Senin, 22 Agustus 2016

Khotbah Minggu 21 Agustus 2016 POUK KOTAWISATA 1 Korintus 13;1-7 Thema; ‘Bila Tak Ada Kasih’




Kasih yang tiada taranya(Pem. Masuk ke Santo Agustinus).
Dalam kisah hidup Mahatma Gandhi tokoh pejuang bagi kemerdekaan India, yang terkenal dengan gerakan non kekerasan, suka pergi ke mana-mana dengan telanjang dada. Pada suatu hari, ketika ia mengunjungi sebuah desa, seorang gadis remaja merasa risih dengan penampilannya, lalu mendekatinya dan berkata: ”Mengapa kakek tidak mengenakan baju? Jika Kakek berkenan, saya akan minta kepada ayah saya untuk memberikan baju buat kakek. ”Jika kau mau memberi aku baju”, kata Gandhi, beri juga saudara-saudaraku yang lain. Jika tidak, mereka yang juga berpakaian seperti aku ini akan iri terhadapku, lalu akan bertengkar denganku.” kalau begitu, saya akan minta kepada ayah saya untuk memberikan baju buat semua saudara kakek,” jawab gadis itu. ”berapa jumlah saudara kakek? ”Tidak banyak, kok. Cuma empat ratus juta, jawab Gandhi sambil tersenyum. Mendegar jawaban Gandhi, gadis itu tersipusipu dan tidak tahu harus berkata apa. Saudara-saudara yang dikasihi oleh Yesus Kristus kesetiakawanan merupakan perbuatan luhur, tetapi berat karena menuntut pengorbanan. Oleh sebab itu, banyak orang mau mendapat nama karena melakukan kesetiakawanan, tetapi menghindari pengorbanannya. Pada hal satu hal yang dibutuhkan dari kasih adalah pengorbanan Kasih sebagai jatidiri orang Kristen Rasul Paulus menggambarkan betapa besarnya peran kasih dalam kehidupan ini. Sebagaimana Tuhan telah mengasihi kita tanpa henti-hentinya. Sebagai tanda kasih Tuhan kepada kita adalah Dia selalu mengampuni kita. Dalam 1 Korintus 13:1-13 ini Rasul Paulus menegaskan bahwa karunia yang paling utama yang harus dipraktekkan oleh setiap warga gereja untuk membangun tubuh Kristus adalah kasih. Semua karunia sehebat apa pun, akan menjadi sia-sia tanpa kasih dan tidak berguna bagi orang lain dan juga bagi diri sendiri.
 Siapa dari kita yang tidak seperti jemaat Korintus, menganggap penting karunia berkomunikasi, karunia nubuat, hikmat, iman, atau karunia berkorban dalam pelayanan? Bila kita sadar bahwa Yesus rela mengorbankan diri-Nya demi menebus kita maka kita merasakan kasih itu tidak terbatas Tuhan atas diri kita. Sebagai anak-anak Tuhan, kita pun seharusnya bisa merefleksikan kasih Tuhan yang tidak terbatas itu kepada orang lain. Kasih bukan saja salah satu dari ciri khas orang Kristen, tetapi jiwa dari jatidiri orang Kristen. Ketika kita memberi sesuatu dengan motif lain dan bukan berdasarkan kasih, hal-hal seperti di atas pun mungkin terjadi. Kasih sejati akan membuat kita memberi dengan sukacita, tanpa menyimpan apapun di balik pemberian, dan tidak mengharapkan apapun, bahkan ucapan terima kasih sekalipun (Ilustrasi: Suami ketok Pintu krn kemalaman). Kasih sejati adalah kasih yang tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih sejati tidak mengharapkan balasan, tidak pamrih, dan keluar dari hati sebagai ungkapan kasih kita terhadap orang lain. Semuanya itu penting bila berguna dan bila dilakukan dalam kasih dan digerakkan oleh kasih pula. Penekanan Paulus tentang kasih sebagai jiwa dan jati diri kekristenan kepada orang-orang Kristen di Korintus saat itu merupakan salah satu bentuk ungkapan yang memprihatinkan dirinya. Jemaat Korintus yang merasa dirinya memiliki karunia dari Tuhan, menjadi sombong dan mulai menganggap bahwa diri mereka lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan jemaat yang tidak memiliki karunia tersebut. Kasih akan berkaitan erat dan terwujud dalam beberapa sifat yang mencerminkan sifat Kristus sendiri. Yaitu: kesabaran, kemurahan hati, tidak cemburu, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan bagi diri sendiri. Orang yang hanya mementingkan diri sendiri, berarti tidak memiliki kasih. Akan tetapi orang yang dihidupkan Kristus dan hidup bagi Kristus, itulah yang akan memiliki kasih. Karena itu Paulus memberikan ketegasan bahwa kepandaian berbicara, bernubuat, memiliki hikmat dan pengetahuan manusia jika tidak disertai kasih hanya akan menciptakan kegaduhan, dan membuat dirinya tidak berharga. Orang demikian tidak mencemburui kemajuan atau kemampuan orang lain, melainkan sambil memuji Tuhan dan mendorong kemajuan orang lain. Penekanan Paulus ini memberikan pelajaran penting untuk kita, orang-orang Kristen masa kini, yaitu bahwa kita adalah orang yang dihidupkan oleh Kristus dan bagi Kristus. Karena itu kitalah orang-orang yang akan memiliki dan menyatakan kasih Kristus itu dalam segala aspek kehidupan kita. Kasih adalah bahagian dari apa yang kita hidupi Sama seperti orang Kristen di Korintus, kita pun cenderung menganggap penting hanya hal-hal yang berdampak langsung. Pada hal yang utama dan yang terpenting sebenarnya ialah yang dampaknya lama bahkan abadi. Kasih mutlak untuk kualitas kehidupan di kalangan Gereja Kristen sendiri. Jauh melebihi nubuat, kesembuhan ilahi, hikmat, bahasa roh. Kasih itu abadi. Bahkan bila dibandingkan dengan iman dan pengharapan sekali pun, ternyata kasihlah yang abadi. Itu sebabnya kasih harus kita kejar, agar selalu menjiwai sikap dan tindakan kita dalam hidup dan pelayanan. Mengapa ? Kasih akan saudara-saudara perlu ditambah dengan kasih akan semua orang. Sebab kasih kepada semua orang adalah kasih kepada sesama manusia. Ini adalah hukum yang terutama yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus (Mat. 5:43-48; 22:39). Bagi orang percaya, kasih haruslah diwujudkan dalam tindakan nyata. Karena ada banyak orang hidup tanpa pernah merasakan kasih yang nyata. Tugas kitalah sebagai orang-orang percaya adalah untuk menyatakan kasih yang lain daripada yang lain kepada dunia yang membutuhkan. Selain itu kasih adalah pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan segala hal (Kol.3:14). Jadi kasih itu tidak boleh hanya bersifat eksklusif. Orang Kristen adalah garam dunia dan terang dunia (Mat. 5:13-16). Jadi kita harus memberi warna yang berbeda. Oleh sebab itu betapa hebatnya efek yang dihasilkan oleh hati yang penuh kasih itu. Kasih yang telah diterimanya dari Allah. Suatu ketika melalui pelayanannya, ibu Teresa menemukan bahwa penyakit terhebat abad ini adalah kurangnya kasih dan perhatian terhadap sesama. Tanpa kasih semua karunia yang hebat sekali pun menjadi sia-sia. Selanjutnya ketika ibu Teresa menerima hadiah nobel, beliau ditanya: "Apa yang dapat kita lakukan untuk mendorong perdamaian dunia? Jawabnya: "Pulanglah dan kasihi keluargamu". Oleh karena itu kasih kepada Tuhan dan sesama adalah perintah yang utama dan tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum tersebut. Hal ini juga berlaku sebagai dasar kepemimpinan dalam komunitas Gereja. Bahkan kalau kita membaca semua pesan dan perintah di Alkitab, maka kita menyadari bahwa semua perintah tersebut mempunyai dasar kasih, sehingga rasul Paulus mengatakan bahwa kalau seseorang dapat berbicara dengan semua bahasa manusia dan malaikat, dapat bernubuat, memiliki seluruh pengetahuan, memiliki iman, membagi-bagikan harta maupun menyerahkan diri untuk dibakar, namun tanpa kasih, maka semuanya menjadi tidak berguna. Jadi, kita dapat melihat supremasi kasih yang mengatasi segalanya. Agustinus seorang bapak gereja ternama mengatakan: ”jika seseorang memiliki kasih, maka orang tersebut dapat berbuat apapun”. Agustinus melihat betapa pentingnya posisi kasih itu. Kasih Tuhan lebih dari segalanya. Kasih seperti inilah yang menjadi dasar spiritualitas dari setiap pemimpin Kristiani. Kita percaya bahwa iman dan pengharapan bekerja bersamaan dan kasih itu melengkapinya. Iman akan Tuhan Yesus Kristus, akan menimbulkan pengharapan akan berkat, penyertaan, perlindungan, keselamatan, pertolongan, jawaban doa, kedatangan-Nya kembali, dan sebagainya. Kalau kita sudah beriman dan memiliki pengharapan, tentunya akan menjalankan apa yang diajarkan oleh-Nya. Tentu sekali ajaran yang paling penting adalah hukum kasih. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Kasih melengkapi iman dan pengharapan, dan dengan kasih kita dikenal sebagai murid-murid Kristus (Yoh 13:34-35). Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh. Kita harus hidup dalam kasih dan percaya akan kuasa Roh Kudus. Seorang yang dipenuhi Roh Kudus otomatis akan mencerminkan sifat kasih dalam kehidupannya sebab buah-buah Roh adalah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal. 5:22-25). Di sini Paulus menekankan bahwa memiliki karunia Roh tanpa mempunyai kasih tidak berguna sama sekali. "Jalan yang lebih utama lagi" ialah menjalankan karunia rohani dalam kasih. Sebagai satu-satunya keadaan di mana karunia rohani dapat memenuhi kehendak Allah, kasih haruslah menjadi prinsip yang mengendalikan semua manifestasi rohani. Mereka harus dengan sungguh-sungguh menginginkan hal-hal dari Roh karena mereka dengan tulus ingin menolong, menghibur, dan memberkati orang lain dalam hidup ini. Karena itu, Paulus menasihati jemaat Korintus untuk "mengejar kasih itu dan berusaha memperoleh karunia Roh". Amen. RHL
I) “Kasih itu sabar” (1 Korintus 13:4)
Kata “sabar” dalam bahasa Yunani adalah kata kerja “makrothumeo” yang tersusun dari kata “makros” yang berarti “panjang” dan “thumos” yang berarti “kemarahan”. Dengan kata lain, “makrothumeo” berarti “perlu waktu yang panjang sebelum marah1"
2.Kasih itu murah hati” (1 Korintus 13:4)
Ciri lain dari kasih adalah murah hati. Kata kerja bahasa Yunani untuk “murah hati” adalah “chresteuomai” yang hanya dipergunakan di sini dalam Perjanjian Baru.  “chresteuomai” berarti menunjukkan chrestos diri yaitu kelembutan hati, kebaikan, kemurahan hati sekalipun tanpa dibalas sikap atau ucapan terima kasih
3. “Kasih tidak cemburu” (1 Korintus 13:4)
Kata “cemburu” yang digunakan dalam bagian ini adalah kata kerja bahasa Yunani “zeloo”. Kata bendanya adalah “zelos”. “Zeloo” dan “zelos” keduanya dapat dipergunakan dalam artian yang baik juga dalam artian yang buruk. Namun zelos dan zeloo paling sering digunakan dalam artian yang buruk. Dalam artian yang buruk zelos berarti iri hati, kecemburuan. Yakobus 3:14-16 menjelaskan akibat dan sumber kecemburuan:
 “Jika kamu menaruh perasaan iri hati [zelos] dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran! Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan. Sebab di mana ada iri hati [zelos] dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.”
4.“Kasih tidak memegahkan diri” (1 Korintus 13:4)
"BARANGSIAPA YANG BERMEGAH, HENDAKLAH IA BERMEGAH DI DALAM TUHAN”
5.Kasih itu tidak sombong (1 Korintus 13:4)
6.“Kasih tidak melakukan yang tidak sopan” (1 Korintus 13:5)
8. “Kasih tidak pemarah”(1 Korintus 13:5)
Kata yang diterjemahkan “pemarah” di sini adalah kata kerja bahasa Yunani “paroxuno” yang secara harfiah bermakna “mempertajam dengan cara menggosok di atas permukaan benda, menajamkan, mengasah, menghasut, menggusarkan”.
9. “Kasih tidak menyimpan kesalahan orang lain” (1 Korintus 13:5)
10. “Kasih tidak bersukacita karena ketidakadilan tetapi karena kebenaran” (1 Korintus 13:6)
Kata “ketidakadilan” adalah kata Yunani “adikia”. Artinya adalah: “apa yang tidak selaras dengan yang benar, apa yang tidak seharusnya; apa yang tidak seharusnya berdasarkan kebenaran yang telah terungkap; sehingga artinya adalah kesalahan, ketidakbenaran.” Segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran adalah ketidakbenaran.
11. “Kasih menutupi segala sesuatu” (1 Korintus 13:7)
Kata “menutupi” adalah kata kerja bahasa Yunani “stego”. Penggunaan khusus kata ini terdapat dalam 1 Korintus 9:12 di mana kita membaca Paulus dan rekan sepelayanannya, meskipun telah melakukan tanggung jawab yang besar, lebih memilih untuk tidak menggunakan hak mereka untuk memperoleh “penghidupan dari pemberitaan Injil” tetapi “menanggung [stego] segala sesuatu, 12. “Kasih percaya segala sesuatu” (1 Korintus 13:7)
Kata “percaya” adalah kata kerja bahasa Yunani “pisteuo” yang muncul 246 kali dalam Perjanjian Baru. Percaya secara alkitabiah berarti percaya pada apa yang telah Allah ungkapkan di dalam Firman-Nya atau melalui manifestasi roh-Nya
13. “Kasih mengharapkan segala sesuatu” (1 Korintus 13:7)
Hal lain yang Firman Alah katakan tentang kasih adalah bahwa kasih itu mengharapkan segala sesuatu. Sekali lagi, frasa “segala sesuatu” harus dipahami di dalam konteks yang lebih umum dari Firman Allah. Segala sesuatu di sini adalah segala sesuatu yang Firman Allah katakan.
14. Kasih sabar menanggung segala sesuatu (1 Korintus 13:7)
Akhirnya, kita belajar bahwa kasih itu sabar menanggung “segala sesuatu”. Kata “sabar menanggung” di sini adalah kata kerja “hupomeno”. Arti kata tersebut mirip dengan arti kata “makrothumeo” (sabar) 3. Kasih dalam 1 Korintus 13:4-7: Kesimpulan
Sebagai kesimpulan bagian ini, kita melihat bahwa kasih adalah sebuah produk dari berjalan di dalam natur yang baru, dengan kata lain, kasih dihasilkan apabila kita mengenakan dan memanfaatkan semua hal yang Firman Allah katakan tentang siapa kita dan apa yang dapat kita lakukan.

Tidak ada komentar: