Thema:
“Menjadi Tua itu Sudah Pasti, Tapi Bagaimana Menjadi Tua Dengan Bijaksana”
Bertumbuh
Subur secara Rohani pada Saat Kepala Sudah Beruban
”Mereka
yang ditanam di Bait Tuhan.....5M
“Sebab itu kami tidak tawar
hati, tetapi meskipun manusia lahiriah (exo anthropos) kami semakin merosot,
namun manusia batiniah (eso anthropos) kami dibaharui dari sehari ke sehari” 2
Korintus 4:16
Siapakah orang bijaksana? Orang bijaksana tidak identik
dengan orang yang berpengetahuan tinggi. Karena orang yang berpengetahuan
tinggi, belum tentu berbijaksana, orang yang bijaksana belum tentu
berpengetahuan tinggi. Bijaksana jauh lebih penting dari pengetahuan, karena
bijaksana adalah arah dari pengetahuan
Realita Hidup
Manusia
Menurut ilmu pengetahuan alam, yang kita kenal sebagai hukum Termodinamika II. bahwa segala
sesuatu yang ada di dunia bersifat merosot atau berkurang. Contoh, batu baterai
tanpa digunakan pun tenaga yang tersimpan di dalamnya akan semakin merosot.
Gedung yang megah bila tidak dirawat akan menjadi lapuk dengan sendirinya.
Taman bunga yang indah tanpa dirawat akan rusak dan dipenuhi semak belukar.
Bahkan rumah tangga yang pada mulanya serasi bila tidak dibina keindahannya
akan merosot dengan sendirinya. Demikian halnya dengan manusia.
Pertama,
setiap hari, semua orang yang hidup bertambah usianya. Berdasarkan kronologis
(urutan waktu), usia biologis manusia menurut pengalaman Pemazmur pada
umumnya adalah 70 tahun dan bisa mencapai 80 tahun. Pemazmur mengatakan “Masa
hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan
kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan
kami melayang lenyap” (Mazmur 90:10). Dengan bertambahnya usia berarti
hidup biologis kita berkurang bila dilihat dalam kronologis waktu. Inilah fakta
pertama dan terpenting!
Kedua,
berdasarkan hukum Termodinamika II,
bahwa setiap orang seiring bertambahnya usia akan mengalami kemerosotan
biologis (jasmniah). Sebagian orang berusaha menyangkali penuaan ini dan berusaha mempertahankan kemudaannya yang
perlahan-lahan mulai hilang. Kosmetik
dan krim kecantikan tidak mampu menyembunyikan keriput dan noda ketuaan.
Inilah fakta kedua: siapapun tidak mampu menaham proses penuaan!
Ketiga,
ciri-ciri penuaan adalah kemerosotan. Dalam gerontologi atau ilmu tentang
lanjut usia, ada tiga bentuk kemorosotan yang akan dialami manusia. Secara
kronologis, menjadi tua berarti merosotnya usia hidup. Seiring bertambahnya
usia, berarti semakin berkurang kesempatan hidup, dengan kata lain, semakin
dekat dengan kematian jasmaniah. Secara biologis, menjadi tua berarti
merosotnya kondisi fisik dan keadaan kesehatan. Saat kita makin tua kemampuan
reflek akan berkurang; lensa mata menjadi kurang elastis, penglihatan kurang
tajam dan tidak dapat melihat jauh (istilah medis “presbiopa”); dan pada
berbagai tingkat daya pendengaran mulai berkurang (istilah medis “presbikusis”).
Secara psikologis, menjadi tua berarti merosotnya kemampuan berpikir dan
mengingat (istilah medis “dimensia”)
Karena itu jangan Tawar Hati sebab:
Amsal 24:10. Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan,
kecillah kekuatanmu.
Dari mana tawar hati itu? Ketika kita menghadapi berbagai
macam tantangan, penderitaan, masalah, penyakit, banyak orang mulai tawar hati.
Orang percaya anak-anak Tuhan, Saudara dan saya, tidak boleh tawar hati. Sayur
saja tidak boleh tawar, tidak enak, apa lagi hidup kita. Jangan sampai tawar
hati, karena kecillah kekuatanmu, tidak ada semangat.
Bertambahnya usia
itu sendiri
bukan kutukan, karena tahun-tahun harus berlalu agar kita tetap ada. Malah,
pertumbuhan dan kematangan adalah ciri-ciri yang diinginkan pada semua makhluk
hidup.
Bagaimana
orang Kristen dapat terus ”bertumbuh subur pada saat kepala sudah beruban”?
Firman Allah
meyakinkan kita bahwa ”mereka yang ditanam di rumah Allah . masih
bertumbuh subur pada saat kepala sudah beruban”. (Mazmur 92:13, 14) Dengan bahasa kiasan, sang
pemazmur menuturkan kebenaran yang mendasar bahwa hamba-hamba Allah yang setia
dapat terus bertumbuh, makmur, dan sejahtera secara rohani, sekalipun mengalami
kemerosotan jasmani. Banyak contoh pada zaman Alkitab dan zaman modern
membuktikannya.
”Tidak Pernah Meninggalkan Bait”
Bagaimana
nabiah Hana yang lanjut usia memperlihatkan pengabdiannya kepada Allah, dan
bagaimana ia diupahi?
Perhatikan Hana, seorang nabiah. Ia berusia
84 tahun, tetapi ”tidak pernah meninggalkan bait, memberikan dinas suci malam
dan siang dengan berpuasa dan membuat permohonan”. Karena ayahnya bukan orang
Lewi, melainkan ”dari suku Asyer”, Hana tidak dapat secara harfiah tinggal di
bait. Bayangkan upaya yang mesti ia kerahkan untuk hadir di bait setiap hari
dari waktu dinas pagi sampai waktu dinas malam! Namun, karena pengabdiannya,
Hana diupahi dengan limpah. Ia mendapat hak istimewa berada di bait sewaktu
Yusuf dan Maria membawa Yesus kecil ke bait untuk diserahkan kepada Yehuwa
sesuai dengan Hukum. Saat melihat Yesus, Hana ”mengucapkan syukur kepada Allah
dan berbicara tentang anak itu kepada semua orang yang menantikan pembebasan
Yerusalem”.—Lukas 2:22-24, 36-38; Bilangan 18:6, 7.
Bagaimana
banyak saudara-saudari lansia dewasa ini memperlihatkan semangat seperti Hana?
Dewasa ini, di
antara kita ada banyak saudara-saudari lansia yang, seperti Hana, berhimpun secara teratur, sungguh-sungguh
berdoa demi kemajuan ibadat yang sejati, dan memiliki hasrat membara
untuk memberitakan kabar baik. Seorang saudara berusia 80-an yang berhimpun
secara teratur bersama istrinya mengatakan, ”Berhimpun
sudah menjadi kebiasaan kami. Kami tidak mau berada di tempat lain. Di mana
umat Allah berada, di sana kami ingin berada. Di sanalah kami merasa nyaman.”
Teladan mereka sungguh membesarkan hati kita semua!—Ibrani 10:24, 25.
Terus Mengasah
Pikiran
7. Pada usia lanjut, bagaimana Musa
mengungkapkan keinginannya memperdalam hubungannya dengan Allah?
7 Pengalaman hidup diperoleh seiring
dengan berlalunya waktu. (Ayub 12:12) Namun, kemajuan rohani
tidak otomatis diperoleh dengan bertambahnya usia. Musa tidak pernah merasa
terlalu tua untuk belajar. Setelah puluhan tahun melayani Allah, menikmati
banyak hak istimewa, dan mengemban berbagai tanggung jawab yang serius, Musa
memohon
Menjadi Tua, Apa Seharusnya Dilakukan?
1., tetap
bertumbuh dan semakin giat dalam hal-hal rohani. (2 Korintus 2:16; 1 Korintus 15:58). Semakin lama seseorang menjadi
orang Kristen, kehidupan rohaninya pun harus bertambah kuat. Setiap hari
manusia batiniah harus diperbaharui antara lain melalui persekutuan yang
berkelanjutan dengan Kristus dan firman Tuhan (Yohanes 15:1-8); melalui doa dan
perenungan firman (Yohanes 17:17); oleh iman dikuatkan oleh kuasa Roh Kudus
(Efesus 3:16). Hanya dengan cara demikian kehidupan batiniah akan bertumbuh.
Walau jasminiah terus-menerus merosot.
2., hidup bijaksana dan menjadi teladan.
Pemazmur, setelah mengetahui betapa singkatnya hidup ini, memohon kepada Tuhan,
“ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati
yang bijaksana” (Mazmur 90:12). Satu alasan untuk status penting yang diberikan
kepada orang yang lanjut usia adalah kepercayaan bahwa lanjut usia disertai
hikmat. Karena orang tua dianggap telah mencapai kebijaksanaan, kedudukan yang
berkuasa diberikan kepada mereka.
3. utamakan hal-hal yang menjadi prioritas
kita karena waktu yang terbatas (Efesus 5:15-17). Orang-orang yang ada di
sekitar kita, anak, isteri, suami, orang tua, teman-teman, akan mati dan kita
pun akan mati. Kasihi dan hargailah mereka selagi masih bisa. Sebab jika
sudah tidak ada, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Ada pepatah yang mengatakan
“Yesterday is history, tomorrow is
misteri, today is reality” . Artinya, hari kemarin adalah sejarah, hari
esok adalah misteri, hari ini adalah kenyataan. Waktu dan kesempatan yang kita
punya dalam hidup ini sangat terbatas, karena ini manfaatkan dengan
sebaik-baiknya. 4. bergantung dan berserah kepada Tuhan. Yesaya 46:4 mengatakan “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai
masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau
menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu”.
Manusia adalah mahluk ciptaan yang berpribadi, yang diciptakan menurut rupa dan
gambar Allah (Kejadian 1:26). Sebagai mahluk berpribadi, kita memiliki
kemandirian yang relatif (tidak mutlak), dalam pengertian bahwa kita memiliki kemampuan
untuk membuat keputusan-keputusan dan membuat pilihan-pilihan sendiri. Tetapi,
sebagai mahluk ciptaan, kita bergantung pada Tuhan bagi keberlangsungan hidup
kita; Kita tidak bisa berdiri sendiri; hidup kita bergantung pada Tuhan
Pencipta dan Penebus kita. Di dalam Tuhanlah kita hidup, bergerak, dan bernafas
(Kejadian 1:26; 2:7; Kisah Para Rasul 17:28). Janji Tuhan bahwa Ia akan
memelihara kita hingga kita tutup usia dapat kita andalkan.