Selasa, 27 Maret 2012

"Tatkala Kita Membutuhkan Rasa Aman"

Mazmur 91 : 1-2, 9-16
Rasa aman adalah sesuatu yang sungguh kita butuhkan. Sulit rasanya hidup tanpa adanya rasa aman. Banyak keputusan yang kita ambil dalam hidup ini yang salah satunya dilandasi kebutuhan akan adanya rasa aman. Persoalannya, di mana kita bisa mendapatkan rasa aman yang sejati? Harta? Kenyataannya justru orang yang banyak hartanya yang cenderung merasa tidak aman. Ilmu? Ada syndrome mahasiswa kedokteran yang merasa dirinya menderita penyakit tertentu justru karena ia belajar ilmu kedokteran. Artinya, makin tambah pengetahuan bukan berarti makin aman, malahan makin banyak kekuatiran.
Di sinilah ungkapan pemazmur tentang orang yang duduk dan bermalam dalam naungan Tuhan lalu menjadi penting (Mz. 91:1). Melalui ungkapan ‘duduk dan bermalam’ dalam naungan Tuhan mau digambarkan tentang orang yang mempercayakan hidupnya kepada sang pemberi hidup.Ternyata rasa aman itu muncul justru ketika kita tidak lagi mempertahankan hidup, melainkan mempercayakan hidup kepada sang pemberi hidup, yaitu Tuhan sendiri. Melalui Mazmur ini, pemazmur bukan hanya merujuk kepada Tuhan sebagai pemberi rasa aman, tetapi juga mengajarkan sebuah sikap iman yang mau mempercayakan hidup ini kepada sang pemberi hidup.
Tanpa sikap iman semacam itu, maka rasa tidak aman, kekuatiran, akan selalu menghantui diri kita. Sebuah sikap iman yang mengajarkan kita untuk bergerak dari posisi mempertahankan menjadi memberi, dari posisi memiliki menjadi memberikan, dari posisi mengusahakan menjadi mempercayakan. Dan bukankah sikap iman semacam itu yang Yesus juga ajarkan di masa sengsaraNya? Ia tidak mempertahankan diri tetapi memberi diri. Ia tidak mengatakan kehendakKu tetapi kehendakMu yang jadi. Bahkan Ia mengatakan di kayu salib, ke dalam tanganMu Kuserahkan RohKu. Hidup Yesus adalah hidup yang memberi. Ia menjalani proses kehilangan dalam setiap detik hidupNya, dan justru karena itu salibpun tidak pernah menggentarkanNya
Membangun Iman, Menjalankan Pelayanan
Pada waktu Petrus menjawab pertanyaan Yesus dan mengaku: “Engkau adalah Mesias…”, Tuhan Yesus mengatakan bahwa pernyataan itu datang dari Bapa sendiri. Iman, atau pengakuan iman, adalah sebuah karunia Roh Kudus. Hal itu tampak juga dengan jelas dalam teologia Petrus.
Pengakuan Iman seperti itu bersifat sederhana. Untuk mengenal Tuhan yang kita imani secara “lebih lengkap” dan “lebih baik”, persoalan kasih karunia ini harus kita lengkapi dengan kesediaan untuk mendalami firman Tuhan, dan dengan menyadari kehadiran serta kehendakNya dalam hidup kita. Inilah yang disebut membangun iman.
Membangun iman, dalam rangka makin mengenal Tuhan dan kehendakNya, amat kita perlukan agar pelayanan kita tidak salah arah. Tanpa mengenal Tuhan dan kehendakNya bagi kita, jangan-jangan pelayanan yang kita lakukan, adalah sekedar aktivisme, atau malah rutinisme atau ritualisme belaka. Tentu saja pelayanan yang demikian “kurang afdol”. Seyogyanya, pelayanan yang kita jalankan adalah ketaatan akan panggilan Tuhan, yang kehendakNya benar-benar kita hayati, dan sedapat mungkin juga kita pahami.
“Membangun iman, menjalankan pelayanan”, kiranya membantu mengingatkan kita agar makin dewasa secara iman, sehingga kita terpanggil untuk ikut melayani Tuhan dan karyaNya di dunia ini, “dengan mengerti”.
Leksionari Alkitab:
1. Ulangan 26:1-11
2. Mazmur 91:1-2, 9-16
3. Roma 10:8b-13
Lukas 4:1-13
Mazmur 91 ini sering juga disebut sebagai Nyanyian keinginan atas Perlindungan Tuhan, Mazmur ini sering dibacakan dalam ibadah Yahudi sewaktu hari Sabath di Sinagoge. Isinya menggambarkan betapa Tuhan senantiasa menjaga dan melindungi hambaNya dari berbagai macam kesusahan yang terjadi dalam kehidupan ini.
Kitab Mazmur ialah kitab yang dituliskan oleh beberapa penulis dan telah melewati proses yang panjang sehingga menjadi satu kitab yang utuh. Kitab Mazmur diambil dari bahasa Ibrani : mizmor atau seringkali dieja sebagai mitsmor. Dalam beberapa bahasa Eropa kitab ini disebut "Psalm" atau “Psalmen” yang berasal dari bahasa Yunani: "Psalmos". Yang artinya “Puji-pujian” Dalam bahasa Melayu kitab ini disebut kitab Zabur, dari bahasa Arab.
Dalam nats ini pemazmur menunjukkan bahwa Perlindungan Tuhan adalah mutlak dalam kehidupan manusia, dengan perlindungan Tuhan manusia bisa melewati segala macam kesulitan dalam hidupnya, sehingga kita tidak perlu kuatir dalam hidup ini sebab Tuhan itu Mahatinggi dan Mahakuasa.
Nats ini semacam responsoria yaitu pembacaan firman yang saling bergantian. Ayat pertama dibacakan oleh seorang Imam, kemudian ayat kedua oleh jemaat, dst.

Penjelasan

Ay. 1-2, menggambarkan 5 sebutan untuk Allah :
- Allah yang Maha Tinggi, pencipta langit dan bumi ( bd.Kej. 14:19)
- Allah yang Maha Kuasa (bd.Kel. 6:2)
- Allah yang abadi, Tempat perlindungan (bd.Ul. 33:27)
- Allah Bukit batu, Kubu Pertahanan dan penyelamat (bd.2 Sam 22:2)
- Allah yang kupercayai
Sebutan ini menunjukkan betapa pemazmur menempatkan Allah sebagai figure yang berada diatas segalanya. Sebutan yang sama sudah pernah ada di masa Abraham, Musa dan nabi Samuel.

Ay. 3, merupakan jaminan yang akan kita dapatkan jika kita percaya sepenuhnya kepada perlindungan Tuhan
- Jaminan keamanan dari jerat perangkap burung, artinya bahwa kehidupan kita kita senantiasa diancam oleh jeratan/ perangkap musuh (iblis) yang senantiasa mengincar kita sebagai anak-anak Tuhan. Sebgaimana tertulis dalam 1 Pet 5:8 : “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya”. Namun dalam perlindungan Tuhan, kita akan bebas dari jeratan dan perangkap tersebut.
- Jaminan bahwa kita akan terhindar dan terlindungi dari penyakit sampar yang busuk, Penyakit sampar adalah sejenis wabah penyakit yang menyerang hamper semua orang yanga da dalam suatu wilayah. Dalam Alkitab seringkali penyakit ini digambarkan sebagai akibat murka Allah (I Taw 21:14). Sehingga dikatakan bahwa dengan perlindungan Allah kita akan terhindar dari wabah tersebut.

Ay. 4, menggambarkan bahwa perlindungan Allah bukan hanya sesaat tetapi disertai dengan kesetiaan-Nya. Perlindungan Allah digambarkan bagaikan kepak sayap burung yang melindungi anak-anaknya dari panas dan dingin, dan kesetianNya digambarkan bagaikan pagar dan perisai yang mampu melindungi kita dari hantaman senjata musuh (iblis).

Ay. 5-7, menggambarkan berbagai macam kesusahan yang kita hadapi, penyakit, perang, pembunuhan massal dan banyak lagi hal-hal buruk yang bisa terjadi dalam kehidupan kita. Sama seperti yang terjadi hari-hari ini, kesulitan ekonomi, konflik politik, masalah-masalah social, penyakit yang tidak ada obatnya, dll.

Ay. 8-9, mengingatkan kepada kita bahwa jika kita ada dalam perlindungan Allah, kita tidak perlu takut dan kuatir terhadap semuanya itu, sebab Tuhan Allah memberi jaminan keselamatan kepada umatNya yang percaya dan mencari perlindungan kepadaNya. Kita hanya perlu duduk diam di hadiratNya dan menantikan pembalasan Tuhan terhadap orang-orang fasik, sebagaimana dikatakan dalam Kel.14:14 “TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.”
Penutup
Mazmur 91 ini ingin mengatakan bahwa ada jaminan keselamatan bagi orang yang mau menyerahkan dirinya di bawah perlindungan Allah.
Penyakit boleh datang, masalah boleh ada, kesulitan-kesulitan boleh terjadi dalam hidup kita, namun sebagai orang percaya yang telah menyerahkan diri kepada perlindungan Tuhan, semua itu tiadk akan membuat kita jatuh. Sebab Allah akan memerintahkan para malaikatNya untuk menjaga dan melindungi tubuh dan jiwa kita dan Allah siap menjadi pagar tembok dan perisai kita ketika kita menghadapi ancaman, tantangan dan gangguan dari musuh. AMIN

Tidak ada komentar: