Di seluruh dunia sampai akhir tahun 1988, Alkitab – baik lengkap atau bagian-bagiannya – telah diterjemahkan ke dalam 1.907 bahasa (terdiri dari 310 Alkitab, 695 Perjanjian Baru dan 902 bagian Alkitab – minimal satu kitab dari Alkitab). Sedangkan di Indonesia, menurut catatan Lembaga Alkitab Indonesia, sampai pertengahan tahun 1990, Alkitab maupun bagian-bagiannya telah diterjemahkan ke dalam 127 bahasa (terdiri dari 13 Alkitab, 21 Perjanjian Baru dan 93 bagian Alkitab/porsion – minimal satu kitab/bagian dari Alkitab). Jadi, Alkitab merupakan satu-satunya buku yang paling banyak diterjemahkan
Mengapa Alkitab begitu penting? Karena isinya sangat mempengaruhi sejarah kehidupan manusia di dunia ini. Pengaruh tersebut dapat dirasakan dalam bidang kebudayaan, kesenian, politik dan kebudayaan serta bidang-bidang lainnya. Alkitab merupakan sumber kepercayaan bagi umat kritiani karena berisikan ajaran yang dinyatakan oleh Allah, serta merupakan kumpulan peraturan-peraturan bagaimana umat kristiani dapat hidup menurut rencana Allah. Alkitab juga merupakan landasan keberadaan gereja, dasar ibadah kristiani, serta merupakan satu dokumen tentang perkembangan iman kita. Sejak lama pemikir-pemikir teologis dan filosofis mencari pilihan dari Alkitab. Alkitab juga berguna bagi setiap orang, sebagaimana sumber indpirasi dan pengetahuan rohani, sebagai penuntun untuk dapat hidup dengan adil dan mengasihi orang lain, dan sebagai pedoman serta panduan untuk menghadapi masalah dan kesempatan dalam hidup ini.
1. Apakah Alkitab itu?
Alkitab adalah kumpulan tulisan-tulisan suci tentang hubungan Allah dengan manusia, dan pernyataan tentang apa yang Allah kehendaki. Alkitab berasal dari kata Arab “KITAB” dengan kata sandang “AL” yang dalam bahsa Yunaninya “BIBLIA” – yaitu bentuk jamak dari “BIBLION” yang berarti “KITAB-KITAB” (atau buku’buku). Dari kata itulah kita mendapat “BIBLIA” (bahsa latin, bahsa Portugis dan bahsa Spanyol), “BIBLE” (bahasa Inggris dan bahsa Prancis), “BIBEL” (bahsa Jerman, yang kemudian juga disebut dalam bahasa Batak), dan “BIJBEL” (bahsa Belanda).
2. Bagaimana Alkitab ditulis?
Bagian-bagian dari Alkitab tidak ditulis sekaligus, setelah lewat berabad-abad barulah kumpulan kitab-kitab ini diselesaikan, dan kemudian ditetapkan sebagai bagian dari Kitab Suci.
Bagian-bagian dari Alkitab ditulis oleh orang-orang yang diilhami (banding 2 Tim. 3:16). Allah memenuhkan mereka dengan Roh Kudus (banding 2 Ptr. 1:21) untuk dapat memahami dan menyampaikan secara tepat berita keselamatan Allah untuk manusia yang hidup di segala jaman. Mereka menulis berita dari Allah itu dengan gaya bahasa dan ungkapan yang sesuai dengan adat, kebiasaan, dan zaman mereka masing-masing; itulah sebabnya kata, istilah, susunan kalimat dan wacana yang mereka pakai, perlu dipelajari menurut latar belakang sejarah, bahasa dan kebudayaan pada waktu itu.
Dalam penulisan tiap-tiap buku itu dimanfaatkan sumber-sumber yang lebih tua dan tradisi lama. Dalam Alkitab disebutkan nama beberapa sumber tersebut antara lain “Kitab Peperangan Tuhan” (Bil. 21:14), “Kitab Orang Jujur” (Yos. 10:13; 2 Sam. 1:18), “Kitab Riwayat Salomo” (1 Raja. 11:41), “Kitab Sejarah Raja-raja Israel” (1 Raja. 14:19), “Kitab Sejarah Raja-raja Yehuda” (1 Raja 14:29) dan “Tafsiran Kitab Kitab Raja-raja” (2 Taw. 24:27), “Riwayat Nabi Natan”, “Nubuat Ahia”, “Penglihatan-penglihatan Nabi Ido” (2 Taw. 9:29), serta “Kitab Sejarah Nabi Ido” (2 Taw. 13:22).
Buku para nabi memuat ucapan-ucapan para nabi dan bagian-bagian dari riwayat hidup mereka. Memang dalam bentuk dan susunannya yang sekarang ini, kita berhutang budi untuk pencatatan dan penyusunannya kepada pengikut-pengikut nabi dan penyusun yang lain. Alkitab sendiri mencatat bahwa Yeremia banyak dibantu oleh juru tulisnya yang bernama barukh (Yer. 36:4 dst) dan Yesaya memerintahkan pengikutnya menjaga/melestarikan berita dari Allah yang telah disampaikan kepadanya (Yes. 8:16). Juga disebutkan bahwa sebagian dari buku Amsal dikumpulkan oleh pegawai-pegawai Raja Hizkia (Am. 25:1).
3. Kanonisasi Alkitab
kitab-kitab dari Alkitab dikumpulkan secara bertahap dalam kurun waktu kurang lebih 1500 tahun. Penulisannya oleh orang-orang yang berbeda, dalam berbagai bahasa (Ibrani, Aram dan Yunani) serta ditempat yang berbeda pula (Mesopotamia, Babilonia, Mesir, Palestina dan Yunani).
Kanonisasi berasal dari kata Yunani “kanon” yang berarti ukuran/patokan (banding Gal. 6:16; 2 Kor. 10:13, 15, 16). Prosesnya sendiri cukup rumit dan memakan waktu yang lama. Arti umum kanon Alkitab adalah kumpulan atau daftar kitab-kitab/buku-buku yang diakui sebagai patokan iman dan pelaksanaannya. Apapun rintisan kanonisasi tersebut dapat dilihat dari dalam Alkitab itu sendiri, misalnya dalam Ul. 4:12; 12:32; Yer. 26:2; Ams 30:6; Pkh. 3:14; 2 Ptr 3:15-16; Why. 22:6-8, 18-19.
Jadi, kanonisasi Alkitab adalah pengakuan pada buku-buku yang benar-benar merupakan bagian dari Kitab suci – yakni yang diilhami oleh Allah, dan pengesahannya sebagai kumpulan tulisan suci yaitu Firman Tuhan dalam bahasa manusia, karena di dalamnya dimuat sabda Allah yang tertulis. Sabda inilah yang menyatakan kasih Allah dan kehendak Allah yang bermanfaat bagi umat manusia di segala zaman.
a.Perjanjian lama
Bagian ini sebenarnya adalah kitab suci umat Yahudi yang disampaikan, ditulis dan dihimpun dalam waktu lebih dari 1000 tahun. Semuanya ditulis dalam bahasa Ibrani kecuali sebagia Kitab Daniel (2:4-7:28) dan sebagian Kitab Ezra (4:8-16:18; 7:12-26), yang ditulis dalam bahsa Aram. Bahsa Aram adalah bahasa resmi pada masa kejayaan Kerajaan Persia.
Pada mulanya kisah-kisah mengenai Allah dan hubunganNya dengan umat Israel disampaikan dari mulut ke mulut. Baru sekitar tahun 1200-1000 SM kisah-kisah itu mulai dituliskan. Sekitar 600 SM buku ulangan dijadikan norma pelaksanaan keagamaan, yaitu dalam rangkaian pembaruan-pembaruan yang diadakan oleh Raja Yosia (2 Raja 22-23). Sekitar tahun 400 SM Taurat atau “kelima buku Musa” (bahasa Yunani “Pentateukh”) diterima sebagai tulisan suci. Buku nabi-nabi diterima sebagai tulisan suci antara tahun 400-200 SM. Buku-buku lain yang berisi puisi, pengajaran, nubuatan, dan sejarah diterima sebagai tulisan suci menjelang zaman Perjanjian Baru. Walaupun begitu pada waktu itu masih ada buku-buku yang diragukan kewibawaannya sebagai tulisan suci, antara lain pengkhotbah, Ester, Yehezkiel dan Kidung Agung.
Demikianlah Kanon Ibrani terus bertambah; akan tetapi setelah jatuhnya kota Yerusalem kedalam tangan musuh kurang lebih tahun 70 M, kecenderungan Kanon Ibrani adalah membatasi tulisan-tulisan yang diterima sebagai Kitab Suci.
Selanjutnya sekitar tahun 90, guru-guru agama Yahudi di bawah pimpinan Jahonanan ben Zakkai mengadakan sidang di Jamnia (Jabneh). Mereka meninjau, menimbang tulisan-tulisan itu dan membukukan Kitab Suci mereka. Mereka memutuskan untuk menerima 39 buku yang merupakan Kitab Suci, serta menolak buku-buku tambahan yang dimuat dalam Septuaginta, yaitu terjemahan pertama Kitab Suci ke dalam bahasa Yunani. Buku-buku tambahan ini aslinya tidak ditulis dalam bahasa Ibrani tetapi Yunani. Buku-buku inilah kemudian dikenal dengan sebutan Deutrokanonika – artinya “kanon kedua” yang terdiri dari : Tobit, Yudit, tambahan-tambahan pada buku Ester, kebijaksanaan Salomo, Yesus anak Sirakh, Barukh, Surat Nabi Yeremia, Tambahan-tambahan pada buku Daniel, serta I Makabe dan II Makabe.
Berdasarkan kata-kata Paulus tentang dua perjajian, umat Kristiani menyambut ke 39 buku dlam kanon Ibrani ini Perjanjian Lama, karena bagian ini berisi perjanjian Allah khususnya dengan Abraham dan keturunannya. Ini untuk membedakan dari Perjanjian Baru, yang merupakan perjanjian yang dibarui antara Allah dengan semua orang, yaitu melalui pribadi Yesus Kristus. Memang Perjanjian Lama sudah dipakai pada zaman rasul-rasul dan dalam kebaktian-kebaktian kristiani. Perjanjian Lama dianggap penting dalam hubungannya dengan Kristus dan pekerjaannya. Penting juga dicatat bahwa Perjanjian Lama adalah Alkitab Yesus Kristus ajaran Yesus didasarkan pada Perjanjian Lama, dan Yesus menyatakan bahwa nubuat-nubuat Perjanjian Lama digenapi dalam diriNya.
Pada awal abad ke 3 M, Bapa-bapa gereja mulai membedakan buku-buku Deutrokanonika dari ke 39 buku Perjanjian Lama, tetapi mereka masih pakai keduanya. Pada abad ke 4 sampai abad pertengahan, dalam Sidang-sidang Gereja setempat, mula-mula dimasukan 39 buku Perjanjian Lama, 27 buku Perjanjian Baru dan buku-buku Deutrokanonika dalam kanon Alkitab. Walaupun seorang Bapa Gereja yang bernama Jerome tidak menyetujui bahwa buku-buku Deutrokanonika adalah tulisan suci, tetapi secara tradisi pemakaian buku-buku itu berjalan terus.
Setelah reformasi, Gereja Protestan menolak buku-buku Deutrokanonika yang mereka sebut Apokripa artinya “tersembunyi”. Sebaliknya Gereja Roma Katolik pada sidang gereja (konsili) di Trent tahun 1546 menentuka satu daftar buku-buku yang termasuk kanon, termasuk di dalamnya buku-buku Deutrokanonika. Sedangkan Gereja Yunani Ortodoks pada Sidang Sinode di Yerusalem tahun 1672 menerima buku-buku yang diperdebatkan itu, sedangkan Barukh, I Makabe dan II Makabe ditolak. Patut dicatat, bahwa penulis-penulis Perjanjian Baru mengutip 38 dari ke-39 buku Perjanjian Lama. Tetapi penulis-penulis Perjanjian Baru tidak mengutip dari Deutrokanonika.
Pembagian Perjanjian Lama dalam Teks Ibrani
Sebenarnya ke 39 buku Perjanjian Lama itu menurut kanon Ibrani hanyalah 24 buku. Berbeda dari urutan ke 39 buku Perjanjian Lama dalam Alkitab Kristiani, ke 24 buku dalam naskah Ibrani dikelompokan dalam 3 bagian. Sebenarnya perbedaan ini bukanlah perbedaan isinya, melainkan sekedar perbedaan perhitungan dan pengelompokannya. Pada umumnya Alkitab kristiani mengikuti apa yang disebut kanon Yunani (dikenal juga dengan sebutan kanon Aleksandria) yang dikelompokan dalam 4 bagian. Berikut ini disampaikan pengelompokan menurut kanon Ibrani dan kanon Yunani:
Kanon Ibrani
a.Taurat (Torah): 1. Kejadian; 2. Keluaran; 3. Imamat; 4. Bilangan; 5. Ulangan
b.Nabi-nabi (Neviim): nabi-nabi terdahulu 6. Yosua; 7. Hakim-hakim; 8. Samuel; 9. Raja-raja nabi-nabi kemudian 10. Yesaya; 11. Yeremia; 12. Yehezkiel; 13. Duabelas Nabi
c.Kitab-kitab (Ketuvim): 14. Mazmur; 15. Amsal; 16. Ayub; 17. Kidung Agung; 18. Rut; 19. Ratapan; 20. Pengkhotbah; 21. Ester; 22. Daniel; 23. Ezra-Nehemia; 24. Tawarikh
Kanon Yunani
a.Taurat: 1. Kejadian; 2. Keluaran; 3. Imamat; 4. Bilangan; 5. Ulangan
b.Sejarah: Sejarah Pertama 6. Yosua; 7. Hakim-hakim; 8. Rut; 9. I Samuel; 10. II Samuel; 11. I Raja-raja; 12 II Raja-raja; Sejarah Kedua 13. I Tawarikh; 14. II Tawarikh; 15. Ezra; 16. Nehemia; 17. Ester
c.Sastra: Nabi-nabi Besar: 23. Yesaya; 24. Yeremia; 25. Ratapan; 26. Yehezkiel; 27. Daniel; Nabi-nabi Kecil: 28. Hosea; 29. Yoel; 30. Amos; 31. Obaja; 32. Yunus; 33. Mikha; 34. Nahum; 35. Habakuk; 36. Zefanya; 37. Hagai; 38. Zakharia; 39. Maleakhi
Taurat :
Seringkali bagian ini disebut Pentateukh.
Bagian ini merupakan dasar Alkitab Ibrani, dan tidak ada perbedaan pengelompokan antara kanon Ibrani dan Kanon Yunani.
Berisi peraturan-peraturan mengenai tingkah laku hidup, cara ibadah yang sesuai dengan kehendak Allah, serta asal usul bangsa Israel.
Nabi-nabi:
“Nabi-nabi terdahulu” memuat lebih banyak sejarah.
“Nabi-nabi Terkemudian” lebih banyak memuat nubuatan-nubuatan, sebab itu dalam kanon Yunani digolongkan “Nubuat”. “Nabi-nabi Besar” dan “Nabi-nabi Kecil” bukan menyatakan perbedaan status kenabian mereka, melainkan sekedar perbedaan besar dan kecilnya buku, yaitu banyak dan sedikitnya tulisan dalam buku itu; yang lebih banyak disebut “Nabi-nabi Besar”, yang lebih sedikit disebut “Nabi-nabi kecil”.
Berisi sejarah bersatunya 12 suku bangsa Israel dan pemberitaan-pemberitaan (nubuatan-nubuatan) dari Allah agar mereka kembali pada jalan yang ditentukan Allah.
Kitab-kitab:
Sering juga bagian ini disebut Hagiographa.
Kelompok ini dibagi dalam kanon Yunani menurut jenisnya: Mazmur, Amsal, ayub dan Kidung Agung dikelompokan sebagai “Sastra” ; Rut, ester, Ezra-Nehemia dan Tawarikh dikelompokkan “Sejarah”; sedang Ratapan dan Daniel dikelompokkan “Nubuat”.
Berisi puisi dan Kidung/ nyanyian, nasihat-nasihat untuk hidup, filsafat, dan sejarah.
b.Perjanjian Baru
Bagian ini adalah tulisan suci umat kristiani yang ditulis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan umat kristiani yang baru mengenal kristus dan ajaranNya dan untuk menentang ajaran-ajaran yang salah. Mulanya orang-orang kristiani melanjutkan kebiasan membaca dari Perjanjian Lama. Pengikut-pengikut Yesus yang mengenal Yesus semasa hidupNya dapat mengisahkan riwayat Yesus dan ajaranNya. Tetapi setelah rasul-rasul Yesus meninggal dunia, tulisan-tulisan mengenai Yesus dan ajaranNya makin bertambah peranannya.
Buku-buku yang termasuk dalam Perjanjian Baru ini, ditulis dalam jangka waktu kurang lebih 50 tahun dan ditulis dalam bahasa Yunani Koine, yaitu bahasa Yunani sehari-hari (bukan bahsa sastra). Dengan demikian Perjanjian Baru melengkapi Perjanjian Lama, yaitu dengan memberikan panduan tentang bagaimana membentuk gereja, petunjuk-petunjuk mengenai ajaran-ajaran dan patokan kepercayaan gereja. Dengan demikian Alkitab Kristiani sekarang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Seperti halnya kanon Ibrani, Perjanjian Baru pun dikanonkan dengan tujuan yang sama. Surat-surat Paulus telah digunakan dalam kebaktian-kebaktian Jemaat dan dibacakan sebagai khotbah. Tahun 95 M surat-surat itu dikumpulkan dan menjadi bagian yang baku dalam Kebaktian-kebaktian jemaat, begitu juga dengan kisah rasul-rasul. Surat Yakobus, Petrus, Yohanes dan Yudas yang juga Paulus dan menjadi kumpulan surat pada tahun 100-105 M.
Sementara itu kisah dari mulut ke mulut tentang Yesus kristus dituliskan antara tahun 70-100 M. Injil Markus, Matius dan Lukas yang disebut Injil Sinoptik ditulis lebih awal daripada Injil Yohanes. Injil (bahasa Yunani “euanggelion” yang artinya Kabar Baik) sudah banyak dipakai oleh masyarakat Kristiani. Ke-empat Injil itu dikumpulkan dan dibakukan pada tahun 15 M. akhirnya pada tahun 180 M, Injil dan surat-surat digabungkan menjadi satu pengakuan kepercayaan dan sumber iman kristiani. (Catatan: Injil Sinoptik adalah ketiga Injil yang saling berhubungan, artinya: Berpandangan sama).
Saat itu juga beredar tulisan-tulisan lain dalam bahsa Yunani seperti: I Clement, Surat Barnabas, Hermas, Didakhe (=ajaran) 12 rasul, Surat-surat Ignatius dan Polycarpus. (Catatan: Injil Barnabas yang sering dianggap menghebohkan, ternyata tidak termasuk dalam tulisan-tulisan lain ini, karena baru ditulis pada abad ke-15 dan dalam bahasa Italia).
Kejadian-kejadian ini telah mendorong kanonisasi Perjanjian Baru. Pada tahun 140 M, seorang guru yang berpengaruh bernama Marcion membuat satu daftar yang membuat buku-buku yang menurut ukurannya sendiri “suci” yaitu Injil Lukas dan sejumlah Surat Paulus. Marcion menolak semua buku-buku Perjanjian Lama karena berlatarbelakang Yahudi dan tidak bersangkut paut dengan kekristenan. Kejadian ini menyebabkan pemimpin-pemimpin gereja sadar akan kebutuhan satu daftar yang diakui dan disahkan oleh gereja.
Pada akhir abad kedua terdapat beberapa kanon antara lain dari Irenacus, Muratorian, tertullian dan Clement dari Aleksandria yang merupakan daftar sementara buku-buku yang diilhami. Walau demikian, II Petrus, II dan III Yohanes, Yakobus, Yudas, Ibrani dan Wahyu masih dipermasalahkan kewibawaannya sebagai tulisan suci.
Pada tahun 200 M, untuk menghadapi tantangan dari ajaran sesat gnotik (ajaran yang menekankan bahwa pengetahuan akan kebenaran rohani adalah pengetahuan yang dirahasiakan dan hanya mereka yang mengetahui akan diselamatkan), gereja menentukan bahwa buku-buku yang diilhami adalah:
Yang ditulis oleh rasul atau orang yang dekat dengan rasul.
Yang dipakai dalam kebaktian-kebaktian umu.
Pada awal abad ke-3, seorang imam dan pakar Alkitab yang bernama Origen memperjelas keadaan dengan menggolongkan buku-buku sebagai berikut:
Yang diakui (dipakai dan diterima dimana-mana)
Yang dipertentangkan (tetapi akhirnya diterima)
Yang ditolak (dinyatakan sebagai buku-buku biasa, kemudian dikenal dengan istilah pseudopigrafa).
Kemudian Eusebius membuat daftar yang makin mendekati Perjanjian Baru kita yang sekarang ini. Akhirnya, pada tahun 367 M daftar yang disampaikan oleh Athanasius, Uskup Aleksandria, menjadi daftar buku tulisan suci yang memuat ke-27 buku Perjanjian Baru. Jadi, ke-27 buku Perjanjian Baru dan ke-39 buku Perjanjian Lama inilah yang menjadi ke-66 buku Alkitab kita dalam bentuk yang sekarang ini.
1.Pembagian Perjanjian Baru
Buku-buku Perjanjian Baru, dapat dikelompokan dalam 4 bagian:
aInjil (Kabar Baik): 1. Matius; 2. Markus; 3. Lukas; 4. Yohanes
b.5. Kisah Rasul-rasul
c.Surat-surat: 6. Roma; 7. I Korintus; 8. II Korintus; 9. Galatia; 10. efesus; 11. Filipi; 12. Kolose; 13. I Tesalonika; 14. II Tesalonika; 15. I Timotius; 16. II Timotius; 17. Titus; 18. Filemon; 19. Ibrani; 20. Yakobus; 21. I Petrus; 22. II Petrus; 23. I Yohanes; 24. II Yohanes; 25. III Yohanes; 26. Yudas
d. Wahyu: 27. Wahyu
Injil:
Ketiga Injil pertama disebut: Injil Sinoptik yang artinya dilihat dari pandangan yang sama. Memang ke-3 injil itu susunan dan ungkapan katanya mirip satu sama lain.
Berisi: kehidupan dan ajaran Yesus, merupakan dasar seluruh Perjanjian Baru.
Kisah Rasul-rasul:
Berisi: Keadaan Gereja kristiani mula-mula, dan bagaimana pengabar-pengabar Injil khususnya Petrus dan Paulus menyebarkan iman kristiani ke dunia sekitar mereka.
Surat-surat:
I & II Timotius dan Titus disebut Surat Pastoral (Pengembalan). Yakobus I & II Petrus, Yudas, I-III Yohanes disebut surat umum.
Berisi: Surat-surat pribadi untuk perorangan dan surat-surat umum untuk dibacakan di depan Jemaat/Gereja.
Wahyu:
Berisi: Apa yang dilihat oleh Yohanes, yaitu pergumulan antara gereja Kristus dengan Iblis, dan puncak kemenangan Allah yang memerintah sebagai Raja (juga disebut apokaliptik).
c.Kewibawaan Perjanjian Lama dan Baru
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mendapat kewibawaannya dari Yesus Kristus, Sang firman Allah sendiri. Kewibawaan Yesus lebih besar daripada kewibawaan Perjanjian Lama (bnd. Mat. 5:21-22, 27-28, 31-32, 33-34, 38-39, 43-44 “Kalian tahu ada ajaran seperti ini…, tetapi sekarang Aku berkata kepadamu….”). karena itu Gereja menerima kewibawaan Perjanjian Baru paling tidak setingkat dengan kewibawaan Perjanjian Lama. Rasul Paulus pun menekankan bahwa apa yang disampaikannya diterima dari Tuhan Yesus, atau adalah ajaran Tuhan Yesus (bnd. 1 Kor. 7:10; 9:14; 11:23-26; 1 Tes. 4:15).
Jadi Perjanjian Lama berwibawa atas Gereja karena Yesus memeteraikan kewibawaanNya atas Perjanjian Lama dan menafsirkannya sebagai pembuka jalan bagi diriNya. Perjanjian Baru berwibawa atas gereja karena rasul-rasul memberi kesaksian tentang pribadi Yesus Kristus. Dengan kata lain, kewibawaan Alkitab terletak pada Allah dalam Perjanjian Lama dan kesaksian tentang Yesus Kristus dalam Perjanjian Baru, agar kita dapat mendengar dan menerima Firman Allah yaitu Yesus Kristus sendiri!
d.Kesimpulan
Betapa besar jasa penyalin-penyalin naskah Alkitab! Dari proses penulisan dan kanonisasi yang panjang dan berliku-liku tsb, tampak sekali ketekunan dan ketelitian penyalin-penyalin naskah Alkitab. Walaupun dalam penyalinan naskah Alkitab selang beratus-ratus tahun kesalahan menulis dan menyalin tidak dapat dihindarkan, perbedaan yang ada tidak mengaburkan ajaran-ajaran yang penting dan pokok tentang iman kristiani. Kita telah melihat bahwa proses Kanonisasi Alkitab secara ketat membedakan ajaran yang dinyatakan dari Allah dari ajaran-ajaran yang salah. Jadi, sekarang kita dapat membaca Alkitab kita dan menerima kewibawaan Alkitab dengan yakin bahwa isi Alkitab benar-benar Firman Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar