Kasih yang
tiada taranya(Pem. Masuk
ke Santo Agustinus).
Dalam kisah hidup Mahatma
Gandhi tokoh pejuang bagi kemerdekaan India, yang terkenal dengan gerakan non kekerasan, suka pergi ke
mana-mana dengan telanjang dada.
Pada suatu hari, ketika ia mengunjungi sebuah desa, seorang gadis remaja merasa risih dengan
penampilannya, lalu mendekatinya dan berkata: ”Mengapa kakek tidak mengenakan
baju? Jika Kakek berkenan, saya akan minta kepada ayah saya untuk memberikan
baju buat kakek. ”Jika kau mau memberi aku baju”, kata Gandhi, beri juga saudara-saudaraku yang lain. Jika tidak,
mereka yang juga berpakaian seperti aku ini akan iri terhadapku, lalu akan
bertengkar denganku.” kalau begitu, saya akan minta kepada ayah saya untuk
memberikan baju buat semua saudara kakek,” jawab gadis itu. ”berapa jumlah
saudara kakek? ”Tidak banyak, kok. Cuma empat ratus juta, jawab Gandhi sambil
tersenyum. Mendegar jawaban Gandhi, gadis itu tersipusipu dan tidak tahu harus
berkata apa. Saudara-saudara yang dikasihi oleh Yesus Kristus kesetiakawanan
merupakan perbuatan luhur, tetapi berat karena menuntut pengorbanan. Oleh sebab
itu, banyak orang mau mendapat nama karena melakukan kesetiakawanan, tetapi
menghindari pengorbanannya. Pada hal satu hal yang dibutuhkan dari kasih adalah
pengorbanan Kasih sebagai jatidiri orang Kristen Rasul Paulus menggambarkan
betapa besarnya peran kasih dalam kehidupan ini. Sebagaimana Tuhan telah
mengasihi kita tanpa henti-hentinya. Sebagai tanda kasih Tuhan kepada kita
adalah Dia selalu mengampuni kita. Dalam 1 Korintus 13:1-13 ini Rasul Paulus
menegaskan bahwa karunia yang paling utama yang harus dipraktekkan oleh setiap
warga gereja untuk membangun tubuh Kristus adalah kasih. Semua karunia sehebat apa pun, akan menjadi sia-sia tanpa kasih dan
tidak berguna bagi orang lain dan juga
bagi diri sendiri.
Siapa dari kita
yang tidak seperti jemaat Korintus, menganggap penting karunia berkomunikasi,
karunia nubuat, hikmat, iman, atau karunia berkorban dalam pelayanan? Bila kita
sadar bahwa Yesus rela mengorbankan diri-Nya demi menebus kita maka kita merasakan kasih itu tidak terbatas Tuhan
atas diri kita. Sebagai anak-anak Tuhan, kita pun seharusnya bisa
merefleksikan kasih Tuhan yang tidak terbatas itu kepada orang lain. Kasih
bukan saja salah satu dari ciri khas orang Kristen, tetapi jiwa dari jatidiri
orang Kristen. Ketika kita memberi sesuatu dengan motif lain dan bukan
berdasarkan kasih, hal-hal seperti di atas pun mungkin terjadi. Kasih sejati akan membuat kita memberi
dengan sukacita, tanpa menyimpan apapun
di balik pemberian, dan tidak
mengharapkan apapun, bahkan ucapan terima kasih sekalipun (Ilustrasi: Suami ketok Pintu krn kemalaman). Kasih sejati adalah kasih
yang tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah dan tidak menyimpan
kesalahan orang lain. Kasih sejati tidak mengharapkan balasan, tidak pamrih, dan keluar dari hati sebagai ungkapan kasih
kita terhadap orang lain. Semuanya itu penting bila berguna dan bila
dilakukan dalam kasih dan digerakkan oleh kasih pula. Penekanan Paulus tentang
kasih sebagai jiwa dan jati diri kekristenan kepada orang-orang Kristen di
Korintus saat itu merupakan salah satu bentuk ungkapan yang memprihatinkan
dirinya. Jemaat Korintus yang merasa dirinya memiliki karunia dari Tuhan,
menjadi sombong dan mulai menganggap bahwa diri mereka lebih tinggi
tingkatannya dibandingkan dengan jemaat yang tidak memiliki karunia tersebut.
Kasih akan berkaitan erat dan terwujud dalam beberapa sifat yang mencerminkan
sifat Kristus sendiri. Yaitu: kesabaran, kemurahan hati, tidak cemburu, tidak
melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan bagi diri sendiri. Orang
yang hanya mementingkan diri sendiri, berarti tidak memiliki kasih. Akan tetapi
orang yang dihidupkan Kristus dan hidup bagi Kristus, itulah yang akan memiliki
kasih. Karena itu Paulus memberikan ketegasan bahwa kepandaian berbicara,
bernubuat, memiliki hikmat dan pengetahuan manusia jika tidak disertai kasih
hanya akan menciptakan kegaduhan, dan membuat dirinya tidak berharga. Orang
demikian tidak mencemburui kemajuan atau kemampuan orang lain, melainkan sambil
memuji Tuhan dan mendorong kemajuan orang lain. Penekanan Paulus ini memberikan
pelajaran penting untuk kita, orang-orang Kristen masa kini, yaitu bahwa kita
adalah orang yang dihidupkan oleh Kristus dan bagi Kristus. Karena itu kitalah
orang-orang yang akan memiliki dan menyatakan kasih Kristus itu dalam segala
aspek kehidupan kita. Kasih adalah bahagian dari apa yang kita hidupi Sama
seperti orang Kristen di Korintus, kita pun cenderung menganggap penting hanya
hal-hal yang berdampak langsung. Pada hal yang utama dan yang terpenting
sebenarnya ialah yang dampaknya lama bahkan abadi. Kasih mutlak untuk kualitas
kehidupan di kalangan Gereja Kristen sendiri. Jauh melebihi nubuat, kesembuhan
ilahi, hikmat, bahasa roh. Kasih itu abadi. Bahkan bila dibandingkan dengan
iman dan pengharapan sekali pun, ternyata kasihlah yang abadi. Itu sebabnya
kasih harus kita kejar, agar selalu menjiwai sikap dan tindakan kita dalam
hidup dan pelayanan. Mengapa ? Kasih akan saudara-saudara perlu ditambah dengan
kasih akan semua orang. Sebab kasih kepada semua orang adalah kasih kepada
sesama manusia. Ini adalah hukum yang
terutama yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus (Mat. 5:43-48; 22:39). Bagi orang
percaya, kasih haruslah diwujudkan dalam tindakan nyata. Karena ada banyak
orang hidup tanpa pernah merasakan kasih yang nyata. Tugas kitalah sebagai
orang-orang percaya adalah untuk menyatakan kasih yang lain daripada yang lain
kepada dunia yang membutuhkan. Selain itu kasih adalah pengikat yang
mempersatukan dan menyempurnakan segala hal (Kol.3:14). Jadi kasih itu tidak boleh hanya bersifat eksklusif. Orang Kristen
adalah garam dunia dan terang dunia (Mat. 5:13-16). Jadi kita harus memberi
warna yang berbeda. Oleh sebab itu betapa hebatnya efek yang dihasilkan oleh
hati yang penuh kasih itu. Kasih yang telah diterimanya dari Allah. Suatu
ketika melalui pelayanannya, ibu Teresa menemukan bahwa penyakit terhebat abad
ini adalah kurangnya kasih dan perhatian terhadap sesama. Tanpa kasih semua karunia yang hebat sekali pun menjadi sia-sia.
Selanjutnya ketika ibu Teresa menerima hadiah nobel, beliau ditanya:
"Apa yang dapat kita lakukan untuk mendorong perdamaian dunia? Jawabnya:
"Pulanglah dan kasihi
keluargamu". Oleh karena itu kasih kepada Tuhan dan sesama adalah
perintah yang utama dan tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua
hukum tersebut. Hal ini juga berlaku sebagai dasar kepemimpinan dalam komunitas
Gereja. Bahkan kalau kita membaca semua pesan dan perintah di Alkitab, maka
kita menyadari bahwa semua perintah tersebut mempunyai dasar kasih, sehingga
rasul Paulus mengatakan bahwa kalau seseorang dapat berbicara dengan semua
bahasa manusia dan malaikat, dapat bernubuat, memiliki seluruh pengetahuan,
memiliki iman, membagi-bagikan harta maupun menyerahkan diri untuk dibakar,
namun tanpa kasih, maka semuanya menjadi tidak berguna. Jadi, kita dapat
melihat supremasi kasih yang mengatasi segalanya. Agustinus seorang bapak gereja ternama mengatakan: ”jika seseorang
memiliki kasih, maka orang tersebut dapat berbuat apapun”. Agustinus melihat betapa pentingnya posisi
kasih itu. Kasih Tuhan lebih dari segalanya. Kasih seperti inilah yang
menjadi dasar spiritualitas dari setiap
pemimpin Kristiani. Kita percaya bahwa iman dan pengharapan bekerja
bersamaan dan kasih itu melengkapinya. Iman akan Tuhan Yesus Kristus, akan
menimbulkan pengharapan akan berkat, penyertaan, perlindungan, keselamatan,
pertolongan, jawaban doa, kedatangan-Nya kembali, dan sebagainya. Kalau kita
sudah beriman dan memiliki pengharapan, tentunya akan menjalankan apa yang
diajarkan oleh-Nya. Tentu sekali ajaran yang paling penting adalah hukum kasih.
Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan
segala hawa nafsu dan keinginannya. Kasih melengkapi iman dan pengharapan, dan
dengan kasih kita dikenal sebagai murid-murid Kristus (Yoh 13:34-35). Tidak ada
hukum yang menentang hal-hal itu. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup
kita juga dipimpin oleh Roh. Kita harus hidup dalam kasih dan percaya akan
kuasa Roh Kudus. Seorang yang dipenuhi
Roh Kudus otomatis akan mencerminkan sifat kasih dalam kehidupannya sebab
buah-buah Roh adalah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan,
kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal. 5:22-25). Di
sini Paulus menekankan bahwa memiliki karunia Roh tanpa mempunyai kasih tidak
berguna sama sekali. "Jalan yang lebih utama lagi" ialah menjalankan
karunia rohani dalam kasih. Sebagai satu-satunya keadaan di mana karunia rohani
dapat memenuhi kehendak Allah, kasih haruslah menjadi prinsip yang
mengendalikan semua manifestasi rohani. Mereka harus dengan sungguh-sungguh menginginkan
hal-hal dari Roh karena mereka dengan tulus ingin menolong, menghibur, dan
memberkati orang lain dalam hidup ini. Karena itu, Paulus menasihati jemaat
Korintus untuk "mengejar kasih itu dan berusaha memperoleh karunia
Roh". Amen. RHL
I) “Kasih itu
sabar” (1 Korintus 13:4)
Kata “sabar”
dalam bahasa Yunani adalah kata kerja “makrothumeo” yang tersusun dari kata
“makros” yang berarti “panjang” dan “thumos” yang berarti “kemarahan”. Dengan
kata lain, “makrothumeo” berarti “perlu waktu yang panjang sebelum marah1"
2.Kasih itu murah hati” (1
Korintus 13:4)
Ciri lain dari
kasih adalah murah hati. Kata kerja bahasa Yunani untuk “murah hati” adalah
“chresteuomai” yang hanya dipergunakan di sini dalam Perjanjian Baru. “chresteuomai” berarti menunjukkan chrestos
diri yaitu kelembutan hati, kebaikan, kemurahan hati sekalipun tanpa dibalas
sikap atau ucapan terima kasih
3. “Kasih tidak cemburu” (1
Korintus 13:4)
Kata “cemburu”
yang digunakan dalam bagian ini adalah kata kerja bahasa Yunani “zeloo”. Kata
bendanya adalah “zelos”. “Zeloo” dan “zelos” keduanya dapat dipergunakan dalam
artian yang baik juga dalam artian yang buruk. Namun zelos dan zeloo paling
sering digunakan dalam artian yang buruk. Dalam artian yang buruk zelos berarti
iri hati, kecemburuan. Yakobus 3:14-16 menjelaskan akibat dan sumber
kecemburuan:
“Jika kamu menaruh perasaan iri hati [zelos]
dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan
janganlah berdusta melawan kebenaran! Itu bukanlah hikmat yang datang dari
atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan. Sebab di mana
ada iri hati [zelos] dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan
segala macam perbuatan jahat.”
4.“Kasih tidak memegahkan diri”
(1 Korintus 13:4)
"BARANGSIAPA
YANG BERMEGAH, HENDAKLAH IA BERMEGAH DI DALAM TUHAN”
5.Kasih itu tidak sombong (1
Korintus 13:4)
6.“Kasih tidak melakukan yang
tidak sopan” (1 Korintus 13:5)
Kata yang
diterjemahkan “pemarah” di sini adalah kata kerja bahasa Yunani “paroxuno” yang
secara harfiah bermakna “mempertajam dengan cara menggosok di atas permukaan
benda, menajamkan, mengasah, menghasut, menggusarkan”.
9. “Kasih tidak menyimpan
kesalahan orang lain” (1 Korintus 13:5)
10. “Kasih tidak bersukacita
karena ketidakadilan tetapi karena kebenaran” (1 Korintus 13:6)
Kata
“ketidakadilan” adalah kata Yunani “adikia”. Artinya adalah: “apa yang tidak
selaras dengan yang benar, apa yang tidak seharusnya; apa yang tidak seharusnya
berdasarkan kebenaran yang telah terungkap; sehingga artinya adalah kesalahan,
ketidakbenaran.” Segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran adalah
ketidakbenaran.
11. “Kasih menutupi segala
sesuatu” (1 Korintus 13:7)
Kata
“menutupi” adalah kata kerja bahasa Yunani “stego”. Penggunaan khusus kata ini
terdapat dalam 1 Korintus 9:12 di mana kita membaca Paulus dan rekan
sepelayanannya, meskipun telah melakukan tanggung jawab yang besar, lebih
memilih untuk tidak menggunakan hak mereka untuk memperoleh “penghidupan dari
pemberitaan Injil” tetapi “menanggung [stego] segala sesuatu, 12. “Kasih percaya segala
sesuatu” (1 Korintus 13:7)
Kata “percaya”
adalah kata kerja bahasa Yunani “pisteuo” yang muncul 246 kali dalam Perjanjian
Baru. Percaya secara alkitabiah berarti percaya pada apa yang telah Allah
ungkapkan di dalam Firman-Nya atau melalui manifestasi roh-Nya
13. “Kasih mengharapkan segala
sesuatu” (1 Korintus 13:7)
Hal lain yang
Firman Alah katakan tentang kasih adalah bahwa kasih itu mengharapkan segala
sesuatu. Sekali lagi, frasa “segala sesuatu” harus dipahami di dalam konteks
yang lebih umum dari Firman Allah. Segala sesuatu di sini adalah segala sesuatu
yang Firman Allah katakan.
14. Kasih sabar menanggung
segala sesuatu (1 Korintus 13:7)
Akhirnya, kita
belajar bahwa kasih itu sabar menanggung “segala sesuatu”. Kata “sabar
menanggung” di sini adalah kata kerja “hupomeno”. Arti kata tersebut mirip
dengan arti kata “makrothumeo” (sabar) 3. Kasih dalam 1 Korintus 13:4-7: Kesimpulan
Sebagai kesimpulan bagian ini, kita melihat bahwa kasih
adalah sebuah produk dari berjalan di dalam natur yang baru, dengan kata lain, kasih dihasilkan
apabila kita mengenakan dan memanfaatkan semua hal yang Firman Allah katakan
tentang siapa kita dan apa yang dapat kita lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar