Sabtu, 26 April 2014

Khotbah Minggu 27 April 2014 1 Petrus 1:3-9 Thema: "Kebangkitan Kristus Dasar Pengharapan, Iman dan Kasih"

Pendahuluan
Penulis I Petrus yang menyampaikan gagasan-gagasannya melalui surat. I Petrus diawali dan diakhiri dengan salam (1:1-2, 5:12-14). Surat ini ditujukan kepada jemaat Kristen yang tersebar di wilayah Asia Kecil bagian utara (1:1). Penulis menghendaki agar orang yang membaca surat ini sadar bahwa mereka akan menanggung penderitaan karena iman mereka. Namun, penderitaan tidak akan mengalahkan mereka karena Yesus telah menderita sengsara dan mati untuk mengampuni dosa mereka, dan karena Allah telah membangkitkan Dia dari kematian. Orang Kristen berharap akan dibangkitkan menuju hidup baru, dan harapan itu sudah dimulai sejak pembabtisan.
(1) Dalam penanggalan liturgi gerejawi, hari ini Minggu Quasimodo Geniti, maknanya:
Quasimodo Geniti dalam bahasa Latin artinya sama seperti bayi-bayi yang baru lahir (1 Ptr 2:2).
Istilah ini menggambarkan bahwa pertumbuhan bayi yang baik, sehat dan selamat harus selalu ingin air susu ASI (Air Susu Ibu). Selalu ingin berarti bukan kadang-kadang ingin dan kadang-kadang tidak. Tanpa ASI tidak dapat bertumbuh sehat dan selamat. Dengan gambaran ini sang bayi tidak dapat berbuat apa-apa, tanpa dekat dengan si Ibu. Hanya dalam pelukan si ibu, maka sang bayi merasa tenang.
Kondisi ini diungkapkan permasmur dalam Mzm.62:2 “Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku”.
Bayi-bayi yang baru lahir sangat mengandalkan orangtuanya. Tidak ada sedikitpun rasa kuatir tentang kasih sayang dan kemampuan orangtuanya untuk memeliharanya.
Jadi bagi bayi yang terpenting adalah orangtuanya, demikian tentunya bagi orang beriman yang terpenting Allah memelihara dan menyelamatkan walau apapun yang dialami.
1 Petrus 1: 3-9
Pujian di bagian awal surat menjadi tema pokok surat 1 Petrus ini. Pujian tema pokok ini didasarkan pada: 1) Allah memberikan kita kelahiran baru melalui iman kepada Injil, 2) kelahiran baru ini membawa pengharapan, 3) kelahiran baru ini berdasar pada kebangkitan Yesus dari kematian, dan 4) orang-orang Kristen  mendapatkan warisan ilahi yang tidak dapat hilang. Pengharapan masa depan dan warisan yang akan disingkapkan pada zaman akhir menuntut ketekunan orang percaya dalam pertobatan. Ketekunan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi berbagai pencobaan untuk memurnikan iman yang baru ini.
 Khotbah:
Dalam minggu gerejawi hari ini kita memasuki Minggu setelah kita merayakan Paskah. Sebuah ‘passion’ yaitu keinginan, semangat, tekad untuk mematikan lembaran hidup lama yang dikuasai keinginan daging serta bangkit kembali membuka lembaran baru yang dikuasai Roh Allah. Hal ini meningatkan keberadaan kita sebagai orang Kristen yang sudah ‘lahir kembali’ seperti bayi-bayi.
1 Petrus 1:3-9 yang menjadi perenungan kita hari ini tampaknya dipengaruhi pujian kuno dalam gereja yang bisa diungkap dalam 3 (tiga) pujian:
Pertama, ayat 3-5 Pujian kepada Allah, Bapa sebagai pemrakarsa ciptaan baru. Allah membangkitkan Yesus Kristus dari antara orang mati. Allah mengubah serta memberikan kehidupan yang baru.
Kedua, ayat 6-9 Pujian kepada AnakNya, yang mengungkapkan kasihNya, sehingga dapat bertahan menderita sengsara sampai mati. Allah menerima kematian Yesus sebagai tebusan bagi dosa manusia. Yesuslah menjadi yang pertama dari keluarga baru Allah. Semua yang percaya kepadaNya akan bangkit dari kematian. Karya kasih inilah yang membuat bergembira, sekalipun sekarang harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.
Ketiga, sebenarnya ayat setelah perikop kita hari ini dari ayat 10-12 yaitu Pujian kepada Roh Kudus yang menjadi nyata dalam pemberitaan para nabi.
Ketiga pujian ini sejalan dengan pujian yang diungkapkan dalam Titus 3:4-8. Kalau kita perhatikan kelima ayat dalam Titus ini: nyata kemurahan Allah yang telah menyelamatkan kita. Hal itu sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus Juruselamat kita sehingga kita berhak menerima hidup yang kekal. Ini semua bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus.
Perenungan kita hari ini hanya mengambil dua bagian dari pujian itu, yaitu pujian kepada Bapa dan Anak-Nya yang dalam peringatan Paskah minggu lalu telah menyelesaikan karya Agung untuk menyelamatkan umat manusia yang percaya kepadaNya.
Surat Petrus yang pertama ini dituliskan untuk menguatkan orang Kristen yang tersebar bagian Utara Asia Kecil yang berbudaya Yunani, demikian juga komunitas yang berbudaya bagian Timur yang sekarang disebut Iran. Orang Yahudi juga banyak yang tinggal disini. Pokoknya supaya semuanya sabar menanggung penderitaan karena beriman. Yang jelas bahwa penderitaan itu tidak akan mampu mengalahkannya karena Yesus sendiri telah lebih dahulu mengalami kesengsaraan dan derita sampai mati untuk mengampuni dosa mereka yang beriman kepadaNya. Dan karena Allah telah membangkitkan Yesus dari kematian, maka orang Kristen akan dibangkitkan juga menuju hidup baru yang ditandai dengan baptisan.
Kehidupan gereja pertama yang diperhadapkan dengan berbagai tantangan dan penderitaan sangatlah mengharapkan kedatangan Kristus yang mulia itu (parousia). Pengharapan itu menggebu-gebu dan hampir tidak pernah padam. Yang menjadi masalah ialah apakah keyakinan seperti itu harus dihubungkan dengan soal waktu: kapan Ia akan datang? Ataukah dengan soal mutu: bagaimanakah orang beriman bisa menyambut kedatangan Kristus dengan pantas? Dalam perenungan kita ini masalah bagaimana orang beriman seharusnya menyambut kedatangan Kristus mendapat tekanan yang sangat kuat. Kekayaan iman harus dibuktikan dengan perjuangan hidup, juga kalau kehidupan ini harus disertai dengan penderitaan. Kehidupan Kristen bahkan akan bersinar cemerlang di dalam penderitaan itu. Dalam ayat 7 dengan sangat jelas digambarkan seperti ‘emas dalam api’. Emas diuji kemurniannya dalam api. Emas dipanaskan untuk menghilangkan hal-hal yang membuatnya tidak murni. Setelah proses itu, didapatlah emas murni. Hanya emas murnilah yang mampu bersinar indah di bara api. Demikian juga dengan iman. Iman seseorang perlu diuji dan ‘dibakar’ melalui pencobaan dan penderitaan agar menjadi murni dan kokoh.
Bahaya yang mengancam iman Kristen tidak hanya datang dari pengajaran, melainkan yang lebih gawat lagi datang dari dalam diri orang beriman itu sendiri: semangat puas tanpa mau menyelidiki, menanyakan terus menerus dan menggali lagi. Dengan demikian orang akan terus dirongrong ketahanan imannya. Sejarah gereja juga telah membuktikan bahwa kualitas kekristenan akan lebih baik pada saat diperhadapkan dengan berbagai tantangan dan penderitaan. Sebaliknya kalau gereja masuk ke ‘zona aman’ akan biasa-biasa, tidak bergairah, tidak lagi menyala, tidak lagi berkembang dan bisa mati. Tentu kita teringat akan pengalaman Petrus, Yakobus dan Yohanes yang terperangkap ke dalam zona aman, mau tinggal di gunung karena telah mengalami ketenangan dan kesenangan. Bahkan mau mengabadikan diri dalam keadaan yang sudah enak dan menyenangkan. Bahkan mau mendirikan kemah untuk berlama-lama dalam zona aman tersebut. Ternyata saat itu juga Yesus menyuruh turun dari gunung, ke kehidupan nyata yang penuh dengan pergumulan. Jadi kemapanan, kebekuan hidup, tidak dianggap menguntungkan dalam kehidupan beriman. Hubungan manusia dengan Tuhan harus berubah, hari lepas hari harus meningkat, tidak berjalan di tempat. Harus terus berkembang sampai akhir hidup.
Kita bersyukur dengan perkembangan zaman dan teknologi yang begitu pesat. Perkembangan teknologi telah membuka mata dunia untuk melakukan penelitian-penelitian yang luar biasa. Industri raksasa semakin menjamur, penemuan berbagai obat-obatan semakin hebat. Namun kita tidak dapat menyerahkan dan menggantungkan diri kepada perkembangan teknologi tersebut. Sebaliknya dengan perkembangan teknologi tanpa dilandasi etika moral hubungan sesama manusia justru memberikan dampak korban yang luar biasa pula kepada manusia. Kita mengingat perang dunia I dan II dengan bom atom Hirosima dan Nagasaki di Jepang. Begitu banyak korban manusia. Perkembangan industri juga berakibat kurang air bersih, polusi udara, banjir dimana-mana. Dengan temuan obat-obat, sering disalah gunakan sehingga menjadi pembunuh manusia yang luar biasa pula.

Karenanya tepat sekali pembacaan kita dari Mazmur 16 tadi, berbahagialah orang yang saleh, yang hanya memandang dan mengandalkan Allah yang ia imani dan amini tidak akan menyerahkan ke dunia orang mati. Allah itu akan memberitahukan jalan kehidupan, padaNya ada sukacita berlimpah-limpah dan hikmat senantiasa. Jadi walau apapun yang Tuhan ijinkan kita alami, baik sukacita atau derita kita jalani bersama Tuhan. Yang pasti bersama Tuhan aman, dan diluar Tuhan akan binasa.  Amen

Tidak ada komentar: