I. Pendahuluan
Surat Ibrani
adalah Surat yang dialamatkan pertama sekali kepada orang Yahudi yang telah menjadi
pengikut Kristus. Mereka telah
menerima dan menjadi pengikut Kristus, namun karena terjadi penganiayaan yang
begitu berat, baik secara kehidupan sosial maupun secara fisik, baik dari pihak
bangsa Yahudi maupun Romawi, mereka mulai bimbang dan goyah untuk
mempertimbangkan kembali menjadi agama Yahudi. Dengan demikian, Surat Ibrani
memberikan penguatan dan peneguhan serta mengingatkan mereka supaya tetap
beriman kepada Yesus dan tinggal tetap dalam Kekristenan. Untuk Itulah dalam
kitab Ibrani diperlihatkan kesempurnaan Kristus sebagai keselamatan dan
kehidupan yang jauh lebih unggul dan sempurna dari siapapun dalam dunia ini.
Sang Penulis menyatakan identitas sejati Yesus sebagai Allah. Dialah Penguasa
Tertinggi. Ia lebih mulia daripada agama atau malaikat manapun. Ia lebih tinggi
dari pemimpin Yahudi manapun (seperti Abraham, Musa, atau Yosua) dan lebih
tinggi daripada Imam manapun
Tidak
jarang kita melihat kasus-kasus
kehidupan yang terjadi ditengah-tengah kehidupan kita sehari-hari akibat satu
masalah dapat merembes memunculkan masalah yang lain. Contoh sederhananya bisa
akibat permasalahan ekonomi keluarga dapat berdampak pada keharmonisan
rumahtangga atau bahkan dapat membuat seseorang mencari uang dengan jalan yang
tidak benar.
Jika
kita tidak mampu mengendalikan diri
menghadapi suatu tantangan hidup dapat berdampak ke bagian kehidupan yang lain.
Sehingga dalam
tujuan penulisan surat Ibrani ini kita diingatkan oleh Tuhan supaya orang
percaya di dorong untuk tetap tabah dan setia di dalam iman, semakin dewasa
secara rohani dan mempertahankan kekudusan sebagai umat pilihan Allah. Seberapa
beratpun tantangan yang sedang dihadapi oleh orang percaya supaya jangan pernah
meninggalkan kesetiaan kepada iman, tetap menjaga kekudusan.
Disinilah diingatkan kembali
bagaimana orang Kristen itu supaya semakin
dewasa secara rohani, setiap saat perjalanan kehidupan yang boleh kita
lalui kita manfaatkan untuk semakin mendewasakan dan mematangkan kita. Sehingga
setiap kondisi kehidupan yang kita lalui adalah untuk menempah kita menjadi
orang Kristen yang tangguh dan kuat.
Beberapa nasehat diperlihatkan kepada
kita untuk menjaganya dan memperhatikan dengan seksama sekalipun beratnya
tantangan kehidupan yang harus kita hadapi, beberapa nasehat itu diantaranya:
- Kasih persaudaraan
- Menjaga
kekudusan pernikahan
- Tidak
menjadi hamba uang
- Memperhatikan
dan meniru iman orang-orang yang menjadi pembimbing iman dan yang telah
mendahului mereka yang tetap berpengang dalam iman.
- Ucapan
bibir yang memuliakan Tuhan
Sebagai umat yang percaya kita
mempunyai tujuan hidup yaitu “mencari kota yang akan datang” (ay.14).
Sebab dunia bukanlah tempat tinggal yang tetap. Sehingga nasehat yang
disampaikan Firman Tuhan ini sangat jelas supaya dalam menghadapi persoalan
kehidupan apapun, kita tidak diombang-ambingkan
nasehat-nasehat yang menyesatkan kita.
Sebaliknya, kita diteguhkan bahwa
apapun pergumulan yang sedang kita hadapi ada Tuhan yang menjadi penolong kita
(ayat 6). Kuasa pertolongan Tuhan itu tetap nyata sepanjang masa, Allah tetap
bekerja ditengah-tengah kehidupan umatNya. Sebab Tuhan Yesus adalah kekal
dahulu sekarang dan sampai selamanya (ayat 8).
Maka dibutuhkan kesabaran di dalam
iman menghadapi segala apapun kondisi yang kita hadapi. Jika kita mendahului
dengan ketakutan dan kekawatiran, maka nasehat-nasehat penyesat akan mudah
merasuki kehidupan kita, akhirnya yang terjadi satu masalah dapat merambat
membawa masalah baru dalam kehidupan kita. Biarlah setiap apapun yang terjadi
dapat kita hadapi dengan iman bahwa Tuhan ada, melihat dan akan menolong
kita.
Pertama,
hidup saling mengasihi dan menghormati.
Kasih adalah dasar dari keluarga, oleh sebab itu mengasihi bukan hanya tugas seorang suami tetapi juga seorang istri (Titus 2:4-5). Perempuan diciptakan oleh Allah dengan tujuan menjadi penolong bagi laki-laki. Jadi istri adalah “penolong” bagi suami bukan penodong atau perongrong. Demikian pula dengan para suami harus mengasihi istri dengan tulus, jujur dan sungguh-sungguh. Didalam menanggung beban suami istri harus saling tolong menolong (Gal 6:2). Hidup tolong menolong adalah bukti bahwa orang itu saling mengasihi, seperti memberi tumpangan kepada yang membutuhkan dan memperhatikan orang hukuman dan orang yang diperlakukan sewenang-wenang ialah bukti dari kasih persaudaraan (Ibrani 13: 1-3)
Kedua, menjaga kekudusan keluarga. (ayat 4)
Kekudusan perkawinan sangatlah berharga dihadapan Allah sebab kekudusan perkawinan pada dasarnya mencerminkan kekudusan Allah. Oleh sebab itu diperintahkan: “ Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah. Suami istri harus menjaga kekudusannya sebab dengan demikian mereka diberkatin oleh Tuhan dan menjadi alat bagi kemuliaan-Nya.
Ketiga, percaya akan pemeliharaan Tuhan (ayat 5 – 6)
Tidak dapat dipungkiri bahwa kecintaan akan materi secara berlebihan telah menjadi budaya umum dalam masyarakat. Segala sesuatu diukur berdasarkan kepemilikan atas materi. Demikian pula dalam kehidupan keluarga, masalah ekonomi, keinginan akan materi seringkali menjadi pemicu bagi retaknya bangunan kokoh sebuah keluarga. Oleh sebab itu diperingatkan: “ Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu.” Pemujaan akan uang pada hakekatnya ialah pengingkaran akan Allah. Pengingkaran bahwa Allah memiliki kesanggupan oleh kuasa-Nya untuk memelihara kehidupan kita dari sehari ke sehari. TERPUJILAH TUHAN. Amen
Kasih adalah dasar dari keluarga, oleh sebab itu mengasihi bukan hanya tugas seorang suami tetapi juga seorang istri (Titus 2:4-5). Perempuan diciptakan oleh Allah dengan tujuan menjadi penolong bagi laki-laki. Jadi istri adalah “penolong” bagi suami bukan penodong atau perongrong. Demikian pula dengan para suami harus mengasihi istri dengan tulus, jujur dan sungguh-sungguh. Didalam menanggung beban suami istri harus saling tolong menolong (Gal 6:2). Hidup tolong menolong adalah bukti bahwa orang itu saling mengasihi, seperti memberi tumpangan kepada yang membutuhkan dan memperhatikan orang hukuman dan orang yang diperlakukan sewenang-wenang ialah bukti dari kasih persaudaraan (Ibrani 13: 1-3)
Kedua, menjaga kekudusan keluarga. (ayat 4)
Kekudusan perkawinan sangatlah berharga dihadapan Allah sebab kekudusan perkawinan pada dasarnya mencerminkan kekudusan Allah. Oleh sebab itu diperintahkan: “ Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah. Suami istri harus menjaga kekudusannya sebab dengan demikian mereka diberkatin oleh Tuhan dan menjadi alat bagi kemuliaan-Nya.
Ketiga, percaya akan pemeliharaan Tuhan (ayat 5 – 6)
Tidak dapat dipungkiri bahwa kecintaan akan materi secara berlebihan telah menjadi budaya umum dalam masyarakat. Segala sesuatu diukur berdasarkan kepemilikan atas materi. Demikian pula dalam kehidupan keluarga, masalah ekonomi, keinginan akan materi seringkali menjadi pemicu bagi retaknya bangunan kokoh sebuah keluarga. Oleh sebab itu diperingatkan: “ Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu.” Pemujaan akan uang pada hakekatnya ialah pengingkaran akan Allah. Pengingkaran bahwa Allah memiliki kesanggupan oleh kuasa-Nya untuk memelihara kehidupan kita dari sehari ke sehari. TERPUJILAH TUHAN. Amen
Dari Berbagai Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar