Pendahuluan
Nama
kitab ini dalam Septuaginta adalah psalmoi yang artinya “memetik dan
mendentingkan”. Mula-mula digunakan untuk permainan alat musik petik. Kemudian
kata itu menunjukkan kepada nyanyian “psalmos”
artinya kumpulan nyanyian. Sedangkan dalam Bahasa Ibrani yaitu “mismor”
yang artinya sebuah nyanyian yang dinayanyikan dengan iringan musik.
Kitab
Mazmur 145 diterima sebagai mazmur yang berasal dari Daud. Mazmur ini merupakan
mazmur pujian yang mengumandangkan keagungan Tuhan di dalam kemurahanNya yang
mengasihi dan setiaNya yang dicurahkan kepada yang diciptakanNya. Dalam Mazmur
145 ini, pemazmur secara keseluruhan memperlihatkan kesaksian (pengakuan) iman
yang mengambarkan segala kemaha-kuasaan, kemaha-muliaan, dan kemaha-murahan
hati Tuhan yang nyata di dalam seluruh kehidupan
Secara
khusus, nats kotbah ini, pemazmur menyatakan imannya bahwa Tuhan itu adalah
Tuhan yang pengasih, penyabar, setia, dan Allah yang penuh rahmat kepada
seluruh yang dijadikanNya, baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan.
Pemazmur memperlihatkan dinamika dan realitas dari Tuhan yang mengasihi itu
nyata di dalam sikap secara ciptaanNya yang mau memuliakan dan memasyurkan
namaNya
Penjelasan
Nats
Ada bebarapa hal yang
ingin dikatakan pemazmur melalui nats ini, yaitu:
Pengakuan iman: dalam
nats ini dapat diperhatikan bahwa ada suatu pengakuan iman dari pemazmur yang
menyatakan bahwa Tuhan itu adalah Allah yang pengasih, penyayang, panjang
sabar, besar kasih setiaNya baik kepada semua orang, penuh rahmat kepada yang
dijadikanNya. Tuhan yang memiliki kerajaan yang tidak berkesudahan. Tuhan yang
menopang bagi yang terjatuh, penegak yang tertunduk. Pernyataan iman yang dipaparkan
secara ringkas di atas ini menegaskan bahwa hakikat dan eksistensi (keberadaan)
Allah nyata di dalam tindakanNya di tengah-tengah sejarah umat manusia dan
segala ciptaanNya. Hal ini telah dibuktikan secara umum kepada segala makhluk
di tengah-tengah dunia melalui penciptaan, pemeliharaan dan penyelamatan (lih
Kej.1-11) dan secara khusus dibuktikan dalam pengalaman umat Israel selaku
bangsa pilihanNya. Pengakuan iman ini merupakan pernyataan iman yang yang
dirumuskan berdasarkan realitas karya dan perbuatan-perbuatan Allah.
Orang-orang percaya selalu dituntut untuk menyatakan pengakuan imannya. Sebab
pengaakuan iman bukan saja bermaksud untuk menyaksikan, melainkan juga sebagai
pertanggungjawaban manusia terhadap Allah.
Realitas
Tindakan Allah: pemazmur menyadari bahwa realitas tindakan Allah sebagaimana
dinyatakan dalam pengalaman Israel ialah tindakan Allah yang membentuk umat itu
menjadi suatu kerajaan yang kuat dan utuh di bawah pemimpin dari suatu bangsa
yang dipilih Tuhan, merasakan bahwa Tuhan sungguh-sungguh mengasihi dan
menyanyangi Israel disertai sikap yang panjang sabar dan setia, walaupun
sesungguhnya umatNya itu sering memperlihatkan sikap yang tindakan tidak setia
dengan melakukan tindakan penyelewengan terhadap ilahi-ilahi. Dalam keseluruhan
kesaksian Perjanjian Lama diperlihatkan bahwa sekalipun umat manusia (khusus
Israel) yang selalu bersikap jahat, tetapi Tuhan senantiasa membuka hati untuk
mengampuninya. Allah dikisahkan selalu berulang-ulang mau mengalah dan menerima
keberadaan umatNya dan mengampuninya. Sikap dan tindakan Allah yang mengampuni
inilah yang memperlihatkan sikap yang mengasihi. Oleh karena itu dapat dipahami
bahwa Allah tidak bertindak di dalam angan-angan, melainkan di dalam realitas
hidup, di mana orang-orang dan segala yang dicptakan Allah dapat merasakan dan
mengalami secara real perbuatan-perbuatan Allah.
Kerajaan
Allah Tidak berkesudahan: dalam kesaksian Perjanjian Lama pada umumnya konsep
kerajaan di lingkungan umat Israel sebagai kerajaan yang bersifat “Teokrasi”[1] yang artinya Allah
yang memerintah. Pertama: dalam keluaran 19:6 disebutkan melalui istilah
“kerajaan imam”. Konsep kerajaan imam ini diimplementasikan melalui
kepemimpinan para imam yang berperan sebagai wakil Tuhan untuk memimpin umat
Israel. Dalam zaman Samuel, konsep teokrasi dengan model kerajaan imam tersebut
ditolak oleh Israel (I Sam 8-10). Lalu dipakailah model yang sama dengan
kerajaan dunia yaitu dengan mengangkat seorang raja Israel, seperti Saul dan
kemudian untuk menggantikanya diangkatlah Daud. Sekalipun demikian, seseorang
yang diangkat menjadi raja untuk memimpin umatNya, hal itu tetap dipahami
sebagai konsep teokrasi. Allah yang memerintah melalui seorang raja, oleh
karena Allah yang mengurapinya. Raja adalah wakil Allah untuk memelihara hidup
umat dalam hubungannya dengan ketata-negaraan, keadilan dan kesejahteraan. Maka
seorang raja yang diangkat untuk memimpin umat Israel, selalu dipahami sebagai
bentuk kerajaan Allah. Kedua: di dalam kerajaan Daud, Allah yang telah
menyatakan janjiNya untuk menetapkan dan menjadikan keturunan Daud sebagai raja
yang memerintah Israel secara turun-temurun. Pemahaman tentang hal ini
dikemudian hari berkembang dalam dua pandangan yaitu: kerajaan yang bersifat sekular
artinya sama dengan kerajaan dunia
umumnya, dan kerajaan yang bersifat spritual. Kedua hal ini berkaitan dengan
pecahnya kerajaan Yehuda di Selatan, dan
dikemudian hari tidak ada lagi pemimpin yang kuat di Israel. Maka keadaan
Israel diarahkan kepada pengharapan akan kedatangan Mesias keturuan Daud. Ketiga: gagalnya sistem kerajaan sekular di
Israel mengalihkan segala pengharapan dan kerinduan Israel atas pemerintahan
Allah melalui kedatangan seorang Mesias. Mesias yang dinanti-nantikan itu akan
membangun suatu kerajaan yang tidak berkesudahan, Israel mengharapkan kerajaan
yang tidak berkesudahan itu direalisasikan Allah melalui kerajaan yang masih
bersifat sekular, sehingga pengharapan akan kedatangan Mesias tidak lain adalah
kedatangan Mesias secara politis. Namun yang sesungguhnya bahwa kerajaan yang
mau dibangun oleh Allah bukanlah kerajaan yang bersifat sekular dan temporal
(sementara) melainkan kerajaan yang brsifat spiritual dan kekal yang akan
diwujudkan oleh Yesus Kristus
Allah
Penopang bagi orang yang jatuh dan tertunduk: dalam ayat 14 hal itu ditegaskan,
bahwa tindakan Allah yang mengasihi dan menyanyangi manusia ialah karena Allah
rela menopang (menolong, menguatkan, menyertai) orang-orang yang jatuh dan
tertunduk. Dalam hal ini, Allah selalu berpihak pada mereka-mereka yang
mengalami ketertekanan, keterbelengguan dan ketertindasan. Tuhan membangun dan
mencurahkan kasih setianya kepada mereka yang lemah (bnd. Mat. 25:40-45).
Pemazmur menyatakan bahwa Allah bukanlah Allah yang berdiam diri, tetapi Allah
adalah Allah yang peduli terhadap penderitaan manusia. Dosa secara umum
diterima sebagai penyebab semua penderitaan itu. Karena itu, Allah berperan
sebagai penopang dan penegak, agar manusia dapat berdiri dengan kokoh. Dengan
kata lain, Allah mengampuni setiap orang, agar memperoleh keselamatan yang
kekal.
Semua ciptaan memuji,
mensyukuri dan bersaksi: Pemazmur juga
dalam nats ini mengemukakan bahwa segala ciptaan akan bersyukur dan memuji
Tuhan; mengumumkan, membicarakan, memberitahukkan kemuliaan kerajaan Allah.
Melalui ucapan itu pemazmur hendak menyatakan bahwa oleh karena kasih setia
Tuhan yang dilimpahkan kepada segala ciptaan, maka segala ciptaan itu akan
bersaksi tentang kemuliaan Allah. Bersyukur dan bersaksi merupakan tugas
penting yang seharusnya diperlihatkan oleh umat Tuhan disepanjang masa.
Aktualisasi dan implementasi pemujaan dan kesaksisan kepada dan tentang Allah
dapat direalisasikan melalui banyak cara seperti: nyanyian, doa, pemberian
persembahan, pengakuan dan perbuatan.
Renungan
Dalam perjalanan orang
–orang percaya dewasa ini, mau tidak mau harus berhadapan dengan berbagai
perubahan, khususnya dampak era keterbukaan dan perkambangan Zaman, maka gereja
senantiasa harus memiliki identitas yang jelas untuk menciptakan syalom Allah
di tengah-tengah kehidupan dunia ini:
Dapat
mengaktualisasikan pengakuan-pengakuan imannya, bahwa Allah yang disaksikan
oleh Pemazmur ini bukanlah Allah yang ketinggalan zaman, melainkan Allah yang
dipersaksikan oleh Pemazmur selalu hadir dan menyatakan diri di setiap zaman
dan tempat. Allah adalah Allah yang kekal, Dialah Allah yang menciptakan ruang
dan waktu. Allah itu selalu mengasihi dan menyanyangi setiap orang dan seluruh
makhluk di dunia ini. Inilah yang senantiasa perlu diaktualisasikan oleh
gereja.
Kerajaan Allah yang
dibangun dan dihadirkaan di tengah-tengah dunia ini adalah gereja sebagai
persekutuan yang kudus, persekutuan di dalam Kristus atau persekutuan tubuh
Kristus. Gereja adalah wujudnyata dari kehadiran Allah di tengah-tengah dunia
ini. Kerajaan Allah yang mau dibangun adalah adanya persekutuan orang-orang
percaya. Untuk bagaimanakah orang-orang
percaya dapat merefleksikan dirinya selaku anggota persekutuan di dalam
kerajaan Allah
Gereja harus menyadari
peranannya sebagai wakil Tuhan di tengah-tengah dunia ini. Melalui pengutusan
dalam amanat agung Yesus, gereja di utus untuk terus menerus bersaksi, melayani
dan bersekutu. Kehadiran gereja ialah menyatakan syalom kerajaan Allah untuk
menopang dan membebaskan mereka-mereka yang lemah, tertindas, menderita dan
dll. Gereja harus hadir sebagai sarana kesembuhan bagi dunia yang sedang sakit.
Pemujaan
terhadap Allah dapat kita wujudkan melalui dua hal yaitu: peribadahan yang
diwujudnyatakan melalui dinamika persekutuan antar orang-orang percaya, dan
yang kedua adalah pengaktualisasian pemujaan di dalam realitas kehidupan dunia
dan ciptaanya. Amen
[1] Teokrasi
berasal dari bahasa Yunani yaitu Teos
yang artinya adalah Allah dan Kratos
artinya kuasa atau pemerintahan. Jadi dapat dikatakan bahwa teokrasi adalah
pemerintahan Allah, atau Allah yang menjadi raja suatu umat.