Pendahuluan
Roma
15, merupakan kesimpulan dalam kitab Roma, bagaimana sesungguhnya cara kita hidup. Ada istilah
lemah dan kuat dalam Roma 15, tetapi kata kuat dan lemah jangan disalah artikan.
Manusia tidak dapat menilai siapa yang kuat siapa yang lemah, siapa yang lebih
kuat. Memang dunia ini dunia persaingan, sehingga tanpa sadar, dalam watak kita
ada persaingan dan keinginan untuk lebih unggul, pintar dan hebat. Konsep itu
sudah tertanam dalam hati kita, walaupun kita sudah mengenal Tuhan. Sehingga
kita sering secara tidak sadar membandingkan diri kita dengan orang lain dalam
berbagai faktor. Inilah yang sering membuat terjadinya perselisihan satu dengan
yang lain.
Sebelum
kita membahas perenungan kita
pada pagi hari ini saya ingin memberikan ilustrasi. Pada suatu hari ada
percakapan antara mulut, otak, perut dan jantung. Kata otak kepada mulut “ aku itu lebih berharga dari
kamu, karena aku yang lebih dibutuhkan, kalau tidak ada aku kamu tidak dapat
berbicara apa-apa”, kemudian mulut membalas dengan mengatakan “ sama saja,
kalau tidak ada aku, kamu juga tidak berguna, karena aku yang paling di
butuhkan saat berkomunikasi dengan orang lain”, kemudian datanglah si perut dan
dia mengatakan “ yang paling penting itu aku, karena tanpa aku kalian tidak
dapat berpikir dan berbicara, kemudian datanglah jantung “tunggu dulu, tanpa
aku kalian semua mati dan tidak dapat berbuat apa-apa”. Dari ilustrasi di atas
memperlihatkan bahwa kesatuan antara anggota tubuh itu sangatlah penting, Apa
jadinya jika salah satu anggota tubuh itu tidak berfungsi? Tentu akan
mempengaruhi anggota tubuh yang lain, oleh sebab itu anggota tubuh tidak
sebaiknya untuk saling merendahkan . Anggota tubuh itu sama seperti anggota
Jemaat yang dipersatukan oleh tubuh Kristus. Sebaiknya saling bekerja sama
untuk menjalankan fungsi masing-masing sebagai anggota Kristus bukan saling
menjatuhkan atau membanggakan dirinya
Dengan
melihat Surat Roma
besar kemungkinan bahwa jemaat Kristen disana terdiri dari Yahudi dan non
Yahudi, dimana keberadaan kelompok Yahudi adalah minoritas pada kota itu.
Karena dalam surat Roma ini, kelihatannya Paulus terkadang berbicara khusus
kepada kelompok Yahudi, seperti sebutan “Abraham” “bapa kita” (4:1) dan dalam
hal lain ia berbicara kepada yang non Yahudi (1:5 dsb; 11:13; 28:31).
Sama halnya dengan
kekristenan di Indonesia demikian juga posisi Yahudi dalam jemaat Roma yang
minoritas. Paulus mengangap penting menyapa jemaat Roma dengan keadaan yang
demikian, agar jemaat Roma dapat bertahan dalam keharmonisan, walaupun dengan
berbagai suku dan bangsa (Yahudi dan non Yahudi) serta keragaman kuantitas.
Jemaat dengan keragaman itu, bukanlah menjadi jemaat tanpa pengharapan, justru
dengan keadaan itu, jemaat perlu berpegang teguh pada sumber pengharapannya,
yakni Tuhan Yesus Kristus.
Keterangan Nats
Berpegang Teguh Pada
Pengharapan (4)
Hidup
tanpa pengharapan,
sama halnya dengan hidup tanpa masa depan. Tanpa pengharapan akan mengakibatkan
sikap pesimistis akan masa depan yang lebih baik. Untuk menghadapi kehidupan
ini perlu pengharapan, sebab dengan pengharapan akan menambah semangat
seseorang untuk mencapai sesuatu. Rasul Paulus memberikan pengertian kepada
jemaat Roma untuk hidup dalam pengharapan. Pengharapan yang dimaksud adalah
pengharapan yang telah diberikan oleh Allah, yang sudah tertulis dalam Alkitab.
Pada
ayat 4 dinyatakan “Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis
untuk menjadi pelajaran bagi kita,
supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan
dari Kitab Suci”. Alkitab berisi
pelajaran bagi orang Kristen, pelajaran itu diberikan supaya orang percaya
teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan. Pengharapan harus dipegang, jangan
sampai lepas, oleh karenanya setiap orang yang berpengharapan adalah orang yang
memiliki ketekunan. Sebab dengan melihat serta memaknai kehidupan ini, tentunya
terkadang seolah-olah tidak ada pengharapan. Untuk menghadapi masa paling sulit
sekalipun, bukan berarti tidak ada jalan keluar, asalkan tetap bertekun
memegang erat pengharapan.
Dalam
Kerukunan Memuliakan Allah (5-6)
Rasul Paulus juga
mengharapkan dan menghimbau agar jemaat di Roma hidup dalam kerukunan. Kepelbagaian suku bangsa dalam persekutuan, tidaklah menjadi
penghalang adanya kesatuan untuk memuji
dan memuliakan Allah serta berbuat kasih. Keragaman suku bangsa dalam satu
jemaat adalah kekayaan yang patut di syukuri. Dengan keragaman dalam satu
jemaat, tentunya akan memberikan nilai tambah pada jemaat itu sendiri untuk
melaksanakan kehendak Allah.
Perbedaan
atau keragaman adalah karya ciptaan Allah, keragaman itu juga menunjukkan bahwa Allah memiliki
daya cipta yang luar biasa. Keragaman dapat juga dinyatakan sebagai bentuk dari
kebesaran dan kemahakuasaan Allah, oleh sebab itu segala perbedaan bukan
menjadi tembok penghalang untuk memuliakan Allah dalam kebesaran dan
kemahakuasaanNya. Justru dengan keragaman itulah seharusnya manusia semakin
sadar dan bersyukur bahwa Allah patut untuk di sembah, sebab Dia mahakuasa.
Kesatuan
Allah adalah Ajakan Bagi Bangsa-Bangsa Memuji Tuhan
Banyak
perbedaan yang pasti akan dijumpai dalam satu jemaat, seperti yang terjadi dalam jemaat
Roma, ada Yahudi ada non Yahudi. Bukan hanya perbedaan suku dan bangsa, namun
dalam satu jemaat biasa dan bisa saja hanya ada satu suku dan bangsa, seperti
kebanyakan gereja yang ada di Indonesia. Namun hal itu tidak menjamin adanya
keselarasan pemahaman dalam jemaat itu. Kenyataannya masih ada kita dengar
gereja yang memisahkan diri dari sinodenya lalu membuka gereja yang baru dan
membuka sinodenya yang baru juga. Ada juga jemaat yang harus menerima siasat
gereja, namun tidak bisa menerimanya, akhirnya pergi ke sekte yang lain dan
diterima. Hal tersebut hanyalah sebagian kecil dari perbedaan pemahaman dan
kehidupan bergereja yang dapat kita temui saat ini.
Dalam ayat 7 pada
perikop ini rasul Paulus mengatakan “terimalah
yang satu dengan yang lain, seperti Kristus juga telah menerima kita”.
Dalam nats ini kata kunci untuk membentuk kesatuan itu adalah “saling
menerima”. Sikap saling menerima perbedaan tentunya perlu untuk dipahami dengan
sebaik-baiknya. Apakah gereja dituntut untuk menerima kesesatan? Tentunya tidak
sesederhana itu yang dimaksudkan oleh Paulus. Saling menerima dalam nats ini
ialah didalam Kristus. Tuhan Yesus Kristus menerima kita dengan kepelbagaian
dosa dan kehidupan serta cara pandang kita, namun perlu dipahami Tuhan Yesus
tidak pernah menerima Iblis untuk diselamatkan. Tuhan Yesus Kristus menerima
kita dengan kasihNya dan tentunya kita juga akan menerima yang satu dengan yang
lain dengan kasih Tuhan Yesus Kristus. Didalam Tuhan Yesus Kristus akan
menerima pembenaran dan kasih. Setiap yang diterima oleh Tuhan Yesus sudah
memperoleh pembenaran dan kasihNya. Oleh karenanya, menerima satu dengan yang
lain tidak terlepas dari pembenaran dan kasih Allah. Itulah yang menyebabkan
gereja dapat menerima orang-orang yang dianggap sangat berdosa, namun harus
diingat haruslah siap untuk masuk kedalam pembenaran dan kasih Tuhan Yesus
Kristus.
Demikian halnya dalam
kepelbagaian dalam jemaat, harus bisa saling menerima yang satu dengan yang
lain, namun tetap berada dalam posisi pembenaran dan kasih dari Tuhan Yesus
Kristus. Dengan saling menerima didalam pembenaran dan kasih Tuhan Yesus
Kristus, maka akan terjadi saling menerima dan terjadilah harmoni kedamaian. Dengan terciptanya kedamaian dalam
satu jemaat, ini akan memberikan efek yang baik dalam pekabaran Injil. Suku dan
bangsa akan melihat jemaat yang hidup dalam damai itu sebagai contoh yang baik
untuk ditiru, dan juga akan diikuti. Dengan demikian nama Allah akan dimuliakan
oleh suku dan bangsa.
Penutup
Apa yang ditulis dalam
Roma 15, tidak dapat lepas dari doa yang Yesus naikkan sebelum Dia naik ke
salib, yang merupakan dasar, fondasi, isi hati Tuhan, kerinduan Tuhan, untuk
kita. Yoh 17:1-26, fokus pada ayat 21-23 yang menjadi fondasi dan kebenaran
dari pesan yang ada dalam Roma 15. Doa syafaat Yesus dibagi atas 3 bagian:
1.
Untuk diri sendiri. 2. Untuk
murid-murid. 3. Untuk umat Kristiani pada umumnya.
Kesatuan
dan persatuan antar murid Yesus dan antar anak-anak Tuhan, merupakan kerinduan hati Yesus.
Kesatuan itu merupakan satu persekutuan dari hati ke hati. Dalam doa ini, kita
dapat melihat betapa besar kasih Yesus. Relationship antar kita dengan Tuhan
diibaratkan seperti Gembala dan domba, tidak hitung-hitungan, penuh kasih
sayang dan pengertian. Kesatuan antara murid-murid akan membawa dunia menjadi
percaya.
Tujuan kedatangan Yesus ke dunia adalah supaya dunia percaya Yesus sebagai Mesias dan juru selamat.
Tujuan kedatangan Yesus ke dunia adalah supaya dunia percaya Yesus sebagai Mesias dan juru selamat.
Kesatuan dan sikap
saling menerima, merupakan implikasi dan aplikasi dari iman dari seseorang.
Sikap kita yang saling menerima, merangkul dan saling memperhatikan, merupakan bukti bahwa kita sungguh-sungguh mengenal hati Tuhan. Tidak sama dengan konsep saling menerima, merangkul dan memperhatikan dalam hal duniawi.
Sikap kita yang saling menerima, merangkul dan saling memperhatikan, merupakan bukti bahwa kita sungguh-sungguh mengenal hati Tuhan. Tidak sama dengan konsep saling menerima, merangkul dan memperhatikan dalam hal duniawi.
Orang dunia saling
menyenagkan dan memperhatikan. Misalnya jika merasa letih dan capek, mereka
pergi minum-minum. Kesannya lebih menyenangkan, tetapi berbeda dengan konsep
orang Kristen. Konsep menyenangkan, menerima dan memperhatikan dunia beda
dengan yang ada dalam Yesus. Orang-orang yang berkumpul karena mengkonsumsi
narkoba, kadang-kadang lebih kompak dari persekutuan orang percaya. Orang-orang
gang juga siap mati untuk temannya. Itu satu kebanggaan bagi mereka.
Kesatuan untuk
menyenangkan satu sama lain, bukan dengan sikap duniawi, tetapi ada hakekat
kekristenannya. Yesus berkali-kali mengungkapkan kesatuan, saling menerima,
supaya dunia percaya.
Sikap
dan tingkah laku kita terhadap dunia sangat penting. Jangan munafik.
Yoh 17:23, melalui kesatuan, saling menerima, menolong dan persekutuan yang indah merupakan bukti bahwa mereka sungguh-sungguh memiliki hati Tuhan.Amen
Yoh 17:23, melalui kesatuan, saling menerima, menolong dan persekutuan yang indah merupakan bukti bahwa mereka sungguh-sungguh memiliki hati Tuhan.Amen