Rabu, 05 Maret 2014

"TRI TUGAS PANGGILAN GEREJA"



I. PENDAHULUAN
Gereja sebagai institusi adalah perwujudnyataan dari Tubuh Kristus di tengah-tengah dunia yang terpanggil sebagai pengemban misi Kerajaan Allah. Esensi dari keterpanggilan tersebut adalah untuk menyampaikan kabar keselamatan ke tengah-tengah dunia agar semua dunia (dalam semua aspek kehidupannya) diselamatkan. Untuk itu gereja terpanggildalam tri tugas panggilannya, yaitu: persekutuan (koinonia), kesaksian (marturia) dan pelayanan (diakonia). Di dalam tritugas pokok tersebut, dipahami bahwa pelayanan gereja yang diinginkan adalah pelayanan yang holistik (aspek rohani dan aspek jasmani). Oleh sebab itu ketiganya tidak terpisahkan satu sama lain.
II. PENJELASAN 
1. KOINONIA 
Pengertian
Secara sederhana koinonia berarti persekutuan (fellowship, communion). Defenisi ini menunjuk pada hubungan kemitraan orang-orang percaya dalam berbagi, apa yang diterima dari Tuhan (anugerah-grace), berpartisipasi dalam misi Tuhan serta memberikan kontribusi dalam kehidupan jemaat.

Dasar alkitabiah dari koinonia adalah doa Tuhan Yesus seperti tertulis dalam Kitab Yohanes 17:21 yang mengatakan: "supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau ya Bapa, di dalam Aku, dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam kita, supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku". Demikian juga gaya hidup berbagi yang ditunjukkan oleh orang Kristen mula-mula, mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan (koinonia), dan mereka selalu berkumpul untuk memecah roti dan berdoa.

Dasar Teologia
Dasar pertama dan utama koinonia adalah keesaan Tuhan. Menurut Kitab Perjanjian Lama dan sesuai dengan iman orang Yahudi, hanya satu Tuhan. Orang beriman dan yang taat kepada Tuhan dikalangan orang Yahudi mengucapkan apa yang dikatakan"shema" dua kali sehari (pagi dan sore/malam). Shema ini dimulai dengan kata-kata, "Dengarlah hai orang Israel, Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa" (Ulangan 6:4-6). Demikian juga dengan perintah dalam kesepuluh titah, menekankan kepatuhan kepada Tuhan Yang Esa.
Kalau KEKRISTENAN menekankan konsep trinitas, di mana Yesus Kristus dan Roh Kudus juga adalah TUHAN, sesungguhnya tidaklah bertentangan dengan konsep monoteistik Yahudi, karena sesungguhnya Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus adalah satu (band. Doa Tuhan Yesus untuk kesatuan umat percaya dalam Yohanes 17 dan Kejadian 18). Dalam istilah Yunani ada istilah perichoresis yang mengungkapkan pemahaman akan ketritunggalan Allah. Ini menunjukkan kesatuan yang sangat intim di antara tiga Allah yang tunggal (TRINITATIS). Dengan istilah ini kita bisa memahami lebih baik hubungan antara Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Dengan demikian juga kita akan memahami lebih dalam akan arti persekutuan dengan Allah dan dengan sesama.
Semua umat di dunia ini terpanggil untuk berpartisipasi dan ambil bagian dalam kepenuhan hidup dan memberikan kontribusi yang terbaik di dunia. Dengan pemahaman ini, maka kita juga terpanggil ke dalam satu persekutuan (koinonia). Hubungan kita dengan Tuhan, dan hubungan dengan sesama manusia dan ciptaan lainnya menjadi dasar berfikir dari koinonia sendiri.
Pemahaman akan kosmos juga penting dalam hal ini. Dunia (kosmos)-ciptaan adalah suatu bentuk komunikasi diri Allah dalam anugerah. Dalam rencana penyelamatan Allah, alam juga ikut diselamatkan. Dan Tuhan memanggil kita semua untuk terlibat dalam proses penyelamatan itu dan memainkan peranan mewujudkan rencana Tuhan melalui pekerjaan yang diberikan kepada kita masing-masing.
Dalam 1Yohanes 1:3 dikatakan "persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan AnakNya Yesus Kristus". Persekutuan ini adalah secara khusus istilah KEKRISTENAN yang menunjuk pada partisipasi bersama dalam anugerah Allah, keselamatan dari Yesus Kristus dan persekutuan Roh Kudus. Kepemilikan Allah Bapa, Anak dan Roh Kuduslah yang menjadikan mereka satu. Pernyataan rasuli ini menunjukkan bahwa koinonia umat manusia muncul secara spontan dari persekutuan/kesatuan/koinonia Tuhan. Jadi tugas gereja yang sesungguhnya juga adalah membawa orng lebih dekat pada persekutuan dengan Allah.

Hubungan Kemitraan
Ada banyak ayat-ayat dalam Alkitab yang mendasari kita untuk memiliki hubungan kemitraan baik untuk hidup di dunia ini, maupun untuk secara khusus menunaikan atau merealisasikan kehadiran kerajaan Allah ditengah-tengah dunia ini. Tidak ada satu orang pun yang bisa hidup sendirian di dunia ini, dengan kemitraanlah orang Kristen dapat merealisasikan kehadiran Kerajaan Allah di dunia ini. Dalam hubungan kemitraan semua pihak dituntut untuk berpartisipasi. Ide berpartisipasi dalam hal ini sangat penting. Dalam arti yang sangat nyata, sifat kemurahan hati harus nampak. Kemurahan hati yang menunjukkan dirinya dalam ungkapan realistis seperti suka memberi. Jadi seseorang yang masuk dalam koinonia (persekutuan Kristen) tidak boleh menyembunyikan (manghomolhomol) apa yang dimiliki untuk dirinya sendiri (band. Kisah 2:41-47)
Semangat Hidup Berbagi
Koinonia pada dasarnya adalah semangat berbagi dengan kemurahan hati. Kemauan untuk berbagi sangat berbeda, bahkan kontradiktif dengan gaya hidup egoisme, individualisme dan mementingkan diri sendiri. Sama halnya dalam pernikahan. Dua orang sepakat untuk memasuki satu dunia baru, yakni dunia rumah tangga. Hal ini berarti apa saja yang mereka miliki adalah milik bersama dan untuk dinikmati, dijaga dan dirawat bersama. Gaya hidup demikianlah yang ditunjukkan oleh jemaat mula-mula. Mereka berbagi dengan kemurahan dan semua harta milik mereka dianggap sebagai milik bersama. Jadi dalam hal ini semua yang masuk dalam koinonia berbagi dalam segala hal, termasuk talenta, pengalaman, harta milik dan kekhususan-kekhususan dalam diri seseorang. Jadi koinonia atau persekutuan adalah konsep Perjanjian Baru yang sangat kaya. Orang Kristen dituntut untuk mampu berbagi satu dengan yang lain, sehati, sejiwa dan segala milik mereka dipahami sebagai milik bersama.

Solidaritas Orang Percaya
Satu dasar berfikir yang sangat penting dalam koinonia orang Kristen adalah solidaritas. Konsep koinonia bukanlah konsesp yang superficial (dangkal), tetapi sesungguhnya nyata dalam hidup yang bisa dengan mudah diidentifikasikan. Koinonia itu haruslah sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus, "bersukacitalah dengan orang-orang yang bersukacita dan menangislah dengan orng yang menangis" (Roma 12:15). Rasa solidaritas adalah karakteristik yang tidak terpisahkan dari kehidupan berkoinonia. Tanpa solidaritas, maka koinonia itu akan mati dan sebaliknya dengan solidaritas apa dan bagaimanapun tantangan jaman, persekutuan orang percaya tidak akan terusik.


Tidak ada komentar: