Senin, 25 Februari 2013

Khotbah Minggu 17 Maret 2013 Nats: "Mazmur 126:1-6" “PEMULIHAN ALLAH BAGI ORANG YANG MENDERITA”

Pengantar: Pengharapan Ditengah Penderitaan Mazmur 126:1-6 Setiap orang hampir tidak pernah luput dari persoalan kehidupan, baik yang sifatnya ringan sampai yang berat. Ketika menghadapi masalah yang sangat berat, seseorang dapat dilanda keputus asaan dan tidak tahu harus berbuat apa. Sehingga tidak sedikit orang mengambil jalan pintas dengan bunuh diri. Jika kita sedang dilanda kondisi yang berat karena masalah yang sepertinya tidak ada jalan keluar, apakah yang harus dilakukan? Khotbah: Ada 3 nasehat yang diberikan oleh penulis kitab mazmur yaitu raja Daud: 1. Memiliki impian dan Pengharapan. Musuh dan lawan dari keputus asaan adalah impian dan harapan. Setiap orang harus memiliki impian dan harapan dalam hidupnya. Karena itulah yang membuat dia mampu bertahan dan berjalan terus ditengah-tengah kesulitan. Dikala anda kehilangan impian dan harapan, maka anda harus terlebih dahulu untuk kembali memiliki impian dan harapan tersebut. Impian dan harapan dimulai dengan pikiran. Isi pikiran anda dengan hal-hal yang baik, yang indha, yang mulia. Impian adalah hal-hal yang indah, yang mulia, yang besar yang kita inginkan. Pikirkanlah itu kembali. Jangan memikirkan tentang kegagalan atau ketidak mungkinan. Tetapai mulailah berpikir tentang hal-hal yang besar. Tuhan adalah sumber kita untuk dapat memikirkan hal-hal yang besar, yang indah, yang mulia. Tumbuhkan keyakinan dalam hatimu, bahwa Tuhan sanggup dan bisa menolong anda untuk mewujudkan impian dan harapan anda tersebut. Karena Dia adalah Tuhan yang hidup, Maha Kuasa, dan tidak pernah berdusta. 2. Bersukacita Bagaimana kita dapat menghadapi penderitaan adalah dengan menjaga sukacita. Mungkin kita bertanya bagaimana bersukacita sementara saya sedang menderita? Bersukacita adalah pilihan kita, tidak dipengaruhi oleh situasi dan keadaan kita. 3. Menabur Kebaikan Ada hukum yang bersifat universal yaitu Hukum Tabur Tuai; apa yang kita tabur akan kita tuai. Dengan perkataan lain, apa yang kita harapkan untuk kita tuai maka kita harus menaburnya terlebih dahulu. Seorang petani yang mengharapkan dirinya akan menuai buah mangga, maka dia terlebih dahulu menanam biji mangga. Hal ini juga berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari. Bila kita mengharapkan kebaikan datang dalam hidup kita, ada pertolongan yang kita terima, atau kita mengharapkan keberhasilan dalam hidup kita, maka kita harus terlebih dahulu menaburkan benih-benih kebaikan tersebut dalam diri orang lain. Orang lain mengatakan perubahan itu tidak mungkin bisa terjadi di dalam hidupmu tetapi saya percaya Tuhan bisa merubah situasi yang buat orang mustahil adanya. Banyak di antara kita mungkin merasa mana bisa keadaan dan situasi hidup kita mengalami perubahan yang drastis? Itu bisa dan mungkin, sebab kita memiliki Tuhan yang sanggup mengadakan perubahan di luar dari apa yang pernah kita bayangkan dan pikirkan. Terlepas dari campur tangan Tuhan yang ajaib dan perkasa, Mazmur 126 juga mengajarkan kepada kita prinsip yang sangat indah dan sangat menarik. Dimana pemazmur menolak untuk give up kepada situasi hidupnya. Walaupun situasi hidupnya digambarkan dengan lukisan yang sangat menyedihkan sekali, bagaimana bisa tanah Negeb itu mendapat air? It is impossible. Kalau sdr belajar latar belakangnya, kita menemukan ini adalah salah satu tempat yang paling kering di atas muka bumi ini. Probabilitas terjadinya hujan, probabilitas ada air di situ kecil sekali. Itu situasi dia. Tetapi Alkitab mencatat dia harus berjalan maju. DR. Les Parrott mengatakan hal yang satu ini harus kita tangani lebih dulu, baru yang lain akan menjadi lebih mudah, yaitu attitude kita. Bagaimana kita bersikap, begitu kita sudah menaruh negative attitude maka semua yang kita lihat menjadi negatif. Di satu pihak dia penuh dengan sukacita tetapi di sisi lain dia menangis tersedu-sedu. Di dalam keadaan yang susah dan sulit, air mataku mengalir. Tetapi pada waktu Tuhan merubah situasi itu aku sungguh-sungguh bersukacita sehingga orang lain juga bisa melihat perbuatan Tuhan yang luar biasa itu kepadaku. Dalam 2 Kor.4:8 Paulus mengatakan ”...kami ditindas namun tidak terjepit, kami habis akal namun tidak putus asa.” Dalam keadaan tertindas, dia tidak putus asa. Mzm.42:12 mengatakan “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku? Mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah, Penolongku dan Allahku.” Kunci jawabannya ada di sini. Tibalah saatnya kemudian pemazmur menyatakan cambukan dan cetusan itu kepada kesadaran dirinya sendiri dengan mengatakan, mengapa engkau tertekan? Mengapa engkau gelisah? Bangun! Berjalan! Dan bersandarlah kepada Allah. Perjalanan iman Kristen kita tidak boleh melepaskan prinsip ini. Karena itulah kita akan melihat bagaimana kekuatan pengharapan dan percaya itu menjadi hal yang penting sekali di dalam iman orang Kristen. Dietrich Bonhoeffer di dalam suratnya di penjara menulis: saya bukan orang yang pesimis, yaitu berpikir bahwa segala sesuatu yang saya alami akan menjadi lebih buruk. Tetapi saya juga bukan seorang yang optimis yang percaya bahwa someday saya akan keluar dari penjara ini dan situasi menjadi lebih baik. Tetapi saya hidup hari demi hari dengan pengharapan. Artinya, di sini saya berjuang melakukan segala sesuatu di dalam kekuatan dan kemampuan yang saya bisa, tetapi saya tidak pernah melepaskan tangan Tuhan yang berdaulat untuk campur tangan di situ. Dia berjalan karena dia punya pengharapan, tetapi dia berjalan dengan air mata. Dia berjalan dengan kesedihan tetapi dia menolak untuk berhenti dan tangannya tetap menabur benih. Dia berjalan di atas tanah yang kering dan tidak ada airnya. Kakinya hari demi hari menginjak padang pasir yang kering dan panas, tetapi itu tidak melunturkan hatinya untuk terus menabur karena dia percaya satu saat ada hasil dan buahnya. Gal.6:9 “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik karena apabila sudah datang waktunya kita akan menuai jika kita tidak menjadi lemah…” Kita boleh menangis, tetapi harus terus menabur. Tetapi di dalam proses perjalanan menabur itu mungkin akhirnya tidak sampai berhasil dan sukses sebab ada suatu kendala emosi terjadi di sini yaitu menjadi jemu. Fil.2:14 “Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan.” Bersungut-sungut kepada diri sendiri. Gerutu dan jemu adalah reaksi emosi bukan karena kehilangan kemauan berjalan tetapi kehilangan sukacita berjalan. Filipi adalah salah satu jemaat yang terbaik. Paulus sendiri memuji jemaat ini karena mereka terus membantu Paulus di dalam mendukung pelayanan misi Paulus (Fil.4:10). Filipi dikatakan oleh Paulus sebagai jemaat setia, partnership dengan Paulus di dalam pemberitaan Injil. Bahkan di dalam Fil.1:30 dikatakan mereka rela menderita karena Injil. Tetapi di pasal 2 Paulus mengingatkan semua yang mereka lakukan itu jangan dilakukan dengan bersungut-sungut. Kita lihat perbedaannya? Bukan mereka tidak melakukan, tetapi mereka bersungut-sungut dan menjadi berbantah-bantahan, kita bertemu di situlah bagaimana emosi kita mengontrol hidup kita. Mungkin kita pikir lebih baik berhenti di tengah jalan tidak melakukannya sebab kita bertanya buat apa saya melakukan hal ini.. toh tidak ada hasilnya?! Tanah ini kering. Buat apa saya terus keluar setiap hari, padahal tidak ada sukacita dan kegembiraan untuk itu? Ini ayat yang indah luar biasa. Kalau kita berada di dalam situasi seperti itu, buat apa menangis? Buat apa keluar menabur? Pemazmur tetap menangis karena itu memang sulit tetapi itu tidak mengontrol dia. Tempatkan emosinya dengan tepat. Orang mungkin bilang tidak ada gunanya. Mungkin memang tidak berhasil, atau mungkin hasilnya tidak kita lihat dengan mata kita, tetapi kita tidak boleh berhenti. Sebab sekali lagi, kita berjalan dengan kita beriman kepada Dia. Kita tidak bisa meragukan iman orang lain. Dalam Mzm.126 ini seolah terjadi pengulangan, tetapi di ayat 1 “Tuhan memulihkan keadaan kami…” Itu satu deklarasi, satu statement, satu pengakuan ini terjadi sebab Tuhan yang campur tangan. Sedangkan di ayat 4 “Pulihkanlah keadaan kami…” Ini adalah satu permohonan dan satu doa. Kita tahu orang itu beriman karena kita menemukan bagaimana orang itu bersikap dan berdoa kepada Tuhan. Dimana bedanya orang yang berdosa dan yang tidak berdoa? Orang yang tidak berdoa sudah tidak punya pengharapan. Orang yang berdoa sebab dia punya pengharapan. Dia berdoa, menyegarkan semangat hidupnya. Bedanya cuma itu. “Pulihkan keadaan kami…” menjadi satu cetusan doa bahwa tidak ada campur tangan lain lagi, tidak ada yang bisa mendatangkan air di padang pasir Negeb kecuali mujizat Tuhan menurunkan hujan. Tetapi karena hanya itu pengharapan saya maka menjadikan saya orang Kristen yang berlutut berdoa dan bersandar kepada Tuhan. Tahun ini mari kita juga merevolusi hidup doa kita di hadapan Tuhan. Kenapa itu semua bisa hilang? Kita bisa give up, kita bisa kecewa, kita bisa akhirnya membiarkan emosi kita membuat kita terhambat di tengah perjalanan. Atau mungkin kita terlalu ingin situasi kita bisa berubah secara mendadak dan tak terduga. Kita selalu bersukacita kalau kita melihat ada hal-hal yang tak terduga terjadi. Tetapi kalau kita menjalani semua ini lalu kemudian kita kehilangan sukacita itu, mungkin kita memerlukan kalimat ini: “kita bersukacita untuk hal-hal surprise terjadi, tetapi kita harus setia untuk hal-hal yang rutin.” Pemazmur bersukacita sebab Tuhan mendatangkan perubahan besar, tetapi itu tidak boleh melupakan kerutinan dia. Benih yang berlipat ganda datang bukan karena hujan yang dinanti akhirnya datang dengan berlimpah, tetapi di tengah air mata yang mengalir deras yang tidak bisa menumbuhkan benih karena asin, dia tetap berjalan menabur dan menabur. Yang perlu dikerjakan dengan rutin memerlukan semangat yang setia dan pengharapan yang pasti kepada Tuhan. Mari kita seperti pemazmur mengatakan, hai jiwaku, jangan tertekan, bersandar kepada Tuhan. Amen RHL Dari Berbagai Sumber.

Tidak ada komentar: