Nats : Ia, yang
memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada
akhirnya (Filipi
1:6)
Bacaan : Filipi
1:1-11
Mengapa banyak orang
kristiani tidak mengalami sukacita yang merupakan buah Roh dalam Galatia
5:22?
Dalam bukunya yang
berjudul Laugh Again (Tertawa Lagi), Charles Swindoll menuliskan tiga hal yang
sering menjadi "pencuri sukacita", yakni kekhawatiran, tekanan batin,
dan ketakutan.
Ia mendefinisikan
kekhawatiran sebagai "kegelisahan yang berlebihan akan suatu hal yang
mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi". (Dan biasanya tidak terjadi.)
Tekanan batin diartikan sebagai "ketegangan yang berlebihan terhadap
situasi yang tidak dapat kita ubah atau kontrol". (Padahal Allah mampu.)
Dan ketakutan, menurut Swindoll, adalah "kecemasan yang sangat terhadap
bahaya, kejahatan, atau penderitaan". (Dan hal itu hanya akan memperbesar
masalah kita.)
Swindoll mengatakan
bahwa untuk membentengi diri dari "pencuri sukacita", kita harus
memiliki keyakinan yang sama seperti yang dikatakan Paulus dalam suratnya
kepada jemaat Filipi. Setelah mengucap syukur atas jemaat Filipi (1:3-5),
ia menyakinkan mereka bahwa "Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di
antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya" (ayat 6).
Apa pun yang membuat
Anda khawatir, tertekan, dan ketakutan, tidak dapat menghalangi Allah untuk
terus bekerja dalam hidup Anda. Kita dapat hidup dengan keyakinan bahwa Dia
mengatur segalanya. Kita dapat memasrahkan segalanya kepada-Nya.
Bentengi diri Anda
dari "pencuri sukacita" itu dengan memperbarui keyakinan Anda kepada
Allah setiap pagi. Lalu tenangkan hatimu dan bersukacitalah
KEBAHAGIAAN
TERGANTUNG PADA PERISTIWA YANG TERJADI NAMUN SUKACITA TERGANTUNG KEPADA YESUS
Nats
: Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: “Kristus Yesus datang ke dunia
untuk menyelamatkan orang berdosa,” dan di antara mereka akulah yang paling
berdosa (1Timotius
1:15)
Bacaan
: Lukas
4:14-22
David
Herwaldt kawan saya, adalah pendeta yang penuh hikmat dan suka merenung. Ajal
hampir menjemputnya setelah ia melayani Tuhan selama 50 tahun. Ia sering
berbicara kepada saya tentang sifat dasar Allah dan keabadian yang akan ia
masuki. Meski sadar bahwa pemahaman kami akan misteri ini amat dangkal, kami
tak berkecil hati. Kami tahu Allah telah menyelamatkan kami dari dosa dan
kesalahan kami. Kami bersukacita atas keselamatan kami. Kami telah memiliki
semua yang dibutuhkan untuk menaati Tuhan dengan sukacita, hidup dengan penuh
keyakinan, dan melayani Dia dengan ucapan syukur.
Mungkin
adakalanya kita tertekan karena tak tahu jawaban atas banyak pertanyaan yang
amat mengganggu dalam hidup. Namun, ingatlah Kristus datang bukan untuk
memuaskan keingintahuan kita. Sebaliknya, karena Dia melihat kita jatuh dan
terluka, Dia datang untuk mengangkat dan menyembuhkan kita.
Ketika
Yesus membacakan Yesaya
61:1,2 kepada banyak orang di rumah ibadat (Lukas
4:16-21), Dia menyatakan diri sebagai Mesias yang dijanjikan. Tujuan utama
kedatangan-Nya adalah untuk mengadakan pemulihan rohani. Dia datang untuk
membebaskan kita dari ketidakberdayaan rohani dan belenggu perasaan bersalah,
menyembuhkan kebutaan rohani karena dosa, dan membebaskan kita dari kuasa dosa
yang memperbudak.
Mari
kita mempercayai-Nya dan menjadikan ketaatan kita kepada-Nya sebagai tujuan
utama. Inilah jalan menuju hidup yang penuh syukur, sukacita, dan pengharapan.
Keingintahuan kita akan berbagai misteri hidup bisa menunggu --Herb Vander Lugt
XXKRISTUS
DATANG BUKAN UNTUK MEMUASKAN KEINGINTAHUAN KITA DIA DATANG
UNTUK MENYELAMATKAN JIWA KITA
UNTUK MENYELAMATKAN JIWA KITA
Nats
: Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!
(Filipi
4:4)
Bacaan : Filipi 4:1-8
Bacaan : Filipi 4:1-8
Temperamen
kita tampaknya sudah melekat semenjak lahir. Sebagian dari kita ada yang tampak
selalu bergembira, sementara yang lain kelihatan murung. Namun, bagaimana
tanggapan kita terhadap ujian hidup juga mempengaruhi watak kita secara
keseluruhan.
Misalnya,
Fanny Crosby kehilangan kemampuan penglihatannya ketika baru berusia enam
minggu. Ia mencapai usia 90-an, dan ia telah menggubah ribuan pujian yang
digemari banyak orang. Pada ulang tahunnya yang ke-92 dengan gembira ia
berkata, "Jika ada orang di dunia ini yang lebih bahagia daripada saya,
bawalah orang itu kemari supaya saya bisa menyalaminya."
Apa
yang memampukan Fanny Crosby mengalami sukacita yang demikian besar dalam
situasi yang bagi kebanyakan orang merupakan "tragedi"? Sejak usia
dini ia memilih untuk "bersukacita senantiasa dalam Tuhan" (Filipi
4:4). Sebenarnya, Fanny hanya melaksanakan sebuah keputusan yang dibuatnya
ketika baru berusia 8 tahun: "Betapa banyak rahmat yang saya nikmati
tetapi tidak dapat dinikmati orang lain. Menangis dan mengeluh karena buta?
Saya tidak akan dan tidak bisa berbuat demikian."
Ingatlah
bahwa "sukacita karena Tuhan itulah perlindunganmu" (Nehemia
8:11). Juga bersukacitalah dalam pengajaran Yesus yang mengatakan dalam Yohanes
15:11, "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di
dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh." Ketika dihadapkan pada pilihan
antara mengasihani diri atau bersukacita, marilah kita memilih untuk
bersukacita--Vernon Grounds
DARIPADA
MENGELUHKAN DURI-DURI PADA TANGKAI BUNGA MAWAR
BERSYUKURLAH UNTUK MAWAR DI ANTARA DURI-DURI ITU
BERSYUKURLAH UNTUK MAWAR DI ANTARA DURI-DURI ITU
Nats
: Mereka bersukaria karena Allah memberi mereka kesukaan yang besar ...
sehingga kesukaan Yerusalem terdengar sampai jauh (Nehemia
12:43)
Bacaan : Nehemia 12:27-43
Bacaan : Nehemia 12:27-43
Beberapa
tahun yang lalu, dalam sebuah konferensi pria kristiani di boulder, colorado,
saya bersama 50.000 pria lainnya menyanyikan all hail the power of jesus' name.
Di stadion sepakbola itu suara nyanyian terdengar begitu membahana, sehingga
saya bertanya-tanya bagaimana kedengarannya dari luar gedung. Mungkinkah
terdengar oleh orang-orang yang berjalan-jalan di taman sebelah, yang duduk di
serambi rumah, atau yang sedang mengendarai mobil? Apa kesan mereka tentang
pujian itu?
Suara
pujian yang keras itu mengingatkan saya akan kisah dalam bacaan Alkitab hari
ini. Kitab Nehemia dimulai dengan pengakuan dosa, dilanjutkan dengan rencana
pembangunan, lalu diakhiri dengan konser. Keseluruhan kisahnya merupakan satu
pelajaran mengenai kesetiaan dan kekuasaan Allah.
Setelah
bertahun-tahun bekerja keras tanpa menghiraukan para penentang, akhirnya tembok
Yerusalem berdiri kembali. Pada peresmian pembukaannya, dua "paduan suara
syukur" berdiri di atas tembok itu untuk memuji Allah. Dikatakan bahwa
"para penyanyi memperdengarkan kidung ... Allah memberi mereka kesukaan
yang besar ..., sehingga kesukaan Yerusalem terdengar sampai jauh" (Nehemia
12:42,43).
Sukacita
tidak bisa dibendung. Sukacita harus diungkapkan dalam bentuk pujian bagi Allah
melalui nyanyian syukur. Tak peduli apakah orang yang mendengar curahan
sukacita kita itu mengerti atau tidak, tetapi sukacita akan terus bergema
sebagai suatu paduan suara yang tak bisa diabaikan, yakni musik kehidupan yang
dilantunkan dalam pujian bagi Allah --David McCasland
SETIAP
HARI BARU MEMBERI KITA ALASAN BARU
UNTUK MENYANYIKAN PUJIAN BAGI ALLAH
UNTUK MENYANYIKAN PUJIAN BAGI ALLAH
Nats
: Tuhan telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan
keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa (Mazmur
98:2)
Bacaan
: Mazmur
98
Dalam
perjalanan pulang dari sebuah acara kebaktian gereja di Southampton, Inggris,
Isaac Watts, 20 tahun, berkata kepada ayahnya bahwa lirik mazmur yang
dinyanyikan pada kebaktian itu kurang megah dan indah. Padahal seharusnya itu
menjadi ciri kidung pujian penyembahan. Lalu si ayah mendorongnya untuk mencoba
menciptakan pujian yang lebih baik. Maka di tahun 1694, Isaac Watts mulai
menulis lagu, dan memasukkan kitab Mazmur dalam liriknya untuk penyembahan.
Watts memakai
pernyataan nubuat dalam Mazmur tentang kedatangan Mesias dan mengungkapkannya
dalam penggenapan Perjanjian Baru. Pujiannya menyatakan bahwa Yesus Kristus
adalah Juruselamat dan Tuhan. Ketika sampai pada Mazmur
98, ia menulis:
Hai dunia, gembiralah
dan sambut Rajamu!
Di hatimu terimalah!
Bersama bersyukur,
bersama bersyukur,
Bersama-sama
bersyukur!
Hai dunia, elukanlah
Rajamu penebus!
Hai bumi, laut,
gunung, lembah,
Bersoraklah terus,
bersoraklah terus,
Bersorak-soraklah
terus!
Lagu ini telah menjadi
lagu Natal favorit. Yang mengajak kita untuk mengenal Kristus sebagai
Juruselamat dan Raja, dan untuk membuka hati kita bagi pemerintahan-Nya yang
penuh kasih dan kemurahan.
Pemazmur menuliskan,
"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan!" (ayat 98:1).
Isaac Watts melakukan perintah itu dengan memproklamirkan bahwa Kristus telah
datang, dan kita bersukacita di dalam Dia
PANDANGLAH
YESUS UNTUK MENEMUKAN SUKACITA NATAL
Nats : Aku teringat
kepada hari-hari dahulu kala, aku merenungkan segala pekerjaan-Mu, aku
memikirkan perbuatan tangan-Mu (Mazmur
143:5)
Bacaan : Mazmur
143
Banyak dari kita yang
rindu memuji Allah dengan lebih bersukacita. Salah satu halangannya adalah
meskipun kita telah berusaha keras memuji Dia, kita tidak merasa sedang memuji
Dia.
Pengajar Alkitab
Selwyn Hughes mengatakan bahwa Allah telah meletakkan dalam diri kita tiga
fungsi utama: kehendak, perasaan, dan pikiran. Kehendak kita, katanya, tidak
terlalu menguasai atau tidak berkuasa sama sekali atas perasaan kita. Anda tak
dapat berkata, "Saya ingin merasakan sesuatu yang berbeda," dan
kemudian berhasil melakukannya dengan membelokkan kekuatan kehendak Anda. Apa
yang ditanggapi oleh perasaan adalah pikiran. Dengan mengutip sumber lain,
Hughes berkata, "Perasaan kita mengikuti pikiran kita seperti anak itik
mengikuti induknya." Jadi, bagaimana kita dapat membuat pikiran kita
menjadi pemimpin bagi perasaan kita?
Dalam
Mazmur
143 Daud menunjukkan caranya kepada kita. Karena merasa kewalahan dan
tertekan (ayat 4),
ia meluangkan waktu untuk berpikir tentang Tuhan (ayat 5).
Ia mengingat kasih setia Allah, bimbingan-Nya, dan bahwa Dia dapat dipercaya (ayat
8);
perlindungan dan kebaikan-Nya (ayat 9,10);
keadilan dan belas kasih-Nya (ayat 11,12).
Dan sekali ia melakukannya, perasaannya mulai mengikuti pikirannya.
Sebutkan
berkat-berkat yang Anda terima setiap hari; renungkan berkat-berkat itu secara menyeluruh;
ceritakan berkat-berkat itu kepada Allah dan orang lain. Perlahan-lahan,
perhatian terhadap perasaan Anda akan berkurang dan Anda akan memuji Allah
dengan penuh sukacita -
SUKACITA BERTUMBUH
DALAM TANAH PUJIAN
Nats
: Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan
sukacitamu menjadi penuh (Yohanes
15:11)
Bacaan
: Yohanes
15:9-17
Penulis
C.W. Metcalf tengah menjadi sukarelawan rumah sakit darurat ketika bertemu
Chuck, 13 tahun, yang sedang sekarat. Suatu hari Chuck memberikan setengah
lusin kertas yang ditulis bolak-balik kepada Metcalf sambil berkata, "Saya
ingin Anda memberikannya kepada ibu dan ayah saya setelah saya meninggal. Ini
adalah daftar kegembiraan yang pernah kami alami; masa-masa yang penuh canda
tawa." Metcalf kagum terhadap remaja yang di ambang kematiannya masih
sempat memikirkan kebaikan orang lain.
Metcalf
pun mengirimkan daftar itu. Bertahun-tahun kemudian, ia juga memutuskan untuk
membuat daftarnya sendiri. Yang mengejutkan, mulanya ia merasa kesulitan dalam
menyusun "daftar sukacitanya". Namun ketika ia mulai memerhatikan
momen-momen penuh canda tawa, kepuasan, dan sukacita dalam kesehariannya,
daftarnya mulai bertambah.
Apa
pun daftar sukacita yang kita kumpulkan sebagai seorang kristiani, pastilah
berhubungan dengan kehadiran dan kuasa Yesus Kristus dalam berbagai peristiwa.
Apa pun keadaan kita, sukacita adalah pemberian penuh rahmat bagi semua orang
yang percaya kepada-Nya. Bahkan ketika Yesus hampir menghadapi kesengsaraan di
kayu salib, hati-Nya tetap bersukacita. Dia memberi tahu para murid-Nya,
"Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan
sukacitamu menjadi penuh" (Yohanes
15:11).
Mulailah
membuat daftar sukacita Anda hari ini. Daftar itu dapat mengingatkan Anda akan
kasih setia Tuhan dan kegirangan hati yang Dia berikan --David McCasland
AGAR
SUKACITA ANDA BERLIMPAH HITUNGLAH BERKAT ANDA
Nats
: Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!
(Filipi
4:4)
Bacaan : Filipi 4:4-9
Bacaan : Filipi 4:4-9
Beberapa
tahun yang lalu saya membaca sebuah kisah tentang seorang wanita kristiani
berusia 92 tahun yang buta. Meskipun memiliki keterbatasan fisik, ia selalu
berpakaian rapi. Rambutnya selalu tersisir rapi dan ia berdandan dengan sangat
cantik. Setiap pagi ia menyambut hari yang baru dengan penuh semangat.
Setelah
suaminya meninggal pada usia 70 tahun, wanita itu merasakan perlunya pindah ke
panti wreda supaya mendapatkan perawatan yang layak. Pada hari kepindahannya
itu, seorang tetangga yang baik hati mengantarkannya ke panti wreda dan
menuntunnya menuju ruang tunggu. Karena kamarnya belum disiapkan, maka ia
menunggu di ruang tunggu dengan sabar selama beberapa jam.
Ketika
akhirnya seorang petugas datang menjemputnya, ia tersenyum manis sembari
mengarahkan alat bantu jalannya menuju lift. Petugas itu menggambarkan keadaan
kamarnya kepadanya, termasuk gorden-gorden baru yang dipasang di jendela
kamarnya. “Saya menyukainya,” sahut wanita buta itu. “Tapi Bu Jones, Anda kan
belum melihat kamar Anda,” sahut petugas itu. “Hal itu tidak ada pengaruhnya
bagi saya,” timpalnya. “Kebahagiaan adalah sebuah pilihan. Entah saya menyukai
kamar saya atau tidak, hal itu tidak tergantung pada bagaimana penataan kamar
saya. Itu tergantung pada bagaimana saya menata pikiran saya.”
Alkitab
mengatakan, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan!” (Filipi
4:4). Ingatlah selalu akan semua yang telah dilakukan Yesus bagi Anda dan
bersyukurlah. Demikianlah seharusnya Anda menata pikiran Anda —David Roper
KEBAHAGIAAN
HIDUP ANDA TERGANTUNG PADA KUALITAS PIKIRAN ANDA
Nats
: Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan
damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu
berlimpah-limpah dalam pengharapan (Roma
15:13)
Bacaan
: Roma
15:5-13
Grant
Murphy adalah seorang pria aktif dari Seattle yang melakukan segalanya
serbacepat. Bermalas-malasan dan bersantai di pantai bukanlah sifatnya. “Orang
bahkan menyebutnya hiperaktif,” kenang seorang teman.
Namun,
penyakit multiple sclerosis menghambat gerak Grant. Mulanya ia membutuhkan kruk
untuk berjalan berkeliling. Lalu ia hanya bisa duduk di kursinya. Dan akhirnya,
ia tidak mampu bangkit dari ranjang.
Menjelang
akhir hayatnya, ia hampir tidak dapat berbicara. Namun, temannya teringat bahwa
“ia selalu menampakkan sukacita dan syukur, dengan pengharapan untuk senantiasa
berada dalam hadirat Tuhan”. Sebelum meninggal, Grant membisikkan Roma
15:13 kepada temannya. Ia mengulang kata-kata “dalam iman kamu”, lalu
menambahkan, “Aku tak dapat melakukan apa pun sekarang.”
Ketika
kita tidak dapat melakukan apa pun, Allah yang melakukan segala sesuatunya. Di
sini terletak paradoks yang mendalam dari pengalaman orang kristiani. Iman
merupakan perpaduan tindakan dari yang berdasarkan pada kehendak kita dan
campur tangan kekuatan ilahi. Dari perpaduan menakjubkan itu timbullah
sukacita, damai sejahtera, dan pengharapan yang berlimpah.
Apakah
kini Anda benar-benar tak berdaya? Kekuatan Anda lenyap? Tak ada pilihan lagi?
Bila Anda telah memercayai Yesus sebagai Juruselamat, Allah akan menguatkan
Anda untuk tetap beriman. Bila Anda memercayai-Nya, Dia tidak hanya memberi
Anda sukacita dan damai sejahtera, melainkan juga pengharapan tatkala seluruh
pengharapan yang ada telah sirna —Dennis De Haan
TIADA
ORANG YANG TAK BERPENGHARAPAN APABILA IA BERHARAP KEPADA ALLAH
Nats
: Hati yang gembira adalah obat yang manjur (Amsal
17:22)
Bacaan : Amsal 17:17-22
Bacaan : Amsal 17:17-22
Dalam
majalah Better Homes and Gardens, terdapat sebuah artikel yang berjudul
“Tertawa Adalah Jalan Menuju Sehat”. Di situ Nick Gallo mengadakan pengamatan
yang menggemakan apa yang ditulis Salomo ribuan tahun silam: “Hati yang gembira
adalah obat yang manjur” (Amsal
17:22). Gallo berkata, “Humor adalah obat yang manjur, dan sesungguhnya
dapat membantu menjaga kondisi Anda agar tetap sehat.” Ia mengutip pernyataan
William F. Fry, M.D., yang menggambarkan tertawa bagaikan “joging batiniah” dan
mengatakan bahwa hal itu baik bagi sistem peredaran darah seseorang.
Saat
membandingkan tertawa dengan olahraga, Gallo menjelaskan bahwa ketika seseorang
tertawa lepas, ia memperoleh beberapa keuntungan fisik. Terjadi penurunan
tekanan darah untuk sementara, penurunan kecepatan pernapasan, dan ketegangan
otot yang berkurang. Ia mengatakan bahwa banyak orang mengalami suatu “perasaan
senang dan santai”. Ia menyimpulkan, “Selera humor yang tetap, terutama bila
digabungkan dengan sumber-sumber batiniah lainnya seperti iman dan optimisme,
tampak sebagai kekuatan yang berpotensi untuk memperoleh kesehatan yang lebih
baik.”
Orang
kristiani, dibandingkan orang-orang lain, seharusnya mendapatkan manfaat dari
tertawa karena kita memiliki alasan terbesar untuk bersukacita. Iman kita
berakar kuat di dalam Allah, dan optimisme kita didasarkan pada keyakinan bahwa
hidup kita ada di bawah kendali-Nya yang bijaksana.
Jangan
takut untuk menikmati tawa yang sehat, karena itu adalah obat yang manjur
—Richard De Haan
BARANG
SIAPA TERTAWA, AKAN BERTAHAN
Nats
: Bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Nyanyikanlah bagi-Nya
nyanyian baru (Mazmur
33:2,3)
Bacaan
: Mazmur
33:1-5
Suatu
pagi, saya berjalan-jalan di taman sambil mendengarkan kaset paduan suara
Brooklyn Tabernacle. Saya menjepitkan walkman tua ke ikat pinggang saya dan
menempelkan headphone pada kedua telinga saya. Saya terhanyut mendengarkan
suaranya, seakan berada di dunia lain. Musiknya begitu penuh sukacita! Tanpa
memedulikan keadaan sekitar, saya mulai menyanyi dan menari.
Namun
kemudian saya memergoki tetangga saya yang sedang bersandar pada sebuah pohon,
memandangi saya dengan wajah penuh keheranan. Ia tidak dapat mendengar musik
saya, tetapi ia senang melihat tingkah laku saya. Seandainya ia bisa mendengar
lagu saya.
Kemudian
saya berpikir tentang lagu baru yang ditaruh Allah di dalam hati kita, lagu
yang kita dengar dari "dunia yang lain". Lagu itu memberi tahu kita
bahwa Allah mengasihi dan akan selalu mengasihi kita, dan Dia telah
"melepaskan kita dari kuasa kegelapan" (Kolose
1:13), "memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di surga" (Efesus
2:6). Dan suatu hari nanti, Dia akan membawa kita bersama-Nya selamanya.
Pada
saat itu, Dia akan memberikan tugas-tugas yang bermanfaat dan kekal untuk kita
lakukan. Kasih karunia di masa sekarang, dan kemuliaan kelak di masa yang akan
datang! Bukankah ini alasan untuk bernyanyi?
Jika
suatu saat Anda bersedih hati, ingatlah akan kebaikan Allah. Dengarkan musik
dari surga dan nyanyikan lagu baru bersama para malaikat. Pujian itu akan
membuat kaki Anda menari dan membuat orang-orang di sekitar Anda
terheran-heran. Mungkin mereka juga ingin mendengar musiknya --David Roper
KARYA
ALLAH DALAM HIDUP KITA MENCIPTAKAN NYANYIAN BARU DALAM HATI KITA
Nats : Inilah hari
yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya! (Mazmur
118:24)
Bacaan : Mazmur
118:14-24
Dalam
bukunya The Tapestry, Edith Schaeffer menceritakan suatu musim panas ketika
suaminya Francis pergi ke Eropa selama tiga bulan. Selama waktu yang penuh
dengan rasa kehilangan itu, Edith dan saudarinya, Janet, membawa anak-anak
mereka untuk tinggal di bekas gedung sekolah di Cape Cod. Dengan anggaran yang
mepet mereka menyewa rumah, hidup tanpa mobil, dan menciptakan petualangan
menyenangkan setiap hari bagi kelima anak mereka yang masih kecil.
Bertahun-tahun
kemudian, Edith mengenang kembali musim panas tersebut, "Saya tidak pernah
menghabiskan waktu bersama anak-anak, saudari, dan kemenakan-kemenakan saya
seindah saat-saat itu. Masa itu sungguh berharga dalam hidup. Momen-monen
berharga dalam hidup menjadi berarti karena kemunculannya. Jangan sampai momen
itu hilang hanya karena kita menginginkan sesuatu yang lebih baik."
Cara
pandang Edith ini memberi kita kunci untuk menerapkan kata-kata dalam Mazmur
118:24, "Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorai
dan bersukacita karenanya." Selama masa-masa sulit, kita tergoda untuk
menjadi pasif sambil menunggu badai hidup berlalu. Tetapi Allah mengajak kita
untuk secara aktif memanfaatkan berbagai kesempatan yang ada di depan mata,
bukannya meratapi apa yang tidak kita miliki.
Karena
Tuhan sudah mengadakan hari ini, kita dapat mengarahkan pandangan melampaui
semua pintu yang tertutup untuk melihat orang-orang dan berbagai kesempatan
yang sebelumnya kita abaikan. Dengan menghargai setiap kesempatan, kita akan
menemukan sukacita dan kegembiraan dari Allah --David McCasland
ANDA
TAK PERLU KHAWATIR AKAN MENGALAMI KELELAHAN MATA
AKIBAT MELIHAT SISI KEHIDUPAN YANG LEBIH CERAH
AKIBAT MELIHAT SISI KEHIDUPAN YANG LEBIH CERAH
Nats
: Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam
berbagai-bagai pencobaan (Yakobus
1:2)
Bacaan
: Yakobus
1:1-12
Alkitab
mengajar kita untuk me-nanggapi keadaan sulit dengan cara yang berlawanan
dengan kecenderungan alami kita. Salah satu perintah Alkitab yang menantang
kita adalah: “Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam
berbagai-bagai pencobaan” (Yakobus
1:2).
Dengan
kata lain, kita perlu meman-dang kesulitan dengan sukacita sejati dan
menganggapnya kebahagiaan—tidak menolak ujian dan pencobaan, atau
meng-anggapnya pengacau, tetapi menyambutnya sebagai teman. Saya tak tahu
bagaimana dengan Anda, tetapi saya tak pernah langsung dapat berpikir.
Pandangan
alkitabiah ini mungkin tampak janggal dan tak terjangkau bila kita tidak
menyimak penjelasan setelahnya: “Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu
itu menghasilkan ketekunan” (ayat 3).
Sikap penuh sukacita tidak didasarkan pada perasaan kita, tetapi pada apa yang kita
ketahui tentang Allah dan karya-Nya dalam hidup kita. Karena itu, proses penuh
penderitaan yang dapat mewujudkan tujuan yang didambakan sepantasnya disambut
sebagai teman.
Bukan
ujian terhadap kekuatan kita, melainkan pembuktian iman kita kepada Allahlah
yang dapat membangun ketahanan kita. Dalam semua kesulitan kita, Tuhan berjanji
memberi hikmat hari ini (ayat 5)
dan mahkota kehidupan bagi mereka yang bertekun (ayat 12).
Tanggapan
alami saya terhadap keadaan yang sulit adalah, “Oh, tidak!” Tetapi Tuhan ingin
saya melihat apa yang bisa Dia wujudkan melalui keadaan sulit, sehingga saya
dapat berkata, “Oh, ya!”
SUKACITA
DALAM PENCOBAAN MUNCUL KARENA PEMAHAMAN AKAN HASILNYA YANG BAIK
Nats : Hati yang
gembira adalah obat yang manjur (Amsal
17:22)
Bacaan : Yohanes
16:16-33
Alkitab memang bukan
buku psikologi, tetapi memberi nasihat yang paling bijak bagi kita untuk
mengalami kebahagiaan kini dan di sini. Amsal
17:22, misalnya, meyakinkan kita bahwa “hati yang gembira adalah obat yang
manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang”.
Pernyataan
sederhana itu belakangan ini dibenarkan oleh penelitian ekstensif yang
dilakukan Dr. Daniel Mark, spesialis jantung di Duke University. Artikel dari
The New York Times yang melaporkan temuan- temuannya berJudul: “Optimisme Bisa
Berarti Kehidupan Bagi Pasien Jantung, Sedangkan Pesimisme Berarti Kematian”.
Artikel tersebut diawali dengan kalimat: “Pandangan yang sehat membantu
menyembuhkan jantung.” Akan tetapi, Dr. Nancy Frasure-Smith, spesialis jantung
yang telah mempelajari efek depresi, kecemasan, dan kemarahan mengakui bahwa,
“Kami tidak tahu bagaimana mengubah emosi-emosi negatif.” Bagaimanapun juga,
iman terhadap Allah dapat menghasilkan perubahan itu. Orang-orang yang
mengarahkan pandangan melampaui kesulitan mereka saat ini dan menaruh
kepercayaan pada kebaikan Allah, tidak akan dapat menahan sukacita mereka.
Itu
adalah hal yang penting, sampai-sampai Juruselamat kita beberapa kali berkata,
“Teguhkanlah hatimu” (Matius
9:2,22; 14:27; Kisah Para Rasul
23:11). Karena tahu bahwa hidup penuh dengan berbagai krisis, Dia
menguatkan kita dengan kata-kata peneguhan berikut ini: “Kuatkanlah hatimu, Aku
telah mengalahkan dunia” (Yohanes
16:33) —Vernon Grounds
ENTAH
APA PUN YANG TERJADI ANDA DAPAT MENEMUKAN SUKACITA DI DALAM TUHAN
Nats
: Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita
karenanya! (Mazmur
118:24)
Bacaan
: Mazmur
118
Suatu
hari saya berada di sebuah toko yang nyaman, mengantre di belakang pria yang
sedang membayar belanjaannya. Ketika ia selesai membayar, sang kasir mengantar
kepergiannya dengan ucapan riang, "Semoga hari Anda menyenangkan!"
Namun,
yang mengejutkan sang kasir (dan saya), pria tersebut malah marah-marah.
"Ini adalah hari yang terburuk dalam hidupku," teriaknya.
"Bagaimana mungkin hariku menyenangkan?" Dan setelah berkata begitu,
pria itu bergegas keluar.
Saya
memahami kejengkelan pria itu, karena saya sendiri pun pernah mengalami hari
yang "buruk" di luar kendali saya. Bagaimana mungkin hari saya
menyenangkan, tanya saya pada diri sendiri, apabila hari itu di luar kendali
saya? Lalu saya teringat kata-kata ini: "Inilah hari yang dijadikan
Tuhan" (Mazmur
118:24).
Tuhan
telah menjadikan hari demi hari, dan Bapa akan menunjukkan kekuatan-Nya bagi
saya. Ia memegang kendali atas semua hal dalam sehari ini, bahkan kesulitan
yang menimpa saya. Semua peristiwa telah disaring melalui hikmat dan kasih-Nya,
dan semua itu merupakan peluang bagi saya untuk bertumbuh di dalam iman.
"Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!" (ayat 1).
"Tuhan di pihakku. Aku tidak akan takut" (ayat 6).
Kini,
apabila orang mengantar kepergian saya dengan berkata, "Semoga hari Anda
menyenangkan," saya akan menjawab, "Itu di luar kendali saya, tetapi
saya dapat bersyukur atas apa pun yang saya alami, dan saya bersukacita karena
hari ini adalah hari yang dijadikan Tuhan"
SEBUAH
SENYUMAN ADALAH LENGKUNGAN DI BIBIR YANG DAPAT MELURUSKAN BERBAGAI HAL
Nats
: Sekalipun ... hasil pohon zaitun mengecewakan, ... namun aku akan
bersorak-sorak di dalam Tuhan (Habakuk
3:17,18)
Bacaan
: Habakuk
3:14-19
Dalam
buku 450 Stories for Life, Gust Anderson menceritakan kunjungannya ke sebuah
gereja di suatu daerah pertanian, di sebelah timur Alberta, Kanada. Di daerah
itu telah berlangsung kekeringan selama delapan tahun. Kondisi ekonomi petani
di tempat itu tampaknya tak ada harapan lagi. Meskipun dalam kemiskinan, namun
banyak di antara mereka yang terus berkumpul untuk memuji dan menyembah Allah.
Anderson
sangat terkesan dengan kesaksian seorang petani yang berdiri dan mengutip Habakuk
3:17,18. Dengan sungguh-sungguh petani itu berkata, Sekalipun pohon ara
tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan,
sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba
terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi di kandang, namun aku akan
bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.
Anderson berpikir, orang suci itu telah menemukan rahasia sukacita sejati.
Mendapatkan
kesenangan dari barang-barang yang dapat dibeli memang bukan suatu kekeliruan.
Akan tetapi, jangan sampai kita mengandalkan barang-barang tersebut untuk
mendapatkan kebahagiaan. Apabila kepuasan kita ditentukan oleh kepemilikan atas
barang-barang, kita akan hancur pada saat kehilangan barang-barang tersebut.
Tetapi jika sukacita kita berada di dalam Allah, tidak ada sesuatu pun yang
dapat merusakkannya, bahkan kesulitan ekonomi pun tidak.
Ya,
orang-orang yang mengenal dan memercayai Tuhan akan bersukacitabahkan dalam
kemiskinan! RWD
KEGEMBIRAAN
ITU TERGANTUNG PADA APA YANG TERJADI
TETAPI SUKACITA TERGANTUNG PADA YESUS
TETAPI SUKACITA TERGANTUNG PADA YESUS
Nats : Inilah hari
yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya! (Mazmur
118:24)
Bacaan : Mazmur
118:15-24
Dr. Cliff Arnall,
seorang ahli jiwa yang berasal Inggris, telah mengembangkan suatu rumus untuk
menentukan hari yang paling buruk dalam setahun. Salah satu faktornya adalah
jangka waktu setelah Natal, setelah kemeriahan hari raya yang diikuti oleh
tagihan-tagihan kartu kredit. Cuaca musim dingin yang suram, hari-hari yang
pendek, dan kegagalan untuk menepati resolusi yang dibuat pada Tahun Baru juga
merupakan bagian yang diperhitungkan oleh Dr. Arnall. Tahun lalu, tanggal 24
Januari diberi gelar sebagai "hari yang paling membuat depresi dalam
setahun".
Orang-orang
kristiani bukanlah orang yang kebal terhadap pengaruh cuaca dan kekecewaan
setelah hari libur. Akan tetapi, kita memiliki sebuah sumber daya yang dapat
mengubah cara berpikir kita tentang hari tertentu. Mazmur
118 menuliskan sebuah daftar kesulitan termasuk kesusahan pribadi (ayat 5),
keresahan nasional (ayat 10),
dan disiplin rohani (ayat 18),
namun pasal tersebut diikuti dengan pernyataan demikian, "Inilah hari yang
dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!"
(ayat 24).
Mazmur
ini dipenuhi dengan perayaan akan kebaikan dan belas kasihan Allah di tengah
masalah dan kesakitan. Ayat 14
merupakan sebuah seruan kemenangan: "TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku; Ia
telah menjadi keselamatanku."
Bahkan
ketika situasi di sekitar kita memasang tanda "Hari Buruk!" di
kalender kita, Sang Pencipta memampukan kita untuk bersyukur kepada-Nya atas
anugerah hidup dan untuk menerima setiap hari dengan sukacita --DCM
SAMBUTLAH
SETIAP HARI SEBAGAI SEBUAH ANUGERAH DARI ALLAH
Nats : Pada waktu itu
mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai .... Tuhan
telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita (Mazmur
126:2,3)
Bacaan : Mazmur 126
Bacaan : Mazmur 126
Cucu keponakan saya,
istrinya, dan anak perempuan mereka melayani sebagai misionaris di New Guinea.
Ia menutup surat yang dikirimnya dengan kalimat ini: "Bersenang-senanglah
melayani Dia".
Yang dimaksudkannya
dengan kata bersenang-senang adalah bergembira, bukan sesuatu yang sifatnya
hura-hura. Betapa menyenangkan bisa menjadi alat di tangan Allah -- memimpin
orang datang kepada Juru Selamat, menghibur orang yang sakit dan berduka,
membawa perubahan pada pernikahan yang bermasalah, dan melakukan kebaikan dalam
nama Yesus.
Saya yakin penulis Mazmur
126 pun akan setuju. Keenam ayat tersebut memancarkan roh sukacita dan
kegembiraan, dari awal hingga akhir. Mazmur tersebut diawali dengan sebuah
peringatan tentang waktu ketika Allah "memulihkan keadaan Sion" (ayat
1).
Secara ajaib Allah melepaskan umat-Nya dari situasi suram (kita tidak tahu
situasi apa tepatnya). Seperti mimpi yang jadi kenyataan -- dan umat-Nya
dipenuhi dengan sukacita yang terpancar melalui tawa riang dan nyanyian sepenuh
hati mereka. Itu adalah sebuah kebangkitan kembali!
Setelah
berdoa memohon pemulihan baru, sang pemazmur mengungkapkan janji bagi
orang-orang yang melayani Allah: "Orang yang menabur dengan mencucurkan
air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai" (ayat 5).
Panenan
rohani yang berlimpah-limpah akan menciptakan tawa dan nyanyian. Ya, melayani
Tuhan memang sungguh menyenangkan! -
SUKACITA
ADALAH BUAH ROH YANG RANUM SETIAP MUSIM
Nats
: Tuhan ... tidak membiarkan pemusnah masuk ke dalam rumahmu untuk menulahi (Keluaran
12:23)
Bacaan
: Keluaran
12:21-30
Teman
saya Deb dan Bryce diundang oleh beberapa kawan berkebangsaan Yahudi untuk
menghadiri makan malam seder [perayaan bangsa Yahudi untuk memperingati
keluarnya bangsa itu dari tanah Mesir]. Perayaan ini diselenggarakan oleh para
keluarga Yahudi untuk memperingati Paskah pertama mereka di Mesir (Keluaran
12:24-27). Seluruh keluarga terlibat dalam perayaan ini, termasuk anak-anak
kecil.
Deb
dan Bryce mengira perayaan itu bakal muram, tetapi ternyata perayaan itu sangat
meriah. Pada awal santap malam, sepotong roti dibagi dua. Setengahnya dibagi di
antara para tamu; bagian lainnya disembunyikan oleh anggota keluarga yang
paling muda. Semua orang dewasa mencarinya, sehingga anak itu merasa sangat
senang. Bila tidak ditemukan, maka si anak mengangkat roti tersebut di tengah
gelak tawa yang riuh. Setelah itu disusul acara cerita dan nyanyian, dan
kalimat yang sering diulang-ulang "L’Chayim! Demi kehidupan!"
Mengapa
Paskah tidak dirayakan dengan penuh sukacita? Padahal Paskah menandai
pembebasan Israel dari perbudakan dan si "pemusnah"!
Saat
Yesus dan para murid mengadakan perjamuan malam terakhir, itu juga suatu
perayaan Paskah, tetapi dengan nuansa serius. Inilah awal dari banyak peristiwa
yang membawa pada pengurbanan-Nya serta penyelamatan kita dari dosa dan Setan.
Dari
perbudakan rohani ke pembebasan rohani. Dari kematian ke kehidupan. Ketika
merayakan pembebasan kita, kita pun dapat berkata dengan sukacita satu kepada
yang lain, "L’Chayim! Demi kehidupan!" --DCE
PEMBEBASAN
DARI DOSA ADALAH KEMERDEKAAN YANG TERBESAR
Nats
: Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian .... Lihatlah, hai
orang-orang yang rendah hati, dan bersukacitalah (Mazmur
69:31,33)
Bacaan
: Mazmur
69:30-37
Untuk
beberapa hari setelah suami saya dan saudara laki-lakinya menyanyikan duet lagu
Be Ye Glad di gereja, saya tidak dapat menghapuskan lirik lagu Michael
Blanchard itu dari pikiran saya. Sebab kata-katanya indah untuk selalu diingat:
Oh
giranglah, oh giranglah!
Setiap
utang yang kaupunya
Sudah
lunas seluruhnya
Oleh
kasih kurnia Allah.
Giranglah,
giranglah, giranglah!
Penulis
lagu dan raja Israel zaman dahulu sering menulis tentang kegembiraan. Dalam tiga
lagu berturut-turut, Daud berbicara tentang kegembiraan: Mazmur
68:4; 69:33; 70:5. Lirik-liriknya meyakinkan kita bahwa bukan orang-orang
yang kaya atau yang berkuasa yang mempunyai alasan untuk bergembira, tetapi
mereka yang rendah hati dan benar di hadapan Allah.
Daud
memperluas tema ini di dalam lagu lain: "Berbahagialah orang yang diampuni
pelanggarannya, yang dosanya ditutupi .... Bersukacitalah dalam TUHAN, dan
bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai orang-orang
jujur!" (32:1,11).
Bila
Anda merasa malang dan tak berdaya hari ini, Anda tetap dapat bergembira. Anda
dapat memiliki suatu hal yang jauh lebih berharga, yaitu hubungan dengan Allah
yang bebas dari utang.
Apabila
kita berhenti untuk membela kelakuan kita yang berdosa dan dengan rendah hati
mengakui kebenaran jalan Allah, maka sukacita yang sejati akan meluap keluar
dari lagu-lagu pujian yang indah -JAL
SUKACITA
ADALAH HASIL HUBUNGAN YANG BENAR DENGAN ALLAH
Nats
: Bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib! (1Tawarikh
16:9)
Bacaan
: 1Tawarikh
16:23-27
Hampir
setiap hari saya berolahraga jalan pagi di taman dekat rumah kami di Boise.
Pada saat yang sama, seorang wanita tua juga berjalan pagi di sana. Ia selalu
berjalan searah jarum jam, sedangkan saya berjalan berlawanan dengan arah jarum
jam, sehingga kami berpapasan dua kali untuk setiap putaran yang kami lalui.
Ia
memiliki mata yang sangat indah dan wajah keriput yang semakin berkerut setiap
kali ia tersenyum. Saat ia tersenyum, seluruh wajahnya ikut tersenyum! Ia
mengidap Alzheimer.
Saat
kami bertemu pertama kali, ia bertanya, "Apakah saya sudah menyanyikan
lagu saya?" Saya berkata, "Belum, Bu." Maka ia menyanyikan
sebuah lagu pendek tentang matahari: "Selamat pagi, Pak Matahari.
..." Lalu ia tersenyum, mengangkat tangan seperti sedang memberikan
berkat, kemudian melanjutkan perjalanannya.
Kami
pun berpisah, mengitari lapangan 180 derajat, sampai berpapasan kembali. Ia
bertanya, "Apakah saya sudah menyanyikan lagu saya?" Saya berkata,
"Nyanyikan lagi!" Dan ia pun bernyanyi kembali. Saya tidak dapat
mengenyahkan lagunya yang ceria itu dari pikiran saya.
Saya
ingin menjadi seperti wanita itu, yang menjalani hidup di dunia sambil
bernyanyi dan bersenandung di dalam hati, menyanyikan Surya Kebenaran yang
terbit dengan kesembuhan pada sayap-Nya (Maleakhi
4:2), serta meninggalkan kenangan yang kuat tentang kasih-Nya.
Semoga
lagu-Nya senantiasa tinggal di hati dan bibir Anda hari ini. Dan, kiranya
banyak orang mendengarnya serta menjadi percaya kepada Tuhan --DHR
LAGU
DI HATI ANDA MEMBUAT WAJAH ANDA
SENANTIASA TERSENYUM
SENANTIASA TERSENYUM
Nats
: Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah
mengeringkan tulang (Amsal
17:22)
Bacaan
: Mazmur
126
Seorang
hakim memerintahkan seorang pria Jerman untuk berhenti tertawa di hutan.
Joachim Bahrenfeld, seorang akuntan, dituntut ke pengadilan oleh salah seorang
dari beberapa orang yang berjoging, dan berkata bahwa kegiatan joging mereka
terganggu oleh ledakan tawa Bahrenfeld yang memekakkan telinga. Ia diancam akan
dipenjara selama 6 bulan jika tertangkap sedang tertawa lagi. Bahrenfeld, 54 tahun,
berkata bahwa hampir setiap hari ia pergi ke hutan untuk tertawa. Itu
dilakukannya untuk melepaskan stres. "Bagi saya, tertawa adalah bagian
dari hidup," katanya, "seperti makan, minum, dan bernapas." Ia
merasa bahwa hati yang gembira, yang diungkapkan melalui tawa yang
terbahak-bahak, penting bagi kesehatan dan kelangsungan hidupnya.
Hati
yang gembira sangatlah penting dalam kehidupan kita. Kitab Amsal
17:22 berkata, "Hati yang gembira adalah obat yang manjur." Hati
yang gembira memengaruhi jiwa dan kesehatan tubuh kita.
Namun,
ada sukacita yang lebih dalam dan lebih bertahan lama bagi mereka yang percaya
kepada Tuhan. Sukacita itu bukan sekadar didasarkan atas perasaan senang dan
keadaan di sekitar kita, melainkan atas keselamatan dari Allah. Dia telah
memberikan pengampunan dosa dan hubungan yang dipulihkan dengan-Nya melalui
Yesus, Putra-Nya. Itu memberikan sukacita mendalam yang tidak dapat diusik oleh
keadaan sekitar kita (Mazmur
126:2,3; Habakuk
3:17,18; Filipi
4:7).
Kiranya
hari ini Anda mengalami sukacita karena telah mengenal Yesus Kristus!
SUKACITA
DATANG DARI TUHAN YANG HIDUP DALAM DIRI KITA BUKAN DARI SESUATU YANG TERJADI DI
SEKITAR KITA
Nats
: Sekalipun Ia kaya, oleh karena kamu Ia menjadi miskin, supaya kamu menjadi
kaya (2Korintus
8:9)
Bacaan
: 1Timotius
6:6-16
Jonathan
Clements, kolumnis Wall Street Journal menawarkan kepada para pembacanya
"Sembilan Tips untuk Berinvestasi dalam Kebahagiaan". Hal yang
menarik adalah, salah satu sarannya persis sama seperti yang disampaikan dalam
lagu lama favorit karangan Johnson C. Oatman, "Hitunglah Berkatmu".
Clements mengajak kita untuk tidak memikirkan kekayaan sesama kita, tetapi
untuk berpusat pada banyaknya berkat yang saat ini kita miliki. Ini merupakan
nasihat yang bijaksana, asalkan kita sadar bahwa kekayaan rohani kita di dalam
Yesus tidak dapat diukur dan lebih berharga daripada harta apa pun.
Allah
tidak memberikan Alkitab sebagai buku pedoman untuk mencapai kebahagiaan.
Namun, Alkitab mengajarkan kita bagaimana kita dapat bersukacita selamanya dan
bagaimana kita dapat mengalami sukacita dalam perjalanan kita menuju
kebahagiaan kekal. Jadi, kita akan lebih mengerti apabila membandingkan
kebenaran Alkitab dengan nasihat akal budi.
"Ibadah
itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar," tulis Paulus
kepada Timotius (1Timotius
6:6). Rasul Paulus menginginkan agar muridnya mengerti bahwa mensyukuri
hal-hal yang pokok dalam hidup akan menghindarkannya dari perangkap
keserakahan.
Dengan
demikian, marilah kita memusatkan perhatian pada karunia Allah yang
menakjubkan, sambil melatih diri kita agar roh ucapan syukur meresap dalam
hidup kita sehari-hari. Beginilah caranya untuk mengalami sukacita hari ini dan
untuk bersukacita selamanya -
HITUNGLAH
BERKAT ANDA YANG BEGITU BERLIMPAH MAKA SEGERA SAJA ANDA TAK MAMPU MENGHITUNGNYA
LAGI
Nats
: Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kehendak-Nya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu (Matius
6:33)
Bacaan
: Matius
6:19-24
Yang
adalah salah satu aspek penting dalam hidup manusia. Bergulirnya aktivitas
ekonomi yang menyertakan uang tak akan pernah habis. Bahkan, Benjamin Franklin
mengeluarkan slogan "time is money", seakan-akan seluruh hidupnya
hanya diprioritaskan dan ditujukan untuk mendapat uang. Bukankah dewasa ini ada
banyak orang yang dibutakan oleh uang? Sebenarnya uang bukan sesuatu yang
jahat. Hanya, kita perlu menjagai sikap hati kita terhadap uang.
Itulah
yang hendak Tuhan Yesus nyatakan kepada kita. Penumpukan harta yang tanpa
tujuan sebenarnya justru akan membuat manusia khawatir. Atau, membuat manusia
percaya pada diri sendiri secara berlebihan. Dan yang paling parah, membuat
hidup manusia dikuasai oleh uang. Itulah inti perkataan Tuhan Yesus (ayat 24).
Tuhan menegaskan bahwa di mana hati kita berada, di situlah prioritas hidup
kita cenderung berada. Bila hati kita ada pada harta, maka seluruh waktu,
pikiran, dan tenaga, kita konsentrasikan untuk mengumpulkan harta pula.
Tuhan
Yesus tidak mengecam orang kaya. Buktinya, Zakheus pun dipanggil menjadi
murid-Nya (Lukas
19:5). Namun Tuhan ingin agar kita memprioritaskan hubungan dengan-Nya di
tengah rutinitas mencari nafkah setiap hari. Ketika kita menjalankan aktivitas
ekonomi sehari-hari, hendaknya kita tetap memancarkan kasih Tuhan. Dengan
demikian, cara kita mencari uang pun akan dipengaruhi oleh sikap hati. Inilah
kuncinya agar kita tidak terjerumus dalam sikap cinta uang, yang merupakan akar
dari segala kejahatan di bumi ini. Mari melihat ke dalam diri. Apa prioritas
hidup kita hari ini? -BL
UANG
MENJADI BERHARGA SAAT IA MENJADI HAMBA DAN BERBAHAYA SAAT MENJADI TUAN ATAS
KITA
Nats
: Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya, supaya sesudah memberitakan
Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak (1Korintus
9:27)
Bacaan : 1Korintus 9:24-27
Bacaan : 1Korintus 9:24-27
Para
prajurit yang tidak ingin menjadi jenderal, bukan prajurit yang baik. Atlet
yang tidak ingin menjadi juara adalah atlet yang buruk," demikianlah bunyi
salah satu tulisan penyemangat yang digantung di sebuah ruang pelatihan
olahraga di Beijing, Tiongkok. Untuk menyiapkan diri menghadapi pesta olahraga
Olimpiade 2008 ini, para atlet Tiongkok telah menjalani latihan keras sejak 6
tahun yang lalu. Selain itu, mereka punya sebuah lagu penyemangat yang
berbunyi, "Laki-laki (berhati) baja tidak menangis. Kami mau menjadi
pahlawan. Menjadi pemenang. Meraih emas!"
Bacaan
kita hari ini juga berbicara tentang pertandingan. Paulus menulis bahwa dalam
gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi hanya ada satu yang
mendapat hadiah. Jadi, Paulus menasihati kita agar menguasai diri dalam segala
hal, bukan untuk mengejar hadiah yang sementara, melainkan mahkota yang abadi
(ayat 25).
Setiap anak Tuhan yang mau menjadi pemenang, tidak boleh berlari tanpa tujuan,
tidak boleh menjadi petinju yang sembarangan memukul (ayat 26).
Ini berarti, anak Tuhan jangan sampai hidup sembarangan, tanpa perencanaan,
tanpa tujuan.
Apakah
cita-cita Anda? Jawabannya bisa apa saja, terserah Anda. Namun, yang penting
adalah merencanakan dan menyiapkan diri untuk meraih cita-cita Anda mulai dari
sekarang. Nasihat Paulus di atas patut kita terapkan mulai hari ini, melalui
beberapa langkah. Langkah pertama: kenalilah diri Anda. Langkah kedua: latihlah.
Langkah selanjutnya: kuasailah! Mulailah melangkah dari langkah pertama! -
BERMAINLAH
SEBAIK-BAIKNYA MAKA GOL AKAN TERCIPTA SENDIRI-
Nats
: Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur (Matius
5:4)
Bacaan : 2 Korintus 1:3-7
Bacaan : 2 Korintus 1:3-7
Setiap
orang pasti pernah berduka. Sebabnya bisa macam-macam; dari kehilangan hingga
kerugian, dari tersakiti hingga terabaikan. Ketika susah, hati kita pedih dan
perih. Realitas hidup terasa suram. Dalam kondisi demikian, bagaimana kita
dapat berbahagia, seperti sabda Tuhan? Hari ini firman Tuhan ditujukan bagi
Anda yang sedang berduka, juga bagi Anda yang hendak menolong orang berduka.
Ucapan
Bahagia Yesus ini ditujukan kepada orang banyak, yang umumnya adalah rakyat
jelata. Mereka berasal dari dalam juga luar negeri Israel (ada yang datang dari
Dekapolis dan seberang Yordan), dan banyak di antara mereka pernah sakit fisik
serta jiwa. Mereka adalah orang kebanyakan, orang-orang di akar rumput, yang
disebut okhlos dalam bahasa Yunani. Bukan orang berpangkat hebat atau
berkedudukan sosial mantap. Yesus berkata kepada mereka, "Berbahagialah
orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur ." Betapa melegakan
sabda ini! Pertama, Yesus mengemukakan kenyataan yang indah kepada mereka.
Kedua, Yesus mengajar mereka untuk tidak digilas kedukaan. Kedukaan memang
menyedihkan dan menyesakkan, namun ia tidak abadi. Setelah kedukaan, realitas
akan berganti lewat penghiburan, yang dapat diwujudkan dalam tindakan cinta
kasih. Ya, orang yang berduka adalah sasaran cinta kasih, demikian pesan Yesus.
Dan inilah kuncinya bagaimana mereka yang berdukacita dapat berbahagia.
Hari
ini, maukah kita menjadi saluran cinta kasih Tuhan bagi mereka yang menderita?
Pergilah, lawatlah teman Anda yang sedang susah. Hadirkan hati Anda bagi
mereka, agar mereka terhibur oleh cinta kasih Tuhan —DKL
TUHAN
INGIN PENGHIBURAN DATANG DARI LINGKARAN KELUARGA ALLAH YANG SALING MENOPANG
Nats
: Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah
dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu bahwa Kristus Yesus ada di dalam
diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tid (2Korintus
13:5)
Bacaan
: 2Korintus
13:1-10
Anda
adalah orang yang ...; menurut saya, Anda cenderung ...; seperti yang sering
saya katakan, Anda itu ...." Demikianlah contoh ungkapan sehari-hari yang
sering ditujukan kepada kita, atau sebaliknya, kerap kita tujukan kepada orang
lain. Ya, manusia cenderung lebih pintar menilai orang lain daripada memeriksa
diri sendiri. Padahal, ketika satu jari menunjuk kepada orang lain, empat jari
yang lain mengarah ke diri sendiri.
Paulus
mengajak jemaat Korintus untuk lebih banyak menyelidiki diri sendiri ketimbang
menilai orang lain (2Korintus
13:5). Sebab bagi Paulus, menyelidiki diri sendiri sangat penting dalam
pertumbuhan rohani. Saat seseorang berani menyelidiki diri sendiri, berarti ia
berani melihat kondisi hidupnya apa adanya, termasuk kelemahannya. Dengan
menyadari kelemahan diri sendiri, orang dapat bercermin dan terbuka kepada
Allah yang menyelidiki hati. Lalu mengambil langkah untuk memperbaiki diri.
Hasilnya, ia lebih tahan uji dibandingkan mereka yang tak pernah memeriksa
batin sendiri dan malah asyik menilai apa yang tampak dari orang lain.
Sudahkah
kita membangun kebiasaan untuk menyelidiki diri sendiri? Atau, kita hanya
pintar "mengutak-atik" hidup orang lain dan marah apabila orang lain
meneliti hidup kita? Mari memperbanyak waktu untuk melihat ke dalam diri supaya
kita lebih waspada dan juga toleran terhadap orang lain. Orang yang selalu
sedia memeriksa batinnya setiap saat ibarat seseorang yang rajin membersihkan
rumahnya dari debu dan sampah. Hati kita pun akan bersih bila kita bersedia
selalu membersihkannya bersama dengan Allah -DKL
BERANILAH
MELIHAT KE DALAM DIRI AGAR KELUAR BUAH YANG BAIK DARI HIDUP INI
Nats
: Dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah
mereka (Matius
18:20)
Bacaan
: Matius
18:19,20
Suatu
hari, telepon di gereja tempat Presiden Roosevelt beribadah berdering. Si
penelepon bertanya kepada sang pendeta, "Pak Pendeta, apakah Presiden
Roosevelt akan ikut kebaktian di gereja minggu ini?" "Saya tidak bisa
memastikan hal itu," ujar sang pendeta. "Namun, yang pasti Allah
hadir di sana. Dan, itu sudah sangat cukup untuk menarik jemaat datang."
Dewasa
ini, banyak artis kristiani sering diundang untuk melayani dalam ibadah suatu
gereja. Saat mereka melayani, tampaknya suasana ibadah menjadi hidup dan
semarak. Dan tampaknya jemaat mendapat banyak "berkat". Namun jika
tiba-tiba artis yang diundang batal hadir, suasana ibadah seolah-olah menjadi
mati, kering, membosankan, dan jemaat pulang tanpa membawa "berkat".
Kenyataan ini sungguh menyedihkan, karena artis-artis rohani itu malah menjadi
faktor penentu dalam ibadah. Ini menandakan bahwa ada masalah; bukan pada si
artis, tetapi pada jemaat itu sendiri. Motivasi jemaat yang seperti ini sudah
bukan lagi hendak mencari Tuhan, tetapi seolah-olah datang hendak
"menyaksikan pertunjukan".
Jika
motivasi kita murni untuk beribadah, kita tak perlu kecewa apabila artis yang
dijadwalkan hadir ternyata tidak jadi datang. Toh, mereka ada atau tidak, Tuhan
tetap hadir di sana (ayat 20).
Sekalipun tak ada artis rohani yang hadir, Tuhan tetap dapat melakukan sesuatu
dalam ibadah, melalui siapa saja. Mari kita luruskan lagi motivasi kita dalam
beribadah; yakni untuk mencari Tuhan, bukan siapa pun yang lain. Pasti kita
akan mendapat berkat dalam ibadah, siapa pun yang melayani -PK
DALAM
BERIBADAH YANG TERPENTING ADALAH BERTEMU TUHAN, BUKAN YANG LAIN
Nats : Diamlah dan
ketahuilah, bahwa Akulah Allah! (Mazmur
46:11)
Bacaan : 2Raja-raja
6:14-18
Ketika berjalan
memasuki kantor, Eddy menyenggol ujung meja seorang teman yang memang posisi
mejanya agak miring. Karena kesakitan, Eddy menjadi marah. Dalam kondisi marah,
ia kemudian menjadi kalap dan menyalahkan temannya yang tidak menyusun meja
dengan benar. Sikap kalap membuatnya tidak tenang, over reaktif, sehingga ia
tak dapat melihat apa yang sesungguhnya terjadi dengan mata jernih.
Bujang
Elisa juga bersikap kalap ketika mendapati dirinya dan Elisa, tuannya, dikepung
oleh pasukan raja Aram. Sikap reaktif membuatnya panik dan ketakutan, bahkan
mengeluarkan kalimat putus asa (ayat 15).
Hal itu menghalanginya untuk melihat bahwa pertolongan Tuhan ada di sekelilingnya
(ayat 17).
Sebaliknya, Elisa memiliki kepercayaan yang besar kepada Allah yang dapat
diandalkan. Dengan begitu ia dapat bersikap tenang, bahkan dapat berdoa meski
ia ada dalam situasi yang sama dengan bujangnya.
Kalap
membuat hati kita bergejolak dan tidak dapat berpikir jernih. Dalam kondisi
demikian, sangat mungkin kita mengambil tindakan yang salah. Lalu apa yang
harus kita lakukan agar tidak kalap, meskipun tekanan datang tanpa dapat
diduga? Pemazmur membukakan sebuah sikap yang indah, yaitu "diam".
Diam dan tenang di hadapan Allah akan menolong kita untuk tidak bersikap kalap
dalam menghadapi tekanan.
Doa
bukan sekadar waktu untuk berbicara dengan Tuhan. Doa juga merupakan waktu
untuk menenangkan diri di hadapan-Nya dan melihat Dia berkarya melalui keadaan
yang sulit sekalipun. Hari ini, bila situasi hidup menekan Anda, ambillah
pilihan untuk berdoa -RY
BADAI
AKAN MEMBUAT KITA PANIK TETAPI TUHAN AKAN MENENANGKANNYA
Nats
: Ketika orang banyak melihat apa yang telah diperbuat Paulus, mereka itu
berteriak ...: "Dewa-dewa telah turun ke tengah-tengah kita dalam rupa
manusia" (Kisah
Para Rasul 14:11)
Bacaan : Kisah Para Rasul 14:8-20
Bacaan : Kisah Para Rasul 14:8-20
Winston
Churchill, mantan Perdana Menteri Inggris, pernah ditanya, "Tidakkah Anda
merasa tersanjung? Setiap kali Anda berpidato, orang datang berbondong-bondong
sampai tidak kebagian tempat. Mereka sangat menyanjung Anda!" Sang Perdana
Menteri menjawab: "Tiap kali ingin berbangga, saya ingat satu hal.
Seandainya saya kelak dihukum gantung, jumlah orang yang hadir pasti melonjak
dua kali lipat!"
Sanjungan
dunia semu sifatnya. Gampang berubah. Ketika Tuhan Yesus memasuki Yerusalem,
rakyat menyanjung-Nya. Beberapa hari kemudian, massa yang sama meneriakkan
"Salibkan Dia!" Itu juga yang dialami Rasul Paulus. Sehabis menyembuhkan
seorang lumpuh dengan kuasa Allah di Listra, penduduk terkesima. Dikiranya
Paulus dan Barnabas adalah titisan dewa. Mereka berdua pun langsung dipuja-puja
dan diberi aneka persembahan. Tetapi begitu orang-orang Yahudi membujuk mereka,
segera saja mereka berbalik melempari Paulus dengan batu (ayat 19).
Untunglah Paulus dan Barnabas tidak haus sanjungan. Keduanya malah prihatin
melihat penduduk memuja-muja mereka. Paulus berusaha menjelaskan bahwa hanya
Tuhan yang layak disembah. Pantang baginya untuk mencuri kemuliaan Tuhan bagi
diri sendiri.
Setiap
orang suka disanjung. Sebetulnya tidak salah kalau kita merasa tersanjung saat
dipuji orang. Yang salah, kalau kemudian kita gila sanjungan, hingga rela
mengorbankan apa pun demi mendapat sanjungan. Sanjungan bisa menyesatkan,
lagipula cepat sirna. Lebih baik fokuskan diri untuk melakukan tugas sebaik
mungkin. Tidak peduli disanjung atau tidak -JTI
SANJUNGAN
ITU IBARAT PERMEN KARET BOLEH DINIKMATI SESAAT, NAMUN JANGAN DITELAN.