Rabu, 30 April 2014

Khotbah Kebaktian Keluarga Mazmur 16:1-11


Mazmur ini adalah suatu doa permohonan dan pengakuan iman yang sangat menyentuh realitas kehidupan sehari-hari. Dapat kita melihat bagaimana kita diajari bagaimana untuk mengaplikasikan iman dalam realita kehidupan nyata. Hanya ada satu sumber kebahagiaan, perlindungan, pengajaran, keselamatan dan kehidupan yaitu pada Tuhan Allah. Tidak ada sumber yang kekal di luar dari Tuhan Allah. Inilah yang ingin disampaikan oleh pemazmur kepada kita.
Di luar Tuhan bisa saja kita mencari kebahagiaan, kehidupan, keselamatan namun yang kekal hanya ada pada Tuhan Allah, karena mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup di luar Tuhan justru sebaliknya akan memperbesar kesedihan (ay.4).
Harta dan kepemilikan kita yang paling besar adalah memiliki iman kepada Tuhan Allah, sebab bagaimana tidak, bahwa hanya karena Allah sajalah yang dapat membuat:
 HATI bersukacita, JIWA bersorak-sorak dan TUBUH diam dengan tentram
Tidak ada barang sesuatu apapun yang boleh membuat hidup kita seperti itu selain karena Tuhan. Inilah harta yang paling berharga yang akan dirasakan oleh setiap orang yang berlindung kepada Tuhan.  
Hal terbesar lagi yang boleh menguatkan kita bahwa keselamatan itu adalah untuk selama-lamanya, bahwa orang yang beriman dan berpengharapan kepada Tuhan akan diselamatkan dari dunia orang mati dan dari kebinasaan namun kehidupan kekal adalah bahagiaan dari orang yang setia beriman kepada Tuhan. Sebab sengat maut telah dipatahkan oleh Tuhan Yesus melalui kebangkitanNya dari kematian, sebab: “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya” (Yoh. 3:36).
Apapun yang boleh kita miliki baik itu harta kekayaan emas perak uang jika kita tidak memiliki harta yang sesungguhya tidak akan menjamin sukacita kita. Namun kalaupun kita hanya cukup makan nasi campur garam jika kita bersama Tuhan tidak akan menghilangkan sukacita kita. Dalam kehidupan kita sehari-hari dapat kita melihat bahwa kepemilikan harta benda tidak menjamin seseorang boleh hidup dengan tenang, nyaman dan senang justru ada sebaliknya membuat dia tidak dapat lagi menikmati apa yang dimilikinya. Seperti yang difirmankan oleh Tuhan Yesus bahwa jika kita menuruti perintahNya dan tinggal di dalam kasihNya maka: “Sukacita-Ku ada di dalam kamu, dan sukacitamu menjadi penuh” (Yoh. 15: 11).

Semuanya itu boleh nyata kepada kita jika kita dapat meniru apa yang diperbuat oleh pemazmur ini dalam kehidupannya, yaitu penyerahan diri secara total kepada Tuhan, bahwa ia menyerahkan hidupnya dikuasai oleh Tuhan. Dapat kita perhatikan hidup yang dikuasai oleh Allah:
                Ia berdiri disebelah kananku: Maka Aku tidak goyah
                Ia depan: Ada sukacita berlimpah-limpah
                Di tangan kananNya: Ada nikmat senantiasa
Tidak ada apapun yang boleh membatasi sukacita anak-anak Allah, apapun yang boleh terjadi dalam hidup kita tidak akan menggoyahkan kita sebab Allah bersama kita, biarpun saat ini kondisi kita “sepiring berdua” atau apapun yang boleh terjadi baiklah kita selalu mengingat janji Tuhan Yesus“Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat.28:20).
Kesimpulan:
Kita tidak pernah tahu bagaimana jalan kehidupan yang kita hadapi. Jika kita memperhatikan dunia sekitar kita, mungkin kita merasa takut dan gentar, karena banyaknya kejahatan. Namun, mazmur dari Daud ini memberikan penghiburan dan arahan kepada kita bagaimana seharusnya kita hidup.
Pertama, teladanilah kehidupan orang-orang kudus. Daud berkata, “Orang-orang kudus yang ada di tanah ini, merekalah orang mulia yang selalu menjadi kesukaanku” (ay. 3). Ada banyak pengaruh kehidupan di sekitar kita, tetapi janganlah pernah mengikuti nasihat orang bebal atau orang fasik, melainkan ikutilah nasihat orang kudus, orang yang takut akan Tuhan. Inilah cara agar kita terhindar dari pengaruh buruk dan yang mencelakakan hidup kita.
Kedua, miliki relasi yang baik dengan Tuhan dan dengarkan nasihat-Nya. Daud berkata, “Aku memuji Tuhan, yang telah member nasihat kepadaku” (ay. 7). Daud menyadari bahwa bagaimanapun pengalaman hidup manusia dan tingkat kepandaiannya, ia tetaplah manusia yang lemah dan terbatas. Itulah sebabnya, dalam kehidupan ini, kita tidak boleh mengandalkan kekuatan kita sendiri, tetapi mintalah pimpinan dan pertolongan Tuhan. Jika Tuhan di pihak kita, siapakah yang dapat melawan kita? Marilah kita mengejar nasihat Allah, melalui perenungan firman-Nya dan melakukannya dalam kehidupan kita hari lepas hari.
Ketiga, sumber sukacita sejati terletak pada relasi kita dengan Tuhan. Banyak orang mengejar sukacita dari dunia ini, bahkan dalam zaman Daud, kedudukan, kekayaan, wanita, dianggap dapat mendatangkan suckacita hidup, khususnya bagi kaum laki-laki. Tetapi, sesungguhnya semuanya itu tidak ada artinya, dan hanya membawa pada persoalan hidup. Tetapi jika Tuhan yang menjadi sumber sukacita kita, maka dalam setiap langkah hidup kita, sukacita itu akan mengikuti kita, sebab Tuhanlah sumbernya. Itulah sebabnya Daud berkata, “…di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah…” (ay. 11).


Tidak ada komentar: