulit apapun, sehingga kita tidak jatuh kepada keputusasaan.

Kedua, kemurahan hati adalah prinsip penting dalam mencegah konflik, bahkan mengobati jika konflik ini terjadi (ayat 13). Sebab kesombongan dan kecongkakan malah akan memperbesar konflik yang sedang terjadi bukan meredamnya. Perhatikan konflik-konflik yang terjadi di Indonesia, bukankah kecongkakan adalah salah satu akar yang paling utama?
Ketiga, bangkitkanlah semangat menjunjung tinggi persatuan dan kesehatian (14-16). Kita harus selalu menunjukkan kebaikan, meskipun kepada orang yang menganiaya kita. Ketika orang lain sedang bersusah hati, kita ikut bersusah hati, demikian pula sebaliknya, ketika orang lain bersukacita, kita pun larut di dalamnya. Simpati dan empati adalah dua kata yang amat dalam dan penting artinya di dalam memelihara kesatuan. Kita diminta untuk tidak merasa lebih unggul, lebih pandai, atau lebih penting daripada orang lain. Sikap demikian adalah penghancur kesatuan dan kesehatian.
Keempat, berusahalah hidup damai dengan semua orang; Bukan dengan hantu/begu (17-20). Bahkan dengan musuh yang paling menyakitkan pun, orang Kristen harus berinisiatif untuk hidup damai dan berdamai. Pelayanan yang kita lakukan kepada teman dan sahabat kita, harus kita lakukan juga kepada mereka yang telah berbuat jahat. Tugas kita adalah memberkati dan berbuat kebaikan. Pembalasan adalah hak Tuhan.
Refleksi
Kita tentu mengenal - setidaknya - satu orang, yang lebih sering berkonflik daripada berdamai dengan kita. Ketidakserasian bisa muncul dalam berbagai bentuk: dua kepribadian bisa tidak cocok; sistem kepercayaan dan ideologi yang berbeda bisa menimbulkan perdebatan; kata dan perbuatan bisa disalahpahami. Tetapi melalui Yesus Kristus, hampir semua perbedaan dapat diatasi. Orang yang menerima Dia sebagai Juruselamat memiliki kemampuan untuk menjalani kehidupan yang damai. Tuhan Yesus memanggil setiap orang percaya untuk menjadi sumber penghiburan dan pertolongan bagi orang lain, bukan menjadi sumber konflik.

Konflik timbul akibat hidup di dalam `daging’ (keinginan dasar manusia untuk memuaskan diri sendiri dengan segala cara). Tetapi orang percaya sudah diberi Roh Kudus agar bisa bertindak dalam Roh, bukan dalam daging. Jika kita menyerahkan kendali hidup kita kepada Tuhan, kebajikan dan anugerah-Nya akan mengalir melalui hidup kita, dan menciptakan keharmonisan.

Anugerah-Nya itu akan terungkap melalui doa, ketika kita melakukan kebiasaan untuk membawa orang lain kepada Bapa. Kemudian, kita akan dengan tulus membicarakan masalah relasi itu dengannya, entah itu berupa luka lama, anggapan yang salah, maupun pola pikir yang tidak sehat. Hanya ada satu cara untuk mengatasi sumber konflik: kita harus bersedia menunjukkan perhatian kita dan mendengarkan sudut pandang orang lain. Kadang mungkin diperlukan bantuan konselor yang baik untuk melakukan langkah ini. Akhirnya, jika akar persoalan sudah ditemukan, kedua pihak bisa sama-sama memulihkan keharmonisan dengan bersedia menyelesaikan masalah baru jika diperlukan.

Allah menghendaki orang percaya hidup dalam perdamaian, tetapi Dia tahu kita tidak akan dapat mencapai keharmonisan itu sendirian. Karena itulah Dia memberi kita Penolong, yaitu Roh Kudus. Amin.

Tidak ada komentar: