Perdamaian sangat dibutuhkan pada jaman ini, bagaimana kita bisa berdamai dengan sesama, dengan Tuhan dan diri sendiri.Semua ini hanya dapat kita peroleh dari Dia dan FirmanNya sebagai Madu Surgawi.
Selasa, 03 Desember 2013
"Mengakui Kristus Sebagai Raja" Daniel 7: 9-10,13-14; Wah 1: 4-8; Joh 18: 33-37
Sesuai Tahun Liturgi Gereja, Minggu Kristus Raja merupakan minggu penutup Tahun Liturgi Gereja, sekaligus saat untuk menyambut Adven.
Menjelang Minggu Kristus Raja kita akan merenungkan tema seputar “Mengakui Kristus Sebagai Raja”. Untuk itu, mari kita lebih dulu memperhatikan mahkota-mahkota Kristus. Dalam kitab Wahyu dikatakan bahwa: “Di atas kepala-Nya terdapat banyak mahkota…” (Wahyu 19:12). Sudah tentu tiap-tiap mahkota memiliki maknanya sendiri.
Tuhan Yesus Kristus memiliki Mahkota Surgawi. Alkitab menyatakan bahwa Dia adalah Allah Pencipta (Yoh 1:1-3) dan Raja di atas segala raja (Why. 17:14). Sebagai Raja di atas segala raja yang bertakhta di Surga, di kepala-Nya ada Mahkota Surgawi.
Mahkota Surgawi itu rela Ia lepaskan demi umat manusia. Ia rela mengorbankan Mahkota Surgawi yang Ia miliki untuk datang ke dalam dunia yang fana pada Natal pertama. Tentang Dia Alkitab berkata: “Walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.” (Fil 2:6-7).
Dalam keadaan sebagai manusia, Ia rela mengenakan Mahkota Duri (Mat. 27:29). Mahkota Duri adalah mahkota penderitaan, mahkota ejekan, dan mahkota kutukan. Yesus Kristus rela mengenakan Mahkota Duri di atas kayu salib demi menyelamatkan orang-orang berdosa.
Puji Tuhan! Mahkota Duri bukan akhir segalanya. Allah Bapa sangat meninggikan Dia (Flp. 2:9-11) dan mengaruniakan kepada-Nya Mahkota Kemuliaan (Ibr 2:9).
Ia rela menanggalkan Mahkota Surgawi untuk datang ke dalam dunia dan rela mengenakan Mahkota duri di atas kayu salib untuk menyelamatkan umat manusia, tetapi Allah mengaruniakan kepada-Nya Mahkota Kemuliaan.
Ingatlah firman Tuhan: “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!” (Flp. 2:9-11).
Dahulu kala ada seorang raja yang ingin melihat Tuhan. Ia mengancam semua imam dan semua orang bijak dengan hukuman berat jika mereka tidak berhasil menunjukkan Tuhan kepadanya. Ketika mereka semua sedang berpikir keras, datanglah seorang gembala yang membawa sang raja ke padang rumput. Ia menunjuk pada matahari dan berkata kepada raja, “Lihatlah baik-baik.” Raja berusaha dengan keras untuk menatap matahari, tapi ia tidak sanggup. Kemudian raja menundukkan kepala sambil berteriak, “Apa yang hendak kau lakukan padaku? Membuatku buta?” “Tapi baginda,” kata gembala itu, “matahari hanyalah salah satu ciptaan Tuhan, suatu gambaran samar-samar dari diri-Nya sendiri. Jika baginda raja tidak dapat melihat matahari, bagaimna baginda dapat melihat Tuhan?” (Willi Hoffsuemer)
Sama seperti sang raja, banyak orang yang “ingin melihat” Tuhan. Melihat-Nya melakukan tanda-tanda mujizat dan perbuatan-perbuatan yang ajaib. Tanpa sungguh-sungguh menyadarai bahwa Tuhan itu adalah Raja, di dalam hati mereka berkata: “Jika Tuhan itu adalah Tuhan, maka tunjukkanlah kuasa dan mujizatmu?” “Jika Engkau adalah Tuhan, sembuhkanlah penyakitku.” “Jika Engkau adalah Tuhan, jawablah doaku dan perbuatlah sesuai dengan keinginanku.”
Pertanyaan yang perlu kita renungkan adalah: “Apakah kita benar-benar mengakui-Nya sebagai Raja?” Jangan-jangan, secara tidak disadari, kita sudah menempatkan diri sendiri sebagai raja, dan kita menempatkan Tuhan dalam kedudukan sebagai “pesuruh” saja. Kita selalu meminta Dia untuk menjaga kita, memenuhi kebutuhan kita, dan melakukan kehendak kita, tapi kita lupa bahwa Tuhan adalah Allah yang berdaulat dan Raja yang mulia.
Tuhan itu Raja (Dan. 7:13-14). Ia adalah Raja di atas segala raja (Why. 19:6,16). Hendaklah kita mengakui Dia sebagai Raja di dalam hati, pikiran dan perbuatan kita. Diri-Nya yang harus kita muliakan, kehendak-Nya yang harus kita cari, dan perintah-Nya yang harus kita lakukan.
Alkitab mengatakan: “Sebab TUHAN ialah Hakim kita, TUHAN ialah yang memberi hukum bagi kita; TUHAN ialah Raja kita, Dia akan menyelamatkan kita” (Yes. 33:22). “Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu” (Ams. 3:6).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar