Mazmur
118 adalah mazmur
favorit Martin Luther. Dia mengatakan: Aku mencintai semua Mazmur dan menyukai
seluruh isi Alkitab. Mazmur ini sangat melekat di hati saya, dan aku
menyebutnya sebagai Mazmurku. Mazmur
ini telah menyelamatkan saya dari banyak bahaya yang menekan; dari orang-orang
bijak, dari orang-orang yang mengatakan dirinya kudus, dan dari raja-raja.
Mazmur ini adalah teman saya; ia lebih berharga daripada semua kehormatan dan kekuasaan yang ada di
bumi. Lurther meletakkan ayat 17 yang mengatakan: “Aku tidak akan mati, tetapi hidup, dan aku akan menceritakan
perbuatan-perbuatan Tuhan,” pada dinding ruang kerjanya supaya dapat melihatnya
setiap hari. Pemazmur melukiskan umat yang diserang oleh musuh seperti lebah
(Mzm. 118:12). Ini mengingatkan kita akan penyerangan bangsa Amori kepada umat
Israel (Ul. 1:44). Bangsa Amori menyerang dalam jumlah yang begitu banyak
seperti lebah, sehingga umat Israel kalah. Di Mazmur 118:13, umat yang diserang
oleh musuh juga mengalami kekalahan. Umat didorong sampai jatuh dan hampir
diinjak sehingga tidak dapat bangkit lagi. Tetapi kini Tuhan menolongnya. Allah
menyelamatkan mereka di saat yang paling kritis. Pengalaman inilah yang melahirkan nyanyian pengakuan iman umat,
sehingga umat berkata: ”TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku; Ia telah menjadi
keselamatanku” (Mzm. 118:14). Tuhan tampil sebagai kekuatan: dan mazmur
(zimrah), sehingga Allah menjadi sang penyelamat (yĕshuw`ah). Nyanyian
pengakuan iman tersebut tampaknya diinspirasikan dari nyanyian Musa (Kel. 15:2; bdk. Yes. 12:2). Inspirasi dari nyanyian
Musa tersebut memiliki alasan yang kuat, yaitu ada persamaan makna kisah. Di
saat umat Israel tidak memiliki harapan akan pertolongan, di situlah Allah
berkarya menyelamatkan mereka secara ajaib. Nyatalah “Tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan” (Mzm. 118:15). Semula
Allah menghajar dengan keras dan menyerahkan kepada musuh, tetapi ternyata
Allah memberi kehidupan. Situasi mereka semula seperti batu yang dibuang oleh
tukang bangunan. Tetapi Allah mengubahnya menjadi batu penjuru (Mzm. 118:22). Tujuan
karya keselamatan Allah dengan memberi kehidupan tersebut adalah agar umat
menceritakan perbuatan-perbuatan TUHAN (Mzm. 118:17). Keselamatan dan
pertolongan Allah tersebut harus dideklarasikan oleh umat agar seluruh umat
manusia juga mengalami pengalaman yang sama. Selain itu karya keselamatan Allah
tersebut mendorong umat untuk mengucap syukur dengan memasuki pintu gerbang di
pelataran Bait Suci. Pintu gerbang di Bait Suci itu disebut ”pintu gerbang
kebenaran atau keadilan” (Mzm. 118:19), sebab sebelum umat diizinkan
memasukinya mereka harus membuktikan kesungguhannya. Umat yang akan memasuki
pintu gerbang kebenaran adalah umat yang tidak memiliki dosa yang tidak dapat
diampuni, dan tidak memiliki maksud yang jahat sebagaimana dijelaskan
syarat-syaratnya di Mazmur 15:1-5.
Kuasa
Ucapan Syukur .
Hati yang bersyukur
melalui ucapan kata-kata adalah suatu rahasia besar dari kebenaran mulia.
Berabad-abad kebenaran ini telah dijelaskan dan diperkatakan oleh orang-orang
hebat. Salah satunya adalah penulis Kitab Mazmur, Raja Daud.
Kebenaran pertama yang
kita angkat, pintu gerbang pujian dan penyembahan adalah ucapan syukur. Hanya dengan hati yang bersyukur atas
segala rahmat dan pertolongan Tuhan sebagai penyebab segala sesuatunya boleh
ada. Dalam Mazmur 100:4 kita membaca:
“Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam
pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah
nama-Nya!” (Enter into his gates with thanksgiving, and into his courts with
praise: be thankful unto him, and bless his name. Sekarang kita mengerti bahwa POLA PENYEMBAHAN dimulai dengan ucapan
syukur baru kemudian puji-pujian. Ucapan syukur HARUS keluar dari mulut yang
mengalir dari hati yang JUJUR. Dalam Mazmur
109:30 kita baca: “Aku hendak bersyukur sangat kepada TUHAN dengan
mulutku, dan aku hendak memuji-muji Dia di tengah-tengah orang banyak. DALAM
Mazmur 119:7 kita membaca: "Aku
akan bersyukur kepada-Mu dengan hati jujur, apabila aku belajar hukum-hukum-Mu
yang adil.”
Lalu mengemuka satu
pertanyaan, MENGAPA KITA MENGUCAP
SYUKUR?
1. Karena Ucapan syukur adalah sebuah
(salah satu) persembahan. Kita baca Mazmur
116:17: “Aku akan mempersembahkan korban syukur kepada-Mu, dan akan
menyerukan nama TUHAN”. Kita diajarkan untuk memberi bukan? Kita rajin
memberikan uang kita, tetapi kita sering lupa untuk memberikan salah satu
persembahan penting lainnya yaitu ucapan syukur, perhatikan kata ucapan syukur.
Itu artinya ucapan atau kata-kata yang keluar dari mulut dan mengalir dari
perbendaharaan hati. Namun demikian dijelaskan bahwa ucapan syukur itu harus
keluar dalam bentuk kata-kata verbal. Ucapan syukur tidak cukup di dalam hati,
tetapi harus keluar sebagai suatu untaian kata-kata verbal. Bahkan para tuna
rungu (bisu) sekalipun dapat merangkai kata-kata yang memang sulit kita
mengerti. Tetapi sejatinya, para tuna rungu pun dapat mengucapkan syukur kepada
Allah yang sekalipun mengijinkan kekuranang kepadanya.
2. Karena Dia (TUHAN) sangat baik. Kita
baca Mazmur 118:1 “Bersyukurlah kepada
TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.”
Kebaikan dari orang yang paling baik sekalipun akan berakhir, namun kebaikan
ALLAH kita tak pernah habis untuk selama-lamanya, maka kita harus mengucap
syukur kepadaNya. KebaikanNya yang melebihi akal dan logika memaksa setiap
mulut harus bersyukur kepadaNya.
3. Karena Dia (TUHAN) menjawab doa kita.
Kita membaca Mazmur 118:21 “Aku
bersyukur kepada-Mu, sebab Engkau telah menjawab aku dan telah menjadi
keselamatanku.” Seringkali kita tidak mendapatkan jawaban doa, bukan karena
kita kurang iman atau kurang percaya, tetapi karena kita lupa MENGUCAP SYUKUR.
Atau yang paling logis adalah, kita tak mengucap syukur karena jawabanNya bukan
sesuatu yang kita inginkan. Memang sangatlah logis, karena Tuhan tidak
digerakkan oleh keinginan, tetapi kebutuhan. Bila doa kita didorong oleh
keinginan, maka manusia akan jatuh kedalam dosa hawanafsu. Itulah sebabnya
Tuhan hanya digerakkan oleh kebutuhan. Sudah menjadi pasti bahwa doa yang lahir
dari hati yang sungguh mengharapkan Tuhan menjawab kebutuhan, akan mengalami
ucapan syukur karena jawaban doa datang tapat pada waktuNya. Dalam Injil MARKUS
11:24 KITA BACA: “Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan
doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan
kepadamu.”
JAWABAN doa karena
dilandaskan pada iman memang sangat penting. Allah tidak kuasa untuk tidak
menjawab kebutuhan umatNya. Namun demikian, hanya orang-orang yang mengucap
syukurlah yang akan mengalami mukjizat sebanarnya. Orang-orang yang telah
mendapatkan jawaban doa, namun hatinya tidak bersyukur, maka semua yang
didapatnya menjadi tak bermakna kekal. Kita membaca kisa sepuluh orang yang
disembuhkan Tuhan dari kusta dan hanya
satu orang yang kembali dengan ucapan syukur. Sembilan yang lain pergi tanpa
berita dan mereka hilang tanpa berita, sementara yang satu lagi. Ia mengalami
kesembuhan pisik dan hatinya mengalami pemulihan. Hati yang dilingkupi ucapan
sykur akan menyempurnakan mukjizat. Kita membacanya dalam Lukas 17:17 Lalu Yesus berkata: "Bukankah
kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan
orang itu?”
4. Karena DIA (TUHAN) Mahaadil. Dalam
Mazmur 119:62 tertulis: “Tengah malam
aku bangun untuk bersyukur kepada-Mu atas hukum-hukum-Mu yang adil.” Daud
sebagai orang biasa, rakyat jelata yang tak terpandang. Namun demikian karena
Allah adalah Mahaadil, maka Dia mengangkatnya menjadi raja yang mulia. Saat
mengalami berbagai gejolak selama pemerintahannya sebagai Raja Israel, Daud
tidak ditinggalkan. Saat anaknya berkhianat, Dau tetap ditolong. Dia adalah
Tuhan yang tidak berpihak seperti manusia, Dia membela kaum marginal. Bacalah
Mazmur 10:14 “Engkau memang melihatnya,
sebab Engkaulah yang melihat kesusahan dan sakit hati, supaya Engkau
mengambilnya ke dalam tangan-Mu sendiri. Kepada-Mulah orang lemah menyerahkan
diri; untuk anak yatim Engkau menjadi penolong.”
5.
Karena kasih setiaNya yang tak
pernah habis untuk selama-lamanya. Kita baca Mazmur 136:2 “Bersyukurlah kepada Allah segala
allah! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.” Manusia itu fana dan
tanda kefanaannya adalah dari keterbatasan kasihnya. Manusia akan marah dan
memutuskan untuk pergi, namun Allah tetap mengasihi bahkan saat dalam amarah
dan murka yang menyala-nyala. Allah itu kasih adanya sehingga apapun tidak
dapat membatasih kasihnya. Bahkan sebagai puncak dari kasihNya, Dia rela mati
di kayu salip untuk menunjukkan kasihNya. Maka, sepantasnyalah hati kita
mengucap syukur atas segala kasihNya.
6.
Karena Dia (Tuhan) menciptakan kita
dengan dahsyat dan ajaib. Mari kita baca Mazmur
139:14 “Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan
ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.” Tuhan
adalah penjunan yang telah menenun kita didalam rahim ibu. Ia menjadikan kita
sangat baik. Kalau kita melihat bagaimana proses kelahiran anak manusia yang
luar biasa, maka hati kita pastilah terkagum. Dalam kekakguman itu, maka mulut
kita menjadi penuh dengan ucapan syukur. Daud menulis dalam Mazmur 9:2 “Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan
segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib;” DIA MENENUN
KITA laksan seorang menenun halai-helai kapas menjadi benang dan akhirnya
menjadi selembar kain. Dalam Mazmur
139:13 tertulis kata-kata yang sangat indah: “Sebab Engkaulah yang
membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.”
Ada
demikian banyak hal yang “memaksa” kita untuk mengucap sykur kepadaNya. Namun
intinya adalah karena Dia semata-mata. Kita bersyukur buat mahakaryaNya. Kita
bersyukur buat kasihnya yang kekal. Kita bersykur buat segala hal yang baik
dari padaNya. Terpujilah Yesus Kristus, haleluyah, amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar