Senin, 25 Februari 2013

Khotbah Minggu Palmarum 24 Maret 2013 Filipi 2: 5-11 TIADA KETAATAN TANPA PENGORBANAN KARENA ITU PAKAI PIKIRAN DAN PERASAAN KRISTUS.

Pengantar: Mengapa saat lampu merah menyala, kita taat untuk berhenti? Tentu ada diantara kita akan menjawab: karena takut ditilang. Ini sebuah contoh: ketaatan yang semu. Taat karena takut kena hukuman. Karena itu mereka yang memiliki kuasa dan kebal terhadap hukum atau dapat membeli hukum, tidak takut untuk melanggar alias tidak taat. Saat membaca Filipi 2:5-11 kita dapat menghayati suatu teladan ketaatan yang akan membangkitkan kecintaan kita pada Tuhan Yesus. Dan ketaatan itu bukan ketaatan semu, tetapi didasari oleh kesadaran dan cinta kasih yang tulus. Khotbah: Tuhan Yesus menunjukkan pada kita, bahwa ketaatan itu memerlukan: 1. Kesadaran akan kedudukan atau posisi diri. Di Filipi 2:6 dikatakan: yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, Tuhan Yesus sadar betul bahwa Dia adalah Allah yang sungguh mengasihi manusia. Dia tidak ingin manusia binasa, karena itu Dia rela menanggalkan status ke-Allah-annya untuk dapat menjadi Juruselamat manusia. Dengan menyadari kedudukan atau posisi diri, akan memampukan kita untuk dapat menempatkan diri dengan benar. 2. Penyangkalan diri Tuhan Yesus sadar, bahwa untuk menyelamatkan manusia bukan perkara mudah. Dia berkata kepada para murid yang diminta untuk menemaniNya: “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah.” (Mrk.14:32). Ada kegentaran dari diri Yesus, saat menjelang hari H. Tetapi Ia berkata: “Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.” (Mrk.14:36). Yesus mampu melawan keakuannya, keinginan diriNya untuk terus dengan taat melaksanakan kehendak Bapa. Penyangkalan diri itu berarti melawan keakuan: kesombongan, kemalasan, rasa mengasihi diri dan takut. 3. Ketulusan dan kerendahan hati Tidak ada yang menyangkal, kalau Tuhan Yesus mau, Dia dapat untuk tidak menuju salib. Tetapi karena cintaNya pada manusia, Dia rela merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati di kayu salib (Filipi 2:8). Ketulusan hati itu berarti tindakan untuk tidak mencari keuntungan pribadi. dengan meneladani KERENDAHAN HATI YESUS KRISTUS. Sikap rendah hati, itulah yang dapat menunjukkan pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus Yesus , yang walaupun punya “hak” (priviledge) sebagai anak Allah, yang setara dengan Allah, namun mau merendahkan diri, menjadi manusia sama seperti kita, menerima hinaan dan siksaan hingga mati di kayu salib. Dengan semua itu, Yesus membuang kepentingan diri-Nya sendiri, dan melakukan itu semua hanya untuk kepentingan orang lain, yaitu kita orang berdosa ini. Kerendahan hati yang luar biasa, yang tiada taranya . Kerendahan hati yang dapat menjadi teladan yang sempurna. Kerendahan hati, seperti yang Paulus terangkan di ayat 3b, adalah: menganggap yang lain lebih utama dari diri kita sendiri. Dan Firman Tuhan sangat banyak mengajak orang percaya agar senantiasa bersikap rendah hati (bukan rendah diri), karena orang rendah hati adalah sahabat Tuhan, sedangkan orang yang tinggi hati adalah musuh Tuhan (baca Ef. 4: 2; 1 Pet 5:5; Yak 4:6). Dan, sikap rendah hati inilah perekat persekutuan. Malah ada seorang pengkotbah berkata., bahwa sikap rendah hati itu bagaikan oli (minyak pelumas), yang melumaskan gesekan-gesekan pergaulan. Besi-besi mesin terus bergesekan untuk menggerakkan mobil, tetapi tidak saling menyakiti. Mengapa? Karena ada minyak pelumas atau oli. Demikian terjadi bila semua anggota persekutuan bersikap rendah hati. Walaupun terus menerus ada “gesekan” karena interaksi, namun tidak akan pernah saling menyakiti. Ternyata, sikap rendah hati memberi kita lebih banyak. Buktinya: Mengapa air laut lebih banyak dari air sungai? Jawabnya, pasti, karena laut mau lebih rendah dari sungai. Karena itulah Firman Tuhan, Mazmur 37:11 berkata: “Orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kEsejahteraan yang berlimpah-limpah”. Mazmur 22:27 berkata: “Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang …” 1 Petrus 5:5 “Tuhan mengasihi orang yang rendah hati”. Itulah yang diberikan Tuhan kepada Yesus Kristus. Ketika Yesus mau merendahkan diri, justru disitulah Tuhan meninggikan Dia: dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah, Bapa! (ay. 10-11). Dengan demikian jelaslah, ternyata, kemuliaan tidak lahir dari kesombongan, melainkan dari kerendahan hati. Malah Dranath Tagore berkata “Kita bertemu dengan Allah ketika kita mau RENDAH HATI’. Karena itu saudaraku, agar kesatuan dan persatuan persekutuan kita semakin kuat, mari, teladanilah Kristus. 4. Ketaatan yang konsisten untuk bertumbuh Di Yesaya 50:5 tertulis: Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. Aku disini menunjuk pada Yesus. Dan pada kenyataannya Yesus terus maju, dengan taat Dia melaksanakan apa yang dikehendaki Bapa. Iblis tidak menghendaki Tuhan Yesus disalib, bila itu terjadi, maka kehendak Bapa untuk menebus manusia terwujud. Dengan berbagai upaya, Iblis berusaha menggagalkan rencana itu. Pada sebuah penangkapan yang terjadi di sebuah taman, yang berawal dari sebuah ciuman. Ini bukan ciuman biasa, kata Yunani untuk ciuman ini ialah katafilein yang mengandung maknaseorang kekasih mencium orang yang dikasihinya. Kesengsaraan dan penyaliban Yesus berawal dari ciuman seorang kekasih. Ini merupakan hal memilukan dan menyakitkan. Tetapi Tuhan Yesus tidak terpengaruh dengan ciuman itu, Dia terus maju, dengan ketaatan penuh pada Bapa, Dia membiarkan diri ditangkap untuk menyatakan kasihNya pada manusia. 5. Ketika kita menyatakan diri untuk mau taat, berarti siap untuk mau atau rela terluka. Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi. (Yes. 50:6) Tuhan Yesus telah menunjukkan pada kita, bahwa tiada ketaatan tanpa pengorbanan. Dia taat pada kehendak Bapa karena kasih-Nya pada manusia. Tuhan Yesus tidak menghendaki kita binasa, tetapi Dia ingin kita beroleh hidup yang kekal (Yoh.3:16). Mungkin kita berkata: ”Sulit untuk taat.” Betul, tidak ada yang menyangkal bahwa untuk taat itu sulit dan bukan hanya sulit, tetapi menyakitkan. Tetapi sadarilah bahwa kebahagiaan yang tak terkatakan telah menanti kita yang taat pada kehendak Bapa sampai akhir. Tuhan Yesus sudah mengalami itu untuk memberi kebahagiaan pada manusia. Amen. RHLT. Dari berbagai Sumber.

Tidak ada komentar: