Sabtu, 23 Juli 2016

Khotbah Minggu 03 Juli 2016 Galatia 6: 7-16 “Roh Memampukan kita Berbuat Baik Bagi Semua Orang”



Pembukaan
Santo Agustinus, seorang Bapa Gereja, pernah ditanya tentang: “Apa sih Kasih itu? Bagaimana bentuk dan rupa Kasih itu?”. Santo Agustinus kemudian menjawab pertanyaan itu begini:
Kasih memiliki tangan untuk menolong orang lain, Kasih memiliki kaki untuk menghampiri mereka yang miskin, Kasih memiliki mata untuk melihat kebutuhan-kebutuhan orang lain, Kasih memiliki telinga untuk mendengar rintihan mereka yang menderita.
Sederhana, tepat sasaran! Apa itu perwujudan kasih? Kasih itu punya tangan, kaki, mata dan telinga yang bukan hanya bias kita gunakan untuk diri kita sendiri saja … melainkan bisa juga kita gunakan untuk menjangkau mereka yang lain yang ada disekitar kita. Kasih bukan hanya ‘melihat ke dalam’ tapi juga ‘melihat keluar’. Dengan demikian kita dimampukan untuk berbuat baik bagi semua orang.

Khotbah:
 “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan”, ini adalah peringatan untuk kita perhatikan. Tidak ada celah untuk kita bisa mengelabui Tuhan dari setiap apa yang kita perbuat dalam hidup kita. Jika pada manusia kita masih bisa untuk menggunakan ‘trik dan intrik’ namun dihadapan Tuhan semuanya jelas dalam pengetahuanNya. Keselamatan dari Tuhan itu tidak akan begitu saja kita terima hanya dengan mengaku percaya ataupun kesibukan kita pada kegiatan-kegiatan gereja, namun ada hal yang lebih mendalam dari itu semuanya yaitu sikap hidup kristiani sebagai wujud dari iman kita pada Tuhan.   
Kita tidak bisa lepas dari yang namanya hukum tabur tuai, apa yang kita tabur itu juga yang akan kita tuai. Jika kita menabur mengikuti kedagingan maka kita akan menuai kebinasaan, jika kita menabur sesuai dengan keinginan Roh maka kita akan menuai sesuai dengan rencana Tuhan.
Apa yang kita tabur hari ini dalam menghadapi pergumulan-pergumulan kita? Kita akan menuai apa yang telah kita tabur itu. Ada satu cerita tentang seorang guru yang tiba-tiba di maki-maki habis oleh seorang ibu dari muridnya … Sebelum sempat guru itu marah balik … dia bertanya pada dirinya sendiri dalam hati: “Si ibu ini maki-maki saya sekarang itu ‘dia yang sedang menabur’ atau ‘saya nih yang sedang menuai?”
Cepat atau lambat kita akan menuai apa yang kita tabur. Oleh sebab itu, Firman Tuhan menutup perikop kita hari ini dengan ajakan untuk tetap menaburkan apa yang baik, sehingga di kemudian hari, yang kita tuai adalah yang baik juga.
Dorongan yang disampaikan dalam surat Paulus ini untuk tidak jemu-jemu berbuat baik bukanlah atas dorongan daging tetapi atas dorongan Roh Tuhan, sebab jika perbuatan baik dilakukan atas dorongan daging maka pada akhirnya kita akan terbawa dalam sikap bermegah atas diri sendiri yang pada akhirnya perbuatan baik itu adalah atas dorongan keinginan daging.
Manusia ciptaan yang baru yang ditekankan dalam surat ini bukanlah penampakan manusia yang formalitas, tetapi manusia yang beraksi dan bersaksi oleh kuasa Roh, yaitu dengan tidak jemu-jemu berbuat baik kepada semua orang. Ini adalah sikap yang didorong oleh penerimaan Roh yang bekerja dalam manusia ciptaan baru.
Nas ini bukanlah hendak mengarahkan kita tentang pembenaran atas perbuatan baik atau menggiring kita tentang penerimaan pahala. Namun sebaliknya, iman yang telah tertabur dalam hidup kita selayaknya akan menghasilkan buah yaitu perbuatan baik. 
Standard moral, sikap dan perilaku manusia baru bukanlah apa yang baik secara manusiawi, tetapi apa yang baik sesuai dengan Firman Tuhan. Untuk mencapai sesuatu yang berharga harus ada pengorbanan, bukan dengan dengan prinsip “judi” yang berbuat sedikit dengan mengharapkan hasil yang sebanyak-banyaknya. Maka kita harus siap untuk mengorbankan keinginan daging kita dan mengutamakan tuntunan Roh Tuhan dalam setiap sikap dan perbuatan kita.
Namun nas ini memastikan bahwa perbuatan baik itu yang di dorong oleh Roh Tuhan tidak akan pernah sia-sia. Akan ada tuaian yang melimpah diperoleh dari orang menabur kebaikan. Sebab Tuhan akan memberikan kepada kita yang layak untuk kita terima sesuai dengan apa yang kita tabur.
Nats ini juga menjadi bimbingan Moral ( Prilaku Pelayanan) Orang Percaya
a.  Peringatan atas sikap ceroboh
Ini merupakan peringatan atas sikap melakukan sesuatu yang berhubungan dangan tiga kebenaran tersebut di atas dengan tidak tulus. Meremehkan suatu perbuatan kebaikan. Sikap ini sama dengan merendahkan Allah dan Firman-Nya.
b.  Hukum tabur  - tuai
Prinsip ini ditetapkan Allah sejak awal dan harus disadari dan diperhatikan setiap umat Tuhan. Kita akan menuai apa yang kita tabur bukan saja jumlahnya tetapi jenisnya. Menabur dalam hawa nafsu menuai kebinasaan. Menabur dalam Roh menuai kehidupan.
c.  Dorongan untuk tetap berbuat baik (menabur)
”Jemu”, sama dengan melalaikan. ”Menjadi lemah” – kehilangan semangat, kehabisan tenaga. Kita diingatkan jangan terjadi demikian. Pahala, keuntungan, berkat bagi setiap orang yang berbuat kebaikan kepada sesamanya pasti akan diterimanya. Janji ini pasti terjadi pada ”waktunya”.
d.  Berbuat baik hanyalah satu kesempatan yang terbatas sekali
Jika anda mengabaikan  ”kesempatan” ( Kairos – waktu yang genting dan terbatas) sekarang untuk berbuat baik, melayani, bersaksi, beribadah, siapa yang menjamin besok kesempatan yang sama seperti hari ini masih ada ? Jika anda dapat melukakan sesuatu yang baik hari ini untuk Tuhan dan sesama lakukanlah itu hari ini sebab mungkin besok tidak ada lagi.
Buah akan selalu lebih banyak dari benih yang tabur, maka berhati-hatilah dan perhatikanlah dengan teliti akan apa yang kita tabur. Jhon W. Lawrence dalam bukunya “7 Hukum Penuaian” mengatakan: Anda tidak akan pernah rugi berjalan dalam persekutuan dengan Tuhan, dan Anda pun tidak akan pernah untung jika berjalan di luar persekutuan denganNya.
Amen

Tidak ada komentar: