Salah satu masalah
besar yang kita hadapi dalam hidup ini yang pasti menggelisahkan kita adalah
ketika kita harus menunggu sesuatu di dalam ketidakpastian. Biasanya berbagai ketidakpastian inilah yang
menggelisahkan hati kita. Coba kita Bayangkan ketika seorang ibu yang sedang
menantikan kelahiran anaknya. Pada hari yang diperkirakan oleh dokter ternyata
si jabang bayi tidak kunjung lahir juga. Ketika orang-orang yang sedang dalam
keadaan sakit, demikian lama mereka berharap
dan menunggu, tetapi tidak ada
kejelasan mereka akan sembuh atau tidak.
Atau juga seorang Pria/Wanita yang telah lama menantikan hadirnya jodoh yang
ditentukan baginya. Ia bergumul dengan dua pertanyaan ini: apakah saya akan
berjodoh dengan seseorang ataukah saya harus melajang seumur hidup saya?
Mungkin juga kita sedang menunggu pengumuman penting di kantor, apakah kita
menjadi salah seorang pegawai yang turut mendapatkan kenaikan pangkat tahun
ini.
Semua ketidakpastian ini pastinya sangat
menggelisahkan hati kita, membuat kita tidak merasa nyaman dan cemas. Kita
lebih suka dengan jawaban ya atau tidak,
kita tidak suka menunggu jawaban dalam waktu yang cukup lama. Di dalam hidup
ini sering kali kita tidak merasa sabar
atas sesuatu, semuanya harus serba pasti. Akibatnya, kita akan merasa gelisah
ketika kita menjumpai sebuah ketidakpastian
di dalam hidup ini.
Firman Tuhan dlm Yesaya
64:4: "Tidak ada telinga yang mendengar, dan tidak ada mata yang melihat
seorang allah yang bertindak bagi orang yang menanti-nantikan dia; hanya Engkau [Tuhan] yang berbuat
demikian".Di sini Tuhan digambarkan sebagai pribadi yang bertindak bagi
orang yang menantikan-Nya, bertindak
sebagai Bapa yg baik. Bukankah ini adalah sebuah kabar baik? Apabila dikatakan bahwa Tuhan akan bertindak bagi
mereka yang menanti-nantikan-Nya, itu menandakan dua hal. Yang pertama adalah Tuhan bertindak, dan
yang kedua adalah orang-orang yang
menanti-nantikan Dia.
Apabila kita percaya
bahwa Tuhan bertindak, maka kita pun harus percaya bahwa Dia akan bertindak
pada waktu-Nya, sehingga kita harus sabar menantikan
saat itu tiba. Dengan kata lain, kita harus memahami bahwa waktu Tuhan tidak
sama dengan waktu kita. Itulah sebabnya dikatakan bahwa Tuhan bertindak bagi
orang-orang yang menanti-nantikan Dia. Jadi ada saatnya kita memang
harus menunggu tindakan Allah dengan
gelisah. Sering kali pada masa penantian itu kita dengan cemas bertanya-tanya,
mengapa Tuhan tidak segera bertindak? Mengapa Dia tidak melakukan apa yang
dipandang-Nya benar? Mengapa Dia tidak menjawab
doa kita pada saat itu juga? Sekali lagi, Tuhan hendak mengajar kita untuk
melihat perbedaan waktu-Nya dengan
waktu kita. Dan jika memang kita merasa bahwa waktu itu terlalu lama, itu
artinya Dia menghendaki kita untuk menunggu, walaupun dengan perasaan tidak tenang dan gelisah.
Alangkah
menariknya ketika kita memperhatikan orang-orang yang sedang menunggu giliran
di sebuah ruang tunggu dokter gigi. Biasanya mereka datang dengan muka muram
dan tegang, (lebih baik sakit hati dr pd sakit
gigi). Uniknya, ketika nama mereka dipanggil untuk giliran selanjutnya,
mereka pun tidak menunjukkan ekspresi
yang senang, bahkan ada yang merasa semakin tegang. Saya sering mendengar
keluhan beberapa orang yang gelisah melihat anak atau cucunya belum mendapatkan
jodohnya. Padahal mungkin yang bersangkutan malah bersikap santai. Semuanya itu memperlihatkan bagaimana untuk
menunggu hal-hal yang wajar secara manusiawi, manusia dapat menjadi cemas,
apalagi ketika kita sedang menunggu-nunggu Allah bertindak dalam hidup kita. Ketika kita jatuh sakit, kita berharap Allah
segera menyembuhkan kita. Ternyata penyakit itu tidak kunjung sembuh.
Kegelisahan itu akan terus menggerogoti pikiran kita. Tetapi mau tidak mau kita
harus menunggu?
Menunggu adalah hal yang sangat
menggelisahkan, terutama apabila kita menunggu waktu Tuhan bekerja atas
sesuatu. Bangsa Israel pernah mengalami penantian yang membosankan. Ketika Musa
sedang bersama dengan Allah di atas gunung
Sinai, mereka merasa bahwa Musa terlalu lama berada di sana. Seharusnya ia
segera turun dari gunung itu untuk memimpin mereka kembali, dan mereka pun
menjadi sangat gelisah. Di antara mereka muncul berbagai dugaan, bisa jadi Musa
telah wafat, atau mungkin ia telah pergi meninggalkan mereka, atau bahkan telah
diangkat oleh Tuhan ke surga. Di tengah-tengah ketidakpastian itu mereka
mengambil keputusan untuk mengumpulkan semua anting-anting serta perhiasan emas
mereka dan meleburnya menjadi sebuah patung anak lembu emas untuk disembah.
Begitu mudah bagi mereka untuk melepaskan diri dari ketidaksabaran untuk
menunggu Musa mendapatkan hukum dari Allah bagi mereka. Mereka dengan mudahnya melupakan semua pertolongan
serta mukjizat yang Allah nyatakan dalam sepanjang kehidupan mereka. Itulah
sebabnya Musa begitu murka ketika kembali dan mendapati mereka berbuat tidak setia terhadap Allah.
Ada seseorang memakai
kaus oblong bertuliskan "Yesus Juruselamat dunia." ia mengaku bahwa
dirinya adalah seorang majelis jemaat. Dia memiliki sebuah toko yang tidak pernah ramai oleh pembeli. Ia merasa Tuhan
tidak menjawab doanya untuk membuat tokonya
laris. Lalu ia mengikuti saran temannya untuk meminta petunjuk dari seorang
paranormal. Ketika kami menegurnya atas tindakan ini, bapak tersebut
justru berkata," Ya ... untuk jaga-jaga saja. Kalau dengan
Yesus tidak berhasil, ya dengan yang
ini semoga bisa berhasil. Apalagi kalau Yesus bisa bekerja sama dengan
paranormal tadi. Pasti hebat hasilnya."
Tatkala kita mengalami
sakit, kita mencoba untuk mendekatkan diri kepada Tuhan sembari memohon
kesembuhan dari-Nya. Tetapi ada kalanya kita tidak kunjung sembuh
sehingga kita mulai memikirkan banyak alternatif
di luar Kristus. Walaupun kita tahu bahwa pilihan pengobatan alternatif itu
salah, apalagi dengan disebutkannya nama-nama di luar Tuhan kita, tetapi kita tidak sabar menunggu jawaban
kesembuhan dari Tuhan, sehingga kita tetap melakukannya. Dengan mudahnya kita
berkata bahwa kita akan meminta pengampunan dari Tuhan setelah kita sembuh
berkat pengobatan alternatif itu. Tatkala kita tidak sabar menantikan jawaban
serta tindakan Tuhan, sering kali kita bertindak seperti orang Israel, yaitu
memutuskan untuk memakai berbagai jalan
pintas yang justru bertentangan dengan kehendak-Nya, bahkan yang dibenci
oleh-Nya.
Ketidaksabaran kita
dalam menantikan waktu Tuhan selalu memunculkan masalah baru. Misalnya saja
apabila kita merasa tidak menemukan lagi kecocokan dengan pasangan hidup kita
-baik suami maupun istri- dan kita tidak sabar menunggu waktu Tuhan bekerja
untuk mengubah kehidupan kita menjadi lebih baik, maka dengan mudahnya kita
memutuskan untuk bercerai dan
mencari pasangan baru yang kita anggap lebih memahami kita dan lebih baik dari
pasangan terdahulu.
Ketidaksabaran kita dalam menantikan waktu Tuhan, juga
membuat kita melakukan banyak hal yang menyakiti hati-Nya dan orang lain. Kita
selalu bersungut-sungut? Jawabannya terdapat pada ayat 8: "Tetapi
sekarang, ya Tuhan, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang
membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu". Inilah
faktanya, bahwa didalam masa penantian itu, sebenarnya Tuhan sedang membentuk
hidup kita, dengan kata lain, kita sedang dibentuk oleh sang Pembuat. Waktu
yang terasa lambat dan lama itu sebenarnya merupakan masa Tuhan mempersiapkan hidup kita untuk menerima
berkat-Nya. Jadi pada saat kita bertanya-tanya mengapa Tuhan begitu lama
menjawab doa kita, pada saat itulah sebenarnya Dia sedang membentuk dan mempersiapkan kehidupan kita sehingga pada saat yang
tepat, hidup serta karakter kita
telah terbentuk tepat seperti yang diharapkan-Nya pada saat Dia memberi jawaban
atau berkat kepada kita. Sering kali orang yang tidak siap, baik itu
mempersiapkan diri, disiapkan oleh Tuhan, maupun menolak untuk disiapkan oleh
Tuhan, justru akan menemui serta membuat masalah baru.
Kita banyak menjumpai
orang yang dulunya berkekurangan secara material tetapi kehidupan keluarganya bahagia dan suami-istri saling
mendoakan, terutama agar keuangan mereka diberkati lebih dari cukup. Tetapi di
kala mereka telah diberkati dengan limpah secara material, sang suami mulai tergoda untuk memalingkan hati dan
perhatiannya kepada wanita lain, mereka tidak lagi saling mendoakan.(Ill. Calon Pnt. Yg mengundurkan diri atas desakan istri; Suami guru naek sepeda istri
berdoa spy ada kreta) Harta yang menjadi jawaban atas doa mereka ternyata
tidak menjadi berkat, malah menimbulkan masalah baru. Mengapa? Karena mereka,
terutama sang suami, tidak cukup matang dan siap dalam hal karakter dan iman untuk menerima berkat Tuhan, sehingga ia
tidak mampu bereaksi tepat seperti yang diharapkan-Nya. Berkat Tuhan justru
menjadi masalah baru, tidak lagi berkat.
Begitu pula ketika
kita sakit, ada saatnya Tuhan membentuk
kita terlebih dahulu supaya kita siap menerima berkat kesembuhan itu. Ketika
saya sedang mengunjungi seorang pria yang sedang sakit, istrinya malah berharap
agar ia tidak segera sembuh. Menurutnya, jika segera sembuh, maka sang suami
akan segera kembali menjadi pria yang berperangai kasar, suka memukul dan menyakitinya
serta anak-anak mereka. Itulah yang menjadi alasan Tuhan tidak segera menjawab
doa kita. Dia harus membentuk sifat,
karakter, iman, serta hati kita
terlebih dahulu untuk menyiapkan kita menerima jawaban doa tepat pada waktunya.
Ketika kita siap menerima jawaban dari pergumulan kita, karakter serta perilaku
dan iman kita terbentuk, maka saat itulah Tuhan siap bertindak bagi kita, dan
kita akan menerimanya dengan bahagia.
Kita semua memiliki
berbagai pengalaman mengenai belum terjawabnya doa kita, sehingga itu
menggelisahkan hati kita. Tetapi apabila kita mencoba memahami bahwa waktu
Tuhan tidaklah sama dengan waktu manusia, dan melihat bahwa di dalam masa
penantian itu Tuhan sedang menguji dan membentuk karakter kita supaya kita siap
menerima jawaban Tuhan, maka masa
itu menjadi masa yang tidak menggelisahkan.
Sebaliknya, masa penantian itu adalah saat yang baik bagi kita untuk diperbaiki
dan dibentuk, seperti tanah liat di
tangan Tuhan, sang Pembentuk kita. Kita tidak boleh marah apalagi sampai
bertindak konyol dengan melakukan hal-hal yang menyakiti hati-Nya apabila doa
kita belum terjawab. Memang tindakan Tuhan sering kali terasa lambat, tetapi
Dia tidak pernah terlambat. Masa penantian adalah masa di mana Tuhan terus
membentuk hidup kita. Amen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar