Selasa, 13 Agustus 2013

Khotbah Minggu 08 September 2013. "Matius, 7: 15-23"

Nabi-nabi palsu ada di tengah jemaat Yesus berkata kepada para muridnya, "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu." Orang-orang itu akan masuk ke tengah jemaat dengan memakai bulu domba. Namun di balik jubah domba itu, jauh di dalam hati mereka, mereka itu ganas dan kejam. Mereka ganas, rakus dan serakah sama seperti serigala. Dari luarnya para nabi palsu itu akan terlihat persis seperti domba. Jika Anda mengamati mereka di tengah kawanan domba, Anda tidak akan dapat membedakan mana domba dan mana serigala. Inilah hal yang menakutkan karena Anda tidak tahu bahwa di bawah jubah domba itu, mereka sebenarnya adalah serigala yang ganas. Seperti contoh klasik dari Yunani, mereka itu seperti kuda Troya yang berhasil menyusup ke dalam kota musuh. Dari luar, yang terlihat adalah sebuah patung kuda yang sangat besar dan tidak berbahaya. Penduduk kota menemukan kuda ini di luar pintu gerbang kota lalu membawanya masuk tanpa mengetahui bahwa di dalam patung itu bersembunyi pasukan musuh yang bersenjata lengkap. Demikianlah kota Troya akhirnya jatuh ke tangan musuh. Yesus telah mengingatkan kita bahwa, "Tidak semua yang terlihat seperti domba adalah domba." Alkitab menggambarkan orang Kristen sebagai domba. Jadi, jika Yesus berkata bahwa mereka terlihat seperti domba, itu berarti bahwa mereka terlihat benar-benar seperti orang Kristen. Yang paling menyedihkan adalah bukan hanya orang non-Kristen, tetapi orang Kristen sekalipun tidak dapat membedakan mereka. Karena itu, ketika domba palsu ini mengeluarkan taring serigala mereka dan mulai memangsa domba-domba yang lain, maka orang non-Kristen akan berkata, "Lihat apa yang dilakukan oleh kalian orang-orang Kristen." Bagaimana Anda dapat berkata kepada mereka, "Yang ini bukan orang Kristen tapi serigala"? Dari peringatan Yesus ini, kita dapat melihat bahwa musuh yang berada di luar itu tidak seberapa berbahaya dibandingkan dengan musuh yang berada di dalam jemaat. Terhadap serigala yang berada di luar, si gembala bisa bersiaga dan melindungi kawanan dombanya. Namun, biasanya, serigala yang berada di tengah kumpulan domba baru ketahuan setelah terlambat. Pada saat ketahuan, mereka sudah menelan beberapa domba. Tuhan Yesus menggambarkan para nabi palsu seperti domba yang halus dalam penampilannya, namun sesungguhnya keberadaannya sangat mengancam seperti serigala buas. Yang dimaksud dengan nabi palsu di sini adalah orang –orang yang mengaku diutus Tuhan, padahal sebenarnya tidak. Tuhan mengatakan bahwa untuk membedakan mana yang domba dan mana yang serigala adalah dengan memperhatikan buah yang dihasilkan dari tindakan/perkataan mereka. Sebab orang yang berasal dari Tuhan pasti akan menghasilkan buah yang baik, demikian pula sebaliknya. Bukan setiap orang yang berseru, Tuhan, Tuhan!, atau yang bernubuat demi nama Tuhan, mengusir setan demi nama Tuhan dan mengadakan banyak mujizat yang Tuhan cari, melainkan orang-orang yang melakukan kehendak Allah dengan taat, dengan takut akan Tuhan. Sehingga akhirnya hidup dan pekerjaan orang itu menghasilkan buah. Berkaitan dengan suasana pergantian tahun, renungan hari ini mengajak kita mengevaluasi hidup kita sebagai orang Kristen. Walau kita bukan nabi palsu, namun Tuhan tetap tidak menghendaki adanya kepalsuan-kepalsuan dalam hidup kita. Tuhan menginginkan adanya kekonsistenan antara iman kita dengan perkataan, pengajaran, dan tindakan ketaatan kepadaNya. Tuhan menghendaki hidup kita makin hari makin serupa dengan ‘pohonnya’ yaitu Tuhan sendiri. Kita tidak disebut orang Kristen karena kita hidup di keluarga Kristen/daerah Kristen, karena kita melayani di Paduan Suara atau kepanitiaan dan komisi, karena kita tidak melakukan kejahatan, melainkan karena kita adalah anak-anak Allah. Dan itu berarti hidup kita terus dalam peningkatan kualitas untuk mencerminkan karakter Allah. Renungkanlah dalam hal-hal apa hidup Anda masih nampak jauh dari keserupaan dengan Kristus, apakah itu dalam cara-cara Anda menyatakan kemarahan, dalam mendidik putra-putri Anda, dalam kejujuran Anda? Jawaban Anda menjadi PR Anda untuk seterusnya agar kelak ketika kita berdiri di penghakiman Allah, kita kedapatan apa adanya, tanpa ada kepalsuan di hadapanNya. Di mana ada nabi-nabi yang benar, di situ juga ada nabi-nabi palsu. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengingatkan agar waspada terhadap bahaya penyesatan dari nabi-nabi palsu. Ketika mereka berseru atas Nama Tuhan, mengusir setan dan melakukan mujizat demi nama Tuhan, orang yang melihatnya bisa dengan mudah tertipu. Ada nabi (hamba Tuhan) yang secara lahiriah tampak rohani dan benar, pada hal hatinya penuh dengan kemunafikan dan kedurjanaan (Mat. 23:28). Nabi yang menyamar layaknya seorang rasul Kristus, pada hal hati mereka dikuasai hawa nafsu, kebejatan, keserakahan, kepentingan diri sendiri. Yesus menggambarkan nabi palsu itu seperti domba dari luarnya, tetapi ternyata mereka adalah serigala yang sangat buas. Penampilan mereka tidak mudah dikenali, sehingga banyak orang yang terjebak, tertipu, dan disesatkan. Bagaimana kita mengenal nabi palsu dengan nabi yang sejati? Untuk membedakan mana domba dan mana serigala, adalah dengan memperhatikan buah yang dihasilkan melalui tindakan atau perbuatan mereka. Pohon dikenal dari buahnya. Pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik, dan pohon yang tidak baik akan menghasilkan buah yang tidak baik pula. Demikianlah nabi yang benar (yang berasal dari Allah) pasti akan menghasilkan buah yang baik, dan yang tidak berasal dari Allah akan menghasilkan buah yang tidak baik. Nabi yang sejati memberitakan Firman Tuhan dengan benar, bukan untuk mencari puji-pujian bagi dirinya, bukan pula untuk memperkaya diri sendiri, melainkan untuk puji-pujian dan kemuliaan bagi Allah. Yesus berkata: “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga”(ay.21). Banyak orang yang kelihatanya rajin, punya banyak aktivitas di gereja, rajin membaca firman Tuhan, aktif melayani, namun kelakuannya jauh dari kehendak Tuhan. Bahkan ada orang yang memanggil nama Yesus dan mengaku percaya kepada-Nya, namun kelakuanya tidak seperti orang yang percaya kepada Yesus. Kata-kata yang indah tidak menjamin perbuatan baik, tetapi iman yang sejati akan menghasilkan perbuatan-perbuatan yang baik (bnd. Gal 5:22). Tuhan tidak menghendaki adanya kepalsuan dalam hidup kita sebagai orang yang percaya kepada-Nya. Tuhan menginginkan adanya kekonsistenan antara iman kita dengan perbuatan. Amen

Tidak ada komentar: