Selasa, 27 Maret 2012

"Khotbah Minggu GKI Gejayan Yogyakarta" Mart 12

“Membangun Bait Allah Sejati”
Bacan 1: 1 Kor 1:18-25; 2. Yoh 2:13-22;B. Anungrah Maz 19:8-14
Kisah Humor: Ryan memiliki sorg adik, Ryan terbangun krn adiknya menangis, dia terganggu, Tanya darimana sih adik datang..? sang ibu menjawab..dari Surga Ryan…Ryan menjawab sambil mengantuk oh baru aku mengerti mengapa dia diturunkan dari Surga…bikin rebut aja sih,,,nangis melulu.Mns inginnya selalu yg jelas2 jgn berkait bahasa itu: Irian…anak dan ibu.
Demikian dalam Khotbah kita minggu ini : Bgmna kita Mendengar & Mengerti & Memandang & Menanggap Ucapan Yesus Yang Sulit, : "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." (Yohanes 2:19)
Mana bisa membangun Bait Allah hanya dalam tiga hari? Orang-orang Yahudi saja membutuhkan waktu 46 tahun lebih. Lalu mengapa Yesus begitu percaya diri dapat membangunnya dalam tiga hari? Atau apa sebenarnya yang dimaksudkan Yesus dengan Bait Allah?
Sdr/I yg dikasihi Tuhan.
Bait Allah dapat didefenisikan sebagai Gereja. Perlu kita ketahui bahwa pengertian Gereja ada tiga macam. Pertama, gereja adalah bangunan ibadah Kristen; kedua,gereja adalah suatu organisai atau kelembagaan bagi orang Kristen; ketiga, gereja adalah orang yang dipanggil menjadi kudus dari dunia gelap menuju terang yang ajaib. Berarti dari pengertian tersebut bahwa Gereja itu adalah kita sendiri, yang telah dan akan diselamatkan oleh Kristus dari kebinasaan.
Kamu adalah Bait Allah adalah pernyataan yang mendefenisikan kita sebagai manusia ciptaan Allah yang telah dan akan tetap diselamatkan oleh Kristus. Kalimat tersebut cocoknya disebut kamu adalah Gereja . Bila kita dikatakan adalah Gereja berarti kita harus membuat pondasi yang kuat, karena kita sendirilah yang membangun sekaligus kita adalah bangunan dan ladang Allah . Tanpa pondasi yang kuat, tentu bangunan itu akan roboh atau tanpa pupuk yang asli maka ladang itu cepat rusak dan lambat pertumbuhannya. Nah, supaya dasar bangunan itu kuat atau ladang itu membuahkan hasil bagus maka kita harus menjadikan Yesus sebagai dasarnya.Dalam Mat 7:24-27 ada (dua macam dasar). Ingat, hanya Yesus satu-satunya dasar hidup kita, bukan sembarang dasar seperti emas, perak, dsb . Sebab suatu saat nanti dasar itu akan diuji oleh Tuhan dengan cara-Nya sendiri, jika tahan uji akan diberi upah .
Apa yang terjadi di Bait Allah hari itu? Pertama-tama kita melihat otoritas atau kewibawaan Yesus ketika Ia “membersihkan” Bait Allah. Ada satu hal yang menarik, yaitu ketika hak dan kuasa-Nya itu dipertanyakan oleh orang-orang Yahudi, Yohanes 2:18. Maka Yesus menantang,” Rombak Bait Allah ini dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Yohanes 2:19. Setelah berkata demikian maka mereka tetap tidak memercayai-Nya.
Agaknya dari dulu sampai sekarang selalu ada orang-orang yang memandang rendah Yesus Kristus. Pada hal..
Bukankah Suatu Mujijat jika:
Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan. Ketika kepercayaan kepada pribadi Yesus diragukan, jumlah para pengikut-Nya justru semakin bertambah-tambah.
Ketika hukuman salib Yesus dipandang sebagai hukuman yang sia-sia bahkan kutuk Allah semata, kematian-Nya menjadi semakin mempesona dan mendatangkan simpati, sampai di mana-mana orang mendirikan tanda salib dan menciuminya dengan rasa syukur.
Ketika kebangkitan-Nya diragukan dan ditolak, gereja justeru menjadikan Paskah sebagai perayaan yang paling berbobot sebab merayakan kemenangan yang paling menentukan nasib seluruh umat manusia berdosa.
Ketika Kristus naik ke sorga, pekerjaan-Nya tidak mandeg tapi berlipat-lipat dalam berbagai bentuk bidang pelayanan Kristiani.
Ketika Bait Allah terus menerus dipermasalahkan, Rumah Tuhan di seluruh muka bumi bermunculan, dan tubuh setiap anak Tuhan diyakini sebagai Bait Allah yang hidup dan kudus, yang siap menjadi ujung tombak di dalam kehidupan di tengah masyarakat.
Ketika manusia semakin hidup serakah, egois, dan berjalan menuju ke jurang kehancuran, ajaran kasih dari Kristus semakin diakui sebagai satu-satunya solusi dan obat yang ampuh.
“Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya.” Mazmur 19:2.
Rombaklah Bait Allah Ini!
Saat orang-orang Yahudi mendengar perkataan Tuhan Yesus agar mereka merombak Bait Allah, mereka segera mengingatkan bahwa bangunan Bait Allah harus didirikan selama hampir 46 tahun lamanya. Jadi bagaimana mungkin Tuhan Yesus dapat membangun kembali Bait Allah tersebut hanya dalam waktu 3 hari saja? Makna perkataan Tuhan Yesus tersebut tetap tinggal rahasia dan menjadi sesuatu yang membingungkan bagi para murid, sekaligus juga menjadi sesuatu yang menyakitkan hati bagi banyak pemuka agama Yahudi. Sebab bagi mereka Bait Allah adalah sesuatu yang kudus di mana Allah hadir di tengah-tengah umatNya. Tetapi kini ternyata Yesus berani menyatakan kepada orang banyak untuk merombak atau menghancurkan Bait Allah tersebut. Tampaknya kata-kata Tuhan Yesus tersebut begitu berbekas di hati orang-orang yang membenciNya. Sehingga saat Dia diadili, pernyataan Yesus tersebut dipakai 2 orang saksi untuk menjatuhkanNya (Mat. 26:60-62). Maksud perkataan Tuhan Yesus tersebut kelak menjadi tersingkap maknanya setelah Dia wafat dan bangkit dari kematian. Itu sebabnya Yoh. 2:21-22 menyatakan: “Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus”. Makna hubungan Bait Allah dengan tubuh Kristus dipahami oleh Injil Yohanes sebagai suatu hubungan teologis yang sangat erat. Sebagaimana dipahami bahwa Bait Allah adalah tempat di mana “Nama Allah” tinggal. Di II Taw. 7:16, Allah berfirman: “Sekarang telah Kupilih dan Kukuduskan rumah ini, supaya nama-Ku tinggal di situ untuk selama-lamanya, maka mata-Ku dan hati-Ku akan ada di situ sepanjang masa”. Pada sisi lain Injil Yohanes menyaksikan bahwa Tuhan Yesus sesungguhnya adalah sang Firman Allah yang menjadi manusia (Yoh. 1:14). Penyucian Bait Allah sebagai lambang karya pengudusan dan keselamatan Allah kepada umatNya dinyatakan Allah melalui peristiwa salib, yaitu melalui kematianNya di bukit Golgota. Itu sebabnya subyek atau pelaku utama yang membersihkan atau menyucikan Bait Allah adalah Tuhan Yesus sendiri. Walaupun untuk itu Tuhan Yesus harus menerima risiko yaitu tubuhNya dihancurkan dalam kematian.
Jadi menurut Injil Yohanes, makna peristiwa penyucian atau pembersihan Bait Allah pada hakikatnya mau menyatakan pula bahwa manusia tidaklah mungkin dapat memperoleh perkenanan hati Allah melalui
persembahan yang dikorbankan. Manusia tidak dapat memperoleh keselamatan Allah dengan
mempersembahkan hewan korban atau
mempersembahkan harta milik mereka. Seluruh upaya seperti: perbuatan baik dan amal ibadah yang dilakukan oleh manusia tidaklah dapat dipakai untuk menebus dosa-dosa yang telah membelenggu kehidupan manusia.
Salib Kristus: Kekuatan Allah Yang Menyelamatkan
Setelah Tuhan Yesus membersihkan Bait Allah dari para pedagang dan penukar uang yang berjualan di pelataran Bait Allah, maka orang-orang Yahudi mengajukan suatu tantangan dengan pertanyaan: “Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" (Yoh. 2:18). Mereka meminta kepada Tuhan Yesus suatu tanda untuk membuktikan otoritasNya bahwa Dia berhak menyatakan bahwa Bait Allah adalah rumah BapaNya dan otoritasNya untuk mengusir semua pedagang yang berjualan di sana. Pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang Yahudi ini sesungguhnya suatu tantangan yang sangat mendasar sebab menyangkut hak, otoritas atau wewenang dari Tuhan Yesus; yang mana harus ditunjukkan dengan suatu tanda. Tentunya yang mereka minta kepada Tuhan Yesus adalah agar Dia menunjukkan tanda kekuasaanNya sebagai Anak Allah. Sehingga yang dimaksud dengan “tanda” (semeion) oleh orang-orang Yahudi dalam konteks ini adalah perbuatan-perbuatan ajaib dan besar seperti mukjizat. Pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang Yahudi ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh rasul Paulus, yaitu: “Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat” (I Kor. 1:22). Jadi umumnya orang-orang Yahudi memiliki kecenderungan yang sangat kuat untuk memperoleh tanda-tanda yang sifatnya ilahi agar mereka percaya, dan sebaliknya orang-orang Yunani lebih menyukai pemikiran-pemikiran baru atau suatu filosofi. Padahal orang-orang Yahudi sebelumnya telah melihat karya-karya mukjizat yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus seperti: menyembuhkan orang sakit, memberi makan 5000 orang, atau mengubah air menjadi anggur. Tetapi tampaknya mereka menginginkan suatu karya mukjizat yang lebih besar dari apa yang pernah dilakukan oleh Tuhan Yesus. Pada satu sisi mereka ingin terus melihat karya-karya mukjizat Kristus yang lebih besar, tetapi pada sisi yang lain iman mereka tidak makin bertumbuh. Jawaban Tuhan Yesus atas tantangan mereka adalah memberikan gambaran yang sifatnya simbolis yaitu agar mereka terlebih dahulu “menghancurkan” tubuhNya dalam kematian, maka Dia akan bangkit pada hari ketiga.
Tetapi bukankah jawaban Tuhan Yesus tersebut justru dapat makin memperdalam sikap ketidakpercayaan mereka? Sebab orang-orang Yahudi menghendaki suatu tanda ajaib yang hebat dan luar-biasa, tetapi mengapa justru Tuhan Yesus menyatakan kematianNya di atas kayu salib sebagai tanda otoritasNya sebagai Anak Allah. Masakan Anak Allah mati di atas tiang gantungan? Hukum Taurat menyatakan: “sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu" (Ul. 21:23). Demikian pula bagi orang-orang Yunani, salib bukan sesuatu yang mengesankan dan menginspirasi mereka untuk memperoleh hikmat (sophia) dan pengertian secara filosofis. Masakan tokoh yang dianggap ilahi harus mengalami kematian yang hina? Juga bagaimana mungkin tubuh yang dianggap “hina” oleh filsafat Yunani dan telah mati dapat bangkit dari kematian dengan tubuh kemuliaan? Sehingga tepatlah jikalau pemberitaan tentang salib dianggap sebagai suatu batu sandungan bagi orang Yahudi, dan suatu kebodohan bagi orang Yunani (I Kor. 1:23b). Tetapi mengapa Allah menggunakan salib sebagai tanda untuk menyatakan kuasa dan kemuliaanNya apabila ternyata salib hanya dianggap sebagai suatu batu sandungan dan suatu kebodohan? Jawaban rasul Paulus atas masalah yang pelik ini adalah: “Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil” (I Kor. 1:21). Pola pemikiran dunia pada umumnya sering menempatkan eksistensi iman lebih ditentukan oleh tanda-tanda yang sifatnya supra-natural atau mukjizat, dan juga ditentukan oleh kecerdikan dan penguasaan pengetahuan. Namun apabila kemudian tidak ada suatu tanda yang sifatnya mukjizat atau tidak ada suatu pemikiran filosofis yang dapat memuaskan otak, maka dunia bersikap tidak mau percaya kepada Allah.
Bagi pandangan dunia, salib Kristus sering hanya dianggap sebagai suatu kebodohan dan batu-sandungan tetapi bagi Allah salib Kristus justru dipakai untuk mendamaikan manusia dengan diriNya. Sehingga melalui salib Kristus, manusia diperkenankan Allah menjadi umat pilihanNya yaitu umat yang hidup kudus dan benar di hadapanNya. Sebagaimana Allah telah mengadakan perjanjian dengan umat Israel di gunung Sinai, maka demikian pula di atas bukit Golgota Allah mengadakan perjanjian keselamatan dengan seluruh umat manusia. Itu sebabnya umat yang telah diselamatkan dan ditebus dengan darah salib Kristus dipanggil untuk hidup kudus menurut hukum Kerajaan Allah. Mungkin dunia mengejek dan memandang rendah peristiwa Kristus disalibkan, tetapi justru di balik peristiwa salib itu Allah telah mengungkapkan seluruh kasihNya yang menyelamatkan setiap orang. Sdr/i Jika Allah yang maha mulia memilih salib sebagai kekuatan yang menyelamatkan umatNya, apakah dalam kehidupan sehari-hari kita masih mengandalkan harapan perbuatan/tanda mukjizat untuk meneguhkan iman kita? Betapa sering kehadiran Allah hanya ditandai dengan harapan kesembuhan yang sifatnya fisik atau jasmaniah belaka. Selain itu apakah kita lebih mengandalkan akal dan hikmat kita sendiri barulah kita mau percaya kepada Allah? Allah yang tak terbatas sehingga hanya “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya” (Mzm. 19:2) justru mau merendahkan diri dalam peristiwa salib Kristus. Jika demikian, bagaimanakah sikap saudara? Apakah saudara juga berkenan dikuduskan oleh Kristus sendiri? Amin.
NTT. Nusa Tenggara Timur adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di tenggara Indonesia. Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau, antara lain Flores, Sumba, Timor, Alor, Lembata, Rote, Sabu, Adonara, Solor, Komodo dan Palue. Ibukotanya terletak di Kupang, Timor Barat.
Provinsi ini terdiri dari kurang lebih 550 pulau, tiga pulau utama di Nusa Tenggara Timur adalah Flores, Sumba dan Timor Barat.
Provinsi ini menempati bagian barat pulau Timor. Sementara bagian timur pulau tersebut adalah bekas provinsi Indonesia yang ke-27, yaitu Timor Timur yang merdeka menjadi negara Timor Leste pada tahun 2002.

Tidak ada komentar: