Perdamaian sangat dibutuhkan pada jaman ini, bagaimana kita bisa berdamai dengan sesama, dengan Tuhan dan diri sendiri.Semua ini hanya dapat kita peroleh dari Dia dan FirmanNya sebagai Madu Surgawi.
Minggu, 23 Juni 2013
Roma 8: 14-18 "Menjadi Anggota Keluarga Allah"
Pendahuluan
Nas perikop ini ada baiknya dibaca dengan latar belakang ayat-ayat sebelumnya, khususnya ayat 9-11. Pada ketiga ayat itu Paulus menegaskan bahwa kita yang percaya kepada Kristus tidak lagi hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, yang telah menghidupkan tubuh kita dan sekarang Roh itu tinggal di dalam diri kita. Keadaan yang baru ini, yaitu hidup oleh dan di dalam Roh, menghasilkan sebuah perbedaan yang amat nyata dalam kehidupan kita.
Perikop ini merupakan kesimpulan dari ayat-ayat yang mendahuluinya yaitu mulai dari ayat 1. Dalam perikop ini Paulus mau mengggambarkan hubungan baru antara orang percaya dengan Allah. Melalui sebuah kiasan, orang percaya itu di angkat (diadopsi) menjadi anggota keluarga Allah, dan hal ini merupakan anugerah Allah kepada setiap orang percaya.
Penjelasan:
Ayat 14-17:
1. Hidup Sebagai Anak-anak Allah.
Konsep “patria potestas” (Latin: 'kekuasaan seorang ayah') adalah sistem adopsi anak di lingkungan kerajaan Romawi. Isinya memaparkan kuasa mutlak seorang ayah atas keluarganya. Seorang ayah berkuasa atas hidup-mati anak-anaknya, dan sepertinya tidak pernah meranjak dewasa atau mandiri sebab meskipun sudah tua ia tetap berada di bawah kerangkeng patria potestas. Agar bisa diangkat menjadi anak, seseorang harus lebih dahulu keluar dari kungkunganpatria potestas itu. Prosesnya sangat berat dan sulit serta sangat mengesankan. Konsekuensi pengangkatan seperti inilah yang ditekankan oleh Paulus dalam perikop ini, orang percaya telah di angkat menjadi anak-anak Allah.
Orang yang telah diadopsi mendapat hak sebagai anak yang sah dan mengikat dalam keluarga barunya. Dia telah menjadi ahli waris atas harta ayah barunya. Haknya tidak dapat dicabut, dan akan mewarisi harta ayahnya bersama-sama saudara-saudaranya yaitu anak kandung dari ayah barunya. Secara hokum, kehidupan lama dari anak yang diadopsi ini telah dihapuskan termasuk hutang-hutangnya. Dia menjadi orang baru dalam kehidupannya yang baru.
2. Roh Kudus sebagai Saksi
Dalam budaya Romawi pengangkatan seorang anak harus juga disaksikan oleh beberapa saksi (Band. Dalam budaya Batak, pengangkatan seorang anak harus disaksikan oleh pihak keluarga;Hula-hula, Boru dan Dongantubu). Pengangkatan kita sebagai anggota keluarga Allah disaksikan oleh Roh Kudus. Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita benar-benar telah menjadi anak-anak Allah. Roh itu bersaksi, bahwa pengangkatan itu benar adanya.
3. Hidup Yang Dipimpin Oleh Roh
Sebagai anak-anak Allah, kita tidak lagi boleh hidup di dalam “ketakutan”. Kita harus berani bersaksi kepada dunia bahwa Allah adalah Bapa kita. Juga berani berseru dalam penghormatan kepada kepada Allah sebagai Bapa kita. Sebagai anak Allah, kita juga harus menanggalkan manusia lama kita yang dulu hidup bergelimang dosa (hidup dalam daging) dan mengenakan manusia baru kita, yaitu hidup yang dituntun oleh Roh Allah, Bapa kita. Megikuti aturan main yang telah Dia tetapkan untuk kita (Band. 2 Tim. 1:7-8)
Ayat 18:
Kemuliaan Yang Akan Datang Setelah Tahan dalam Penderitaan
Paulus selalu memandang kepada 3 zaman atau masa, yaitu: masa yang lalu, sekarang dan masa depan. Dalam perikop ini Paulus memperlihatkan zaman sekarang, dimana mungkin saja orang percaya akan mengalami penderitaan sebagai anak-anak Allah. Akan tetapi anak-naka Allah selalu bersama-sama dengan Tuhan Yesus (yang telah berjanji akan menyertai senantiasa), karena itu anak-anak Allah harus bersabar menghadapi penderitaan itu. Paulus menghibur dengan perbandingan, bahwa penderitaan zaman sekarang yang dialami oleh anak-anak Allah tidaklah berarti apa-apa bila dibandingkan dengan kemuliaan yang akan diterima kelak. Dalam Roma 5:2b Paulus berkata, “Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.” Pada zaman sekarang kita harus bertahan dan bersabar dalam penderitaan sebab kelak, Allah akan memuliakan anak-anak-Nya.
Refleksi
1. Kita harus menanggalkan manusia lama yang akan menemui kebinasaan karena kita sudah diangkat Allah menjadi anak-anak-Nya.
2. Roh Kudus yang menolong kita untuk meninggalkan sifat-sifat manausia lama kita.
3. Kita harus dibaharui dalam roh dan pikiran.
4. Kita harus mengenakan manusia baru yang sesuai dengan kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.
5. Sebagai anak-anak Allah kita harus bersabar dalam penderitaan karena kita mengharapkan kemuliaan kelak yang jauh lebih besar artinya.
Warisan mempunyai arti yang berbeda di perjanjian lama dan perjanjian baru. Di perjanjian lama
warisan sering kali di artikan tanah, harta, kuasa, dan sejenisnya. Tetapi di perjanjian baru warisan
indentik dengan suatu hubungan ayah dan anak.
Di perumpamaan kebun anggur (Markus 12: 1-11), dapat kita simpulkan bahwa Tuhan Yesus
adalah ahli waris tunggal, sedangkan dari Galatia 4: 6-7 Gereja (kita semua orang percaya) adalah
ahli waris bersama. Sekarang pertanyaanya adalah berupa apakah warisan Tuhan itu?
1. Kerajaan Allah (Matius 21:43, Matius 25: 34, 1Korintus 6: 9, 1 Korintus 15: 50).
Kerajaan disini bukan berarti suatu tempat, negara, atau semacam itu. Tetapi kerajaan Allah disini adalah suatu nuansa dimana Yesus adalah Raja dan kita sebagai rakyatNya. Dalam hidup kita siapakah yang menjadi raja atas hidup kita? Masih diri kita sendiri atau sudahkah kita menjadikan Yesus sebagai Raja atas hidup kita?
2. Hidup yang kekal (Matius 19:29, Lukas 10: 25, 1 Timotius 6: 18-19).
Hidup yang kekal tidak hanya berbicara tentang lamanya jangka waktu, tetapi juga berbicara tentang kualitas hidup yang sebenarnya. Hidup yang kekal adalah kualitas kehidupan dimana kehendak Allah terjadi dalam hidup kita, yaitu hidup di bawah pimpinan Tuhan (Kerajaan Allah). Kapankah kita memperoleh warisan hidup yang kekal ini? Sekarang juga pada saat kita percaya dan taat pada Tuhan (Yohanes 3: 16, 36).
Ada banyak lagi warisan-warisan Tuhan yang lain, tetapi point-point diatas adalah dua dari yang terutama. Kita sudah mendapatkan sebagian dari warisan-warisan Tuhan, belum semuanya. Tetapi Tuhan sudah memberikan jaminanNya kepada kita, yaitu Roh Kudus (Efesus 1: 14, 2 Korintus 1: 21-22, 2 Korintus 5: 5).
Tuhan Yesus memberkati. Amen RHL
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar