Mengapa Tuhan Yesus memuji bendahara
yang kelihatannya tidak jujur ini dalam perumpamaanNya? Mengapa ia dikatakan
telah melakukan sesuatu yang baik? Apakah ini berarti Yesus setuju dengan
tindakan menipu? Apakah Yesus berpihak kepada ketidak jujuran?
Untuk memahami bagian ini kita perlu
memahami budaya pada masa itu dalam hal pengelolaan keuangan yang dipercayakan
kepada seorang bendahara. Pada masa itu, si pemilik modal hanya menyediakan
suatu dana agar manajer yang diangkatnya mampu mengelola uang tersebut sehingga
usaha tersebut menghasilkan keuntungan. Karena itu manager yang disebutnya
sebagai bendahara yang menentukan tingkat besarnya suatu bunga. Sehingga risiko
kerugian harus ditanggung penuh oleh bendahara; tetapi kalau dia berhasil, maka
dia akan memperoleh keuntungan lebih. Dalam perumpamaan tersebut si pemilik
modal mengetahui bahwa bendaharanya telah menghambur-hamburkan uang. Oleh sebab
itu, sang bendahara ini segera dipanggil oleh tuannya untuk
mempertanggungjawabkan seluruh keuangan yang telah dikelolanya. Apa yang
kemudian dilakukan oleh bendahara tersebut?
Di Luk. 16:5-7, bendahara tersebut
mengurangi jumlah hutang dari para krediturnya. Dengan pengurangan jumlah
hutang tersebut para kreditur dapat membayar hutangnya dan pada akhirnya sang
bendahara dapat membayar apa yang menjadi kewajibannya kepada sang
pemilik modal sehingga dia akhirnya dapat menyelamatkan masa depan dan
kariernya. Uang yang menjadi hak tuannya tidak berkurang sedikit pun sehingga
ia tidak jadi dipecat. Yang dia potong sebenarnya adalah apa yang menjadi hak
keuntungannya dari menjalankan usaha tersebut. Dari perumpamaan Tuhan Yesus
ini, kita dapat belajar bagaimana sang bendahara memikirkan masa depannya
secara cerdik. Walaupun dia pernah berbuat kesalahan besar, tetapi dia segera
memperbaikinya.
Apa yang dapat kita pelajari dari
kehidupan sang bendahara dalam perumpamaan ini bagi kehidupan kita?
Di dalam situasi kritis ia mengambil
langkah yang tepat untuk masa depannya. Ia tidak mudah menyerah dan berputus
asa saat menghadapi kegagalan. Ia tidak jatuh dalam keputusasaan atau meratapi
keadaan melainkan berpikir taktis dan kreatif untuk mengatasi masalah yang ada
dihadapannya.
Ia tidak sembunyi dari masalah atau
mencari kambing hitam dari masalahnya, melainkan menghadapinya dan
menyelesaikannya.
Ia adalah pribadi yang berorientasi
pada penyelesaian masalah, bukan berfokus pada masalah. Ia menggunakan
uang yang ada dalam pengelolaannya untuk menjadi modal dalam membangun
pertemanan, atau lebih tepatnya membeli pertemanan, dengan sesama yang dapat
menolongnya kelak jika ia mendapat masalah, dipecat dari pekerjaannya, seperti
ia pernah menolong mereka.
Meskipun Yesus memuji bendahara yang
tidak jujur ini dalam memikirkan masa depan kehidupannya, Yesus pun memberikan
kritiknya terhadap bendahara ini. Ayat ke-9 dapat kita lihat sebagai teguran
Yesus. Bagi Yesus membangun persahabatan dengan berdasarkan materi/uang adalah
sebuah kesia-siaan. Hubungan itu dibangun di atas dasar yang rapuh. Ucapan
Yesus di ayat ini merupakan sindiran yang halus tetapi tajam menghujam.
Barangsiapa membangun persahabatan dengan mamon (materi) yang tidak jujur akan
menghasilkan perbuatan yang licik dan mendapatkan persahabatan yang semu
sifatnya.
Bagi Yesus, apabila mereka yang tidak
mengenal Tuhan, di saat-saat yang sulit dan kritis mampu berpikir kreatif,
bukankah anak-anak Allah harusnya juga mampu berpikir lebih cerdik dan kreatif
dalam menghadapi masalah dengan tetap berpedoman pada iman kita kepada Yesus
Kristus. Kreatif dan cerdik tanpa berlandaskan iman hanya akan
menghasilkan tindakan memperdaya dan merugikan orang lain demi kepentingan diri
sendiri. Ia akan menjadi pribadi yang cerdik tetapi licik, lihai tetapi jahat.
Sikap kritis dan kreatif yang berlandaskan sikap iman akan membawa kita pada
kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi masalah dengan tetap memerhatikan apa
yang menjadi hak orang lain dan kewajiban kita kepada sesama.
Iman kepada Kristus seharusnya
mendorong kita untuk selalu berpikir kritis, kreatif, dan dinamis. Iman kepada
Kristus Yesus adalah iman yang mampu mengalahkan pencobaan dan pergumulan hidup
tanpa harus kehilangan hati nurani pada sesama, pada diri sendiri, dan
kesetiaan kepada Kristus.
Tuhan memberkati.