Perdamaian sangat dibutuhkan pada jaman ini, bagaimana kita bisa berdamai dengan sesama, dengan Tuhan dan diri sendiri.Semua ini hanya dapat kita peroleh dari Dia dan FirmanNya sebagai Madu Surgawi.
Rabu, 27 Februari 2013
Khotbah Minggu 3 Maret 2013 1 Korintus 10: 1-13 “ Pencobaan Mendatangkan Kebaikan”
Kota KORINTUS, mempunyai orang-orang yang berintelektual tinggi namun juga mempunyai banyak orang-orang penyembah berhala
Di kota KORINTUS..... yang katanya berlimpah dengan kekayaan, namun penuh dengan perbuatan dosa, percabulan dan hawa nafsu.
Sungguhpun demikian kita harus mampu mengatakan: enyahlah engkau wahai iblis..engkau tidak akan dapat menggunakannya merusak gereja yang telah didirikan oleh Tuhan. Sebab Allahku adalah Allah yang setia yang memberikan kekuatan kepadaku dan tidak akan membiarkan aku jatuh kedalam tanganmu yang kotor itu. Sebab mataku tetap terarah kepada Tuhan, sebab Ia mengeluarkan aku dari jarring-jaring iblis.
Paulus mencoba untuk memperingatkan jemaat Tuhan yang ada di Korintus yang “lemah secara pengetahuan” dan jemaat yang telah mempunyai “pengetahuan” (pasal 8) untuk tetap waspada dan berhati-hati. Paulus memberikan pelajaran akan apa yang telah terjadi kepada bangsa Israel di padang gurun, bahwa mereka telah dibaptis di dalam awan dan di dalam laut dan mereka semua sama-sama makan dan minum yang rohani dari Allah namun tetap saja mereka jatuh kedalam pencobaan. Hidup bangsa Israel yang tetap dipelihara oleh Tuhan dan tidak ada godaan dari luar, namun tetap bisa jatuh dalam pencobaan, terlebih dengan jemaat yang di Korintus Paulus mengajarkan “Menjadi peringatan bagi kita yang hidup”.
Bagi orang yang menganggap bahwa dia telah mempunyai pengetahuan yang kuat akan Firman Tuhan walaupun dia duduk diantara pendosa dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala tidak akan dapat mempengaruhi imannya kepada Allah, namun haruslah juga berhati-hati supaya jangan menjadi batu sandungan kepada saudaranya yang masih lemah di dalam pengetahuan dan berhatihatilah jangan kita menjadi jatuh. (unang anggar jago.....)
Bagi orang yang menganggap dirinya lemah secara pengetahuan, percayalah kepada Tuhan bahwa itu adalah pencobaan yang biasa, sebab Tuhan akan memberikan kepadamu jalan keluar untuk melawan segala cobaan.
Segala pencobaan yang membuat kita jatuh kedalam dosa akan selalu ada, walaupun kita selalu hidup didalam naungan Firman Tuhan ataukah kita hidup ditengah-tengah perbuatan-perbuatan dosa, tetapi ingatlah segala pencobaan itu akan mendatangkan kebaikan kepada orang yang selalu berharap kepada Tuhan, dengan pencobaan itu iman kita akan semakin kuat.
Thomas Watson dalam bukunya All Things for Good mengatakan bahwa “Pencobaan turut mendatangkan kebaikan”. Karena pencobaan membuat Kristus menyatakan kuasaNya. Kristus adalah Sahabat kita dan ketika kita dicobai. Ia menggunakan kuasaNya untuk berkarya bagi kita. “Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai” (Ibr. 2:18).
Ada hal yang harus kita perhatikan yaitu perbedaan antara yang jatuh dalam pencobaan dan yang sengaja masuk dalam pencobaan. Orang yang jatuh kedalam sungai dapat ditolong dan dikasihani, tetapi orang yang nekat masuk kedalamnya bersalah atas kematiannya sendiri, seperti Saul yang menjatuhkan diri atas pedangnya sendiri.
Saudara/i
Rasul Paulus, sebagaimana tampak dalam teks ini, memberikan bimbingan kepada orang-orang percaya di Korintus, dengan mengingatkan mereka kepada peristiwa Keluaran (eksodus) dari Mesir yang dialami orang Israel, nenek moyang rohani orang-orang Kristen. “Awan”, “Manna”, “Air dari batu karang” (Ay.1-4), adalah tanda-tanda yang besar tentang kehadiran dan penyertaan Tuhan kepada bangsaNya dalam perjalanan padang gurun itu. Tuhan, melalui tiang awan telah menuntun perjalanan mereka, menunjukkan jalan mereka dan melindungi mereka pada saat-saat yang gelap (Kel. 13:21; 14:19). Mereka telah dipimpinNya menyeberangi Laut Teberau/Laut Merah (Kel.14:19-31). Melalui kedua peristiwa keluaran ini (Tiang awan dan penyeberangan laut), umat Israel mengalami persatuan yang sempurna dengan Musa (ay.2), sehingga dapat dikatakan bahwa mereka telah dibaptiskan kepada Musa, seperti halnya orang Kristen dibaptiskan ke dalam Kristus (ay.4). Orang Israel telah memakan “manna” di padang gurun (Kel 16:11-15). Pada ayat 4 Paulus mengatakan “Mereka minum dari batu rohani yang mengikuti mereka” (ay.4). Kita dapat membaca Bilangan 20:2-11 yang berbicara tentang bagaimana Tuhan memampukan Musa untuk mengeluarkan air dari bukit batu. Tetapi di sini dikatakan tentang “batu rohani yang mengikuti mereka” (ay.4). Rupanya Paulus mengambilnya dari tradisi rabbinik (yang populer pada zaman Paulus) yang mengatakan bahwa aliran air mendampingi orang-orang Yahudi di padang gurun, atau bahwa sebuah sumur yang digunakan untuk minum mengikuti mereka di dalam perjalanan mereka.di padang gurun. Sungguh luar biasa. ini semua adalah keistimewaan yang dipunyai oleh umat Israel, yang diberikan oleh Tuhan kepada mereka, dalam peristiwa keluaran itu, sebagai tanda kehadiran dan penyertaanNya terhadap Israel.
Akan tetapi tanda-tanda itu tidak menjamin dan meluputkan orang-orang Israel terhadap amarah Allah. Mereka yang telah mendukakan dan melawan Allah tetap dihukum. Kita dapat melihat bahwa kecuali Yosua dan Kaleb, tidak ada orang Israel yang keluar dari Mesir itu yang masuk ke tanah Kanaan (Bil.14:30-32). Itulah penghukuman Allah kepada mereka yang tidak setia, yang jumlahnya begitu banyak. Demikian juga mereka yang menyembah patung lembu ketika Musa menghadap Tuhan, mereka dihukum Tuhan (Kel.32:1-35) Atau, ketika orang-orang Israel bersalah karena melakukan perzinahan dengan perempuan-perempuan Midian dan Moab dan turut menyembah allah mereka, berakibat ribuan orang mati (ay.8,bdk.Bil25:9). Ketika Korah, Datan dan Abiram memberontak, penghakiman dikenakan kepadanya dan pengikutnya (Bil. 16:1-50).
Rasul Paulus menceritakan kisah itu sebagai contoh (ay. 6, 11; bdk. Roma 15:4; II Timotius 3:16), dan meminta orang-orang percaya di Korintus menarik pelajaran rohani dan peringatan dari leluhur rohani mereka itu bahwa walaupun umat Tuhan, Israel, menikmati keistimewaan yang diberikan Tuhan melalui kehadiran dan penyertaanNya dalam hidup bangsa itu, hal itu tidak menjamin bahwa orang percaya akan aman ketika pencobaan menyerang. Seperti orang Israel di padang gurun, orang percaya di Korintus pun dapat terjebak kepada dosa-dosa seperti yang Israel lakukan :
a. Menjadi penyembah-penyembah berhala (ay.7): Jika tidak hati-hati, orang Korintus dapat terjerumus kepada penyembahan berhala seperti umat Israel dengan lembu emas; dan bahwa tindakan mengutamakan sesuatu di luar Tuhan adalah termasuk kepada cobaan ini.
b. Percabulan/Perzinahan (ay.8): Godaan ini juga sering mengancam manusia, sampai sekarang. Beberapa orang Korintus (1 Kor 6:12-20) terpengaruh oleh hidup asusila lingkungan kafirnya, seperti dilakukan oleh orang Israel terhadap perempuan Moab dan Midian.
c. Mencobai Tuhan (ay.9): Orang Israel dihukum karena mencobai Tuhan, dengan ular berbisa. Ada godaan untuk menganggap Tuhan itu jauh dan mempermainkan belas kasihan Tuhan; menganggap bahwa Tuhan akan selalu mengampuni.
d. Bersungut-sungut (ay.10): Memberontak melawan Allah dan hamba-hambaNya akan dihukum seperti dialami Israel yang memberontak melawan Musa.
Maka hendaknya hal ini dijadikan sebagai peringatan oleh umat Korintus (ay.11). Mereka yang terlalu percaya pada martabatnya hendaknya berhati-hati (ay.12). Menurut Rasul Paulus, pencobaan itu adalah bahagian dari hidup (“pencobaan-pencobaan biasa”, ay. 13) Jadi jangan berpikir bahwa pencobaan akan absen dari hidup. Dan sebenarnya pencobaan bukan untuk membuat kita jatuh tetapi untuk menguji kita, sehingga setelah melaluinya kita akan menjadi lebih kuat. Setiap pencobaan yang menghampiri hidup kita bukanlah sesuatu yang h anya menimpa kita seorang; pencobaan itu tidak unik melainkan sesuatu yang umum. “Tidak dicobai melampaui kekuatanmu” (ay.13): Allah mengetahui keterbatasan kita dan Ia tidak akan mencobai melebihi kemampuan kita. Dan pada pencobaan-pencobaan selalu ada jalan keluar (ay.13). Jadi tidak mesti jatuh (bila menghadapi cobaan), sebab, sekali lagi, ada jalan keluar. Ide dasar dari “jalan keluar” ini diambil dari dunia perang. Tentara yang terkepung tiba-tiba melihat rute yang dapat dilaluinya untuk keluar dari kepungan. Berdasarkan nats ini kita juga bisa mengatakan bahwa pencobaan itu dapat dibedakan antara pencobaan biasa, yang dapat ditanggung manusia, dan pencobaan yang melebihi kekuatan manusia. Pada yang terakhir ini, hanya dengan pertolongan Tuhan sendirilah seseorang manusia dapat menahannya.
RENUNGAN :
1. Seperti cerita di awal di mana sang nenek menasihati cucunya, demikianlah kita perlu saling menasihati dan menguatkan bahwa setiap pencobaan dapat kita hadapi dan tanggung, serta meyakini bahwa pada setiap pencobaan, selalu ada jalan keluarnya. Setiap masalah ada jalan keluarnya yang terbaik. Semangat seperti ini dimiliki oleh mereka yang percaya kepada Tuhan. Sebab, Tuhan, kita yakini sebagai Dia, yang setia dan tidak membiarkan kita dicobai melampaui kekuatan kita, dan Ia sendiri memberi kita jalan keluar (ay. 13).
2. Kita dapat belajar dari contoh-contoh dan pengalaman-pengalaman. Contoh yang positif kita ikuti dan contoh yang negatif mari kita hindari. Ini mengandaikan kerendahan hati, untuk sedia belajar dari pengalaman orang lain.
3. Terdapat dua kali kata kamu (mu), yang menggunakan kata ganti jamak (plural), dalam kalimat “Ia tidak membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu” (ay.13). Ini hendak menunjukkan bahwa pengalaman mengalami pencobaan itu sesungguhnya tidak sesuatu yang ditanggung satu pribadi/individual saja, tetapi sesuatu yang harusnya ditanggung bersama. Kematian isteri misalnya, adalah juga hal yang dialami oleh yang lainnya, karena itu orang lain seharusnya diingat dan disertakan (melalui berbagi) dalam pengalaman diuji itu ( bdk. Gal.6:2).
Amen RHLT. Dari berbagai sumber.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar