Pembukaan
Santo Agustinus, seorang Bapa Gereja, pernah ditanya tentang: “Apa sih Kasih itu? Bagaimana bentuk dan rupa Kasih itu?”. Santo Agustinus kemudian menjawab pertanyaan itu begini:
Santo Agustinus, seorang Bapa Gereja, pernah ditanya tentang: “Apa sih Kasih itu? Bagaimana bentuk dan rupa Kasih itu?”. Santo Agustinus kemudian menjawab pertanyaan itu begini:
Kasih memiliki tangan
untuk menolong orang lain, Kasih memiliki kaki untuk menghampiri mereka yang
miskin, Kasih memiliki mata untuk melihat kebutuhan-kebutuhan orang lain, Kasih
memiliki telinga untuk mendengar rintihan mereka yang menderita.
Sederhana, tepat
sasaran! Apa itu perwujudan kasih? Kasih itu punya tangan, kaki, mata dan
telinga yang bukan hanya bias kita gunakan untuk diri kita sendiri saja …
melainkan bisa juga kita gunakan untuk menjangkau mereka yang lain yang ada
disekitar kita. Kasih bukan hanya ‘melihat ke dalam’ tapi juga ‘melihat
keluar’. Dengan demikian kita dimampukan untuk berbuat baik bagi semua orang.
Khotbah:
“Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya
dipermainkan”, ini adalah peringatan untuk kita perhatikan. Tidak ada celah
untuk kita bisa mengelabui Tuhan dari setiap apa yang kita perbuat dalam hidup
kita. Jika pada manusia kita masih bisa untuk menggunakan ‘trik dan intrik’
namun dihadapan Tuhan semuanya jelas dalam pengetahuanNya. Keselamatan dari
Tuhan itu tidak akan begitu saja kita terima hanya dengan mengaku percaya
ataupun kesibukan kita pada kegiatan-kegiatan gereja, namun ada hal yang lebih
mendalam dari itu semuanya yaitu sikap hidup kristiani sebagai wujud dari iman
kita pada Tuhan.
Kita
tidak bisa lepas dari yang namanya hukum tabur tuai, apa yang kita tabur itu
juga yang akan kita tuai. Jika kita menabur mengikuti kedagingan maka kita akan
menuai kebinasaan, jika kita menabur sesuai dengan keinginan Roh maka kita akan
menuai sesuai dengan rencana Tuhan.
Apa yang kita tabur
hari ini dalam menghadapi pergumulan-pergumulan kita? Kita akan menuai apa yang
telah kita tabur itu. Ada satu cerita tentang seorang guru yang tiba-tiba di
maki-maki habis oleh seorang ibu dari muridnya … Sebelum sempat guru itu marah
balik … dia bertanya pada dirinya sendiri dalam hati: “Si ibu ini maki-maki
saya sekarang itu ‘dia yang sedang menabur’ atau ‘saya nih yang sedang menuai?”
Cepat atau lambat kita
akan menuai apa yang kita tabur. Oleh sebab itu, Firman Tuhan menutup perikop
kita hari ini dengan ajakan untuk tetap menaburkan apa yang baik, sehingga di
kemudian hari, yang kita tuai adalah yang baik juga.
Dorongan yang
disampaikan dalam surat Paulus ini untuk tidak jemu-jemu berbuat baik bukanlah
atas dorongan daging tetapi atas dorongan Roh Tuhan, sebab jika perbuatan baik
dilakukan atas dorongan daging maka pada akhirnya kita akan terbawa dalam sikap
bermegah atas diri sendiri yang pada akhirnya perbuatan baik itu adalah atas
dorongan keinginan daging.
Manusia ciptaan yang
baru yang ditekankan dalam surat ini bukanlah penampakan manusia yang
formalitas, tetapi manusia yang beraksi dan bersaksi oleh kuasa Roh, yaitu
dengan tidak jemu-jemu berbuat baik kepada semua orang. Ini adalah sikap yang
didorong oleh penerimaan Roh yang bekerja dalam manusia ciptaan baru.
Nas ini bukanlah
hendak mengarahkan kita tentang pembenaran atas perbuatan baik atau menggiring
kita tentang penerimaan pahala. Namun sebaliknya, iman yang telah tertabur
dalam hidup kita selayaknya akan menghasilkan buah yaitu perbuatan baik.
Standard moral, sikap
dan perilaku manusia baru bukanlah apa yang baik secara manusiawi, tetapi apa
yang baik sesuai dengan Firman Tuhan. Untuk mencapai sesuatu yang berharga
harus ada pengorbanan, bukan dengan dengan prinsip “judi” yang berbuat sedikit
dengan mengharapkan hasil yang sebanyak-banyaknya. Maka kita harus siap untuk
mengorbankan keinginan daging kita dan mengutamakan tuntunan Roh Tuhan dalam
setiap sikap dan perbuatan kita.
Namun nas ini memastikan bahwa
perbuatan baik itu yang di dorong oleh Roh Tuhan tidak akan pernah sia-sia.
Akan ada tuaian yang melimpah diperoleh dari orang menabur kebaikan. Sebab
Tuhan akan memberikan kepada kita yang layak untuk kita terima sesuai dengan
apa yang kita tabur.
Nats ini juga menjadi bimbingan Moral
( Prilaku Pelayanan) Orang Percaya
a. Peringatan atas sikap
ceroboh
Ini merupakan peringatan atas sikap
melakukan sesuatu yang berhubungan dangan tiga kebenaran tersebut di atas
dengan tidak tulus. Meremehkan suatu perbuatan kebaikan. Sikap ini sama dengan
merendahkan Allah dan Firman-Nya.
b.
Hukum tabur - tuai
Prinsip ini
ditetapkan Allah sejak awal dan harus disadari dan diperhatikan setiap umat
Tuhan. Kita akan menuai apa yang kita tabur bukan saja jumlahnya tetapi
jenisnya. Menabur dalam hawa nafsu menuai kebinasaan. Menabur dalam Roh menuai
kehidupan.
c.
Dorongan untuk tetap berbuat baik (menabur)
”Jemu”, sama
dengan melalaikan. ”Menjadi lemah” – kehilangan semangat, kehabisan tenaga.
Kita diingatkan jangan terjadi demikian. Pahala, keuntungan, berkat bagi setiap
orang yang berbuat kebaikan kepada sesamanya pasti akan diterimanya. Janji ini
pasti terjadi pada ”waktunya”.
d.
Berbuat baik hanyalah satu kesempatan yang terbatas sekali
Jika anda mengabaikan ”kesempatan”
( Kairos – waktu yang genting dan terbatas) sekarang untuk berbuat
baik, melayani, bersaksi, beribadah, siapa yang menjamin besok kesempatan
yang sama seperti hari ini masih ada ? Jika anda dapat melukakan sesuatu yang
baik hari ini untuk Tuhan dan sesama lakukanlah itu hari ini sebab mungkin
besok tidak ada lagi.
Buah akan selalu lebih
banyak dari benih yang tabur, maka berhati-hatilah dan perhatikanlah dengan
teliti akan apa yang kita tabur. Jhon W. Lawrence dalam bukunya “7 Hukum
Penuaian” mengatakan: Anda tidak akan pernah rugi berjalan dalam persekutuan
dengan Tuhan, dan Anda pun tidak akan pernah untung jika berjalan di luar
persekutuan denganNya.
Amen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar