Senin, 30 Desember 2013

Khotbah Akhir Tahun 31 Desember 2013 Thema: “PENGAMPUNAN “ Mateus 6: 12

Satu tahun kita melaksanakan Kegiatan baik Kebaktian maupun PA Rumah Tangga, hampir setiap 2x se- minggu kita bertemu, mendengarkan Firman Tuhan, bersenda gurau dan sebagainya. Apakah yang dapat kita petik dari setiap pertemuan itu….? Lam paltak do Holong ni Roha I, manang lam ngali-ngali. Pemazmur dalam Maz 133: 1 menjelaskan indahnya Persaudaraan yang rukun. Dalam nats ini kehidupan persekutuan dan persaudaraan yang rukun digambarkan dengan menggunakan 2 zat cair; yaitu minyak yang baik dan embun gunung Hermon . Penggunaan minyak sering kita jumpai dalam Perjanjian Lama, dipakai untuk melaksanakan pengurapan dalam peristiwa ibadah kepada seseorang yang akan memangku jabatan istimewa. Misalnya dalam 1 Samuel 10:1; Samuel menuangkan minyak atas kepala Saul ketika ia memangku jabatan sebagai raja. Itu berarti bahwa minyak dipakai sebagai lambang pengurapan dari Roh Kudus, sehingga melalui minyak yang dituangkan dalam persekutuan ibadat menandai kehidupan yang diurapi sebagai seorang hamba Tuhan ditengah-tengah jemaat. Kerukunan tidak akan dapat terwujud dalam kehidupan manusia baik dalam Persekutuan marga kita, jika kehidupan persekutuan kita belum menjadi kehidupan yang diurapi oleh Tuhan Allah. Embun gunung secara umum dipakai untuk menggambarkan kesegaran dalam kehidupan ini. Bukankah kini banyak orang setelah melewatkan hari-hari kerja yang penat, ingin berlibur ke tempat yang sejuk…? Hati yang sejuk akan selalu mengundang kita untuk tersenyum kepada sesama kita, unang murhing marnida dongan’ masihol sai naeng pajumpang. Agar persekutuan kita benar2 mendapat Berkat kita harus saling: MENGAMPUNI Tuhan Yesus mengerti betapa berbahayanya dosa tidak mengampuni kesalahan orang lain, dan betapa pentingnya Tuhan harus memberi pengertian tentang hal ini kepada anak-anak-Nya. Oleh sebab itu Ia menaruh hal mengampuni orang lain di dalam deret kalimat doa Bapa kami (Matius 6:9-13). Pentingnya pengampunan terhadap sesama: 1. Mengampuni orang lain adalah perintah tegas dari Tuhan yang harus dipatuhi. Mengampuni orang lain ini adalah perwujudan tindakan kasih. Bila seseorang tidak mengampuni orang lain, itu berarti ia tidak mengasihi sesamanya. Bila ia tidak mengasihi sesamanya itu berarti ia adalah seorang “pembunuh” (1Yoh. 3:15, Why. 21:8). Seorang pembunuh tidak akan masuk dalam kerajaan Allah. 2. Mengampuni orang lain ialah syarat untuk menerima pengampunan dari Allah. Agar kita menerima pengampunan dari Tuhan kita harus mengampuni orang lain (Mat. 6:14-15; 18:35). Dalam doa Bapa kami jelas disinggung hal mengampuni orang lain, bahwa seperti kita mengampuni orang lain demikianlah Bapa mengampuni kita.. Pengampunan dari Tuhan tidak dapat dipisahkan dari pengampunan kita kepada orang lain. Bila kita tidak mengampuni sesama kita Tuhan juga tidak akan mengampuni kita. 3. Mengampuni orang lain adalah jalan agar doa kita diresponi atau ditanggapi Allah (Mrk. 11:24-26). Dari ayat-ayat ini telah ternyata bahwa jawaban doa dan respon Tuhan terhadap doa kita sangat berkaitan dengan pengampunan kita kepada orang lain. Kalau doa-doa kita mau terjawab, maka kita harus membereskan hubungan kita dengan sesama, dalam hal ini mengampuni saudara kita. Oleh sebab itu kalau kita menjumpai kenyataan doa-doa kita tidak diresponi oleh Bapa, patut kita memeriksa hidup kita dan menemukan penyebabnya, bukan tidak mungkin penyebabnya adalah tidak mengampuni sesama kita. 4. Mengampuni sesama agar tidak ada akar pahit di dalam hati kita (Ibr. 12:14-15). Ada banyak sakit penyakit yang tak disebabkan oleh virus atau baksil pada mulanya, tetapi disebabkan oleh hati yang tidak mau mengampuni orang lain. Ilmu kedokteran membuktikan bahwa suasana jiwa yang tidak sehat dapat mempengaruhi kesehatan tubuh. Akar pahit ini bisa timbul di hati istri terhadap suami, atau sebaliknya, mertua terhadap menantu sebaliknya, relasi bisnis dll. Tidak sedikit orang yang sakit oleh karena kepahtian terhadap sesamanya. Lepaskan pengampunan kepada suami, istri, menantu, mertua atau siapapun yang melukai hatimu dan terimalah kesembuhan. 5. Tuhan tidak menghendaki kita kehilangan sahabat dan saudara oleh kesalahan kita sendiri dengan tidak mengampuni orang lain (Ibr. 12: 14-15). Hidup berdamai dengan semua orang, maksudnya adalah agar kita tidak bertikai dengan siapapun dengan alasan apapun. Barangkali orang lain yang menciptakan atau memulai pertikaian tetapi kita harus dapat mengampuni. Cara Kita Mengampuni Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita dalam Matius 18:21-23. Dalam perikop ini Petrus mencoba menawarkan kepada Tuhan Yesus satu bentuk pengampunan yang luar biasa yang lebih tinggi dari pola pengampunan yang biasa dilakukan dalam masyarakat Yahudi. Orang Yahudi biasa memberi batas mengampuni orang lain 3x; sama seperti orang Indonesia ( Ingat nyanyian 1x kau sakiti hati ini masih kumaafkan….dst) Petrus mencoba menawarkan lebih tinggi sedikit, yaitu 7 kali. Tetapi ternyata jawaban Tuhan Yesus jauh sekali dari pola pikir dan konsep hukum yang ditawarkan manusia. Tuhan Yesus memberikan konsep baru tentang pengampunan ini, yaitu: 70 x 7 kali. Maksud dari ajaran Tuhan Yesus tentang mengampuni 70 x 7 kali adalah: (1) Bahwa tidak ada alasan atau sebab apapun yang boleh diterima untuk tidak mengampuni orang lain. (2) Cara kita mengampuni orang lain harus sesuai dan sama persis sebagaimana Allah mengampuni kita (Ef. 4:32; Kol. 3:13). Ini bukan hal yang mudah, tetapi pasti bisa dilakukan. Tuhan memberikan standar ini tentu dengan hikmat dan pertimbangan-Nya yang sangat bijaksana dan itu pasti telah disesuaikan dengan kemampuan manusia untuk melakukannya. Pengampunan yang diajarkan Tuhan ini berarti sebuah pengampunan yang tidak bersyarat, artinya: Pertama, mengampuni semua kesalahan, ini berarti tidak ada sesuatu yang kita anggap sebagai kesalahan yang tidak dapat diampuni. Kedua, melupakan kesalahan-kesalahan, ini berarti kita tidak membangkit-bangkitkan kesalahan orang lain dengan membicarakannya dengan orang lain pula. Ketiga, tidak menghukum. Inilah yang dimaksud Tuhan Yesus mengampuni dengan segenap hati (Mat. 18:35). Tidak menghukum dengan segala cara, misalnya tidak mau berdamai, tidak mau memberi salam, mencela dan merusak nama baik orang yang kita anggap telah bersalah kepada kita. Akhirnya kita harus membalas kejahatan dengan kebaikan (Rm. 12:21). Tuhan akan menunjukkan siapa yang berdiri dipihak-Nya. Berdiri dalam kebenaran dan kasih Allah. Kepada orang-orang seperti inilah Allah memberikan penghargaan-Nya; Yaitu: Otoritas dalam hidup ini. Asa boi lam tu dengganna Punguanta di taon na ro, mardame ma hita sama hita. Jadi modal kita di thn 2014 ini spy sukses...? dalam Amsal;23:17-21 Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.- jika engkau berjalan dalam kebenaran. Tahun 2014 ini kita harus : BERTUMBUH DALAM ANUGERAH DAN PENGENALAN AKAN TUHAN Taboto aha do na mansai porlu di ngolu on. Mat 4:4 II Petrus 3 : 18 - Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. BagiNya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin. Pdt. R.H.Lumbantobing, S.Th.MA

Tidak ada komentar: