Rabu, 22 Oktober 2008

Nilai Diri


Juang dan Donald adalah dua orang mahasiswa tehnik yang sama pandainya. Keduanya belajar dengan tekun dan prestasi akademis mereka selalu sama bagusnya. Tetapi di luar dunia akademis kedua sahabat ini adalah dua pribadi yang sangat berbeda. Juang banyak berprakarsa. Dalam banyak hal ia menjadi pihak yang mengajak dan memimpin. Ia mudah mengambil keputusan, ia yakin akan dirinya dan senang seriri sendiri. Sebaliknya Donald jarang berprakarsa, ia sering ragu-ragu kalau membuat keputusan. Ia cenderung bergantung kepada Juang dalam berbagai hal. Kedua orang itu mempunyai nilai diri (self esteem) yang berbeda. Nilai diri adalah penilaian menyeluruh yang ada pada seseorang tentang dirinya. Tiap orang mempunyai nilai diri. Ada yang tinggi seperti Juang, ada yang rendah seperti Donald. Nilai diri tidak mempunyai hubungan langsung dengan status sosial atau ekonomi. Seorang sarjana bisa mempunyai nilai diri rendah, sebaliknya seorang petani yang buta huruf bisa mempunyai nilai diri yang tinggi. Demikian pula nilai diri tidak ada hubungannya dengan kecongkakan atau kerendahan hati. Nilai diri tinggi tidak sama dengan tinggi hati, demikian pula nilai diri rendah bukan berarti rendah hati. Orang yang bernilai diri tinggi mengetahui apa unggulan atau bakatnya. Dia bangga dengan kesungguhan itu. Namun, ia pun tahu apa kelemahannya, dan ia tidak malu jika kelemahannya diketahui orang lain. Karena mempunyai keunggulan, orang yang bernilai diri tinggi pun bisa menghargai keunggulan orang lain. Ia menghargai dan mengagumi keberhasilan orang lain. Sebaliknya orang yang bernilai diri rendah merasa tidak mempunyai keunggulan, bakat atau karunia apa-apa. Yang diketahuinya hanyalah kelemahan-kelemahannya. Ia takut bahwa kelemahannya atau kebodohannya itu diketahui orang lain. Karena merasa diri tidak mempunyai keunggulan, ia cenderung bersikap iri atau sirik terhadap orang lain. Ia tidak mau mengakui keberhasilan orang lain, bahkan ia cenderung untuk menutup-nutupi atau mengecil-kecilkan keunggulan orang lain. Membuat penilaian kepada diri sendiri memang tidak mudah. Jika kita menilai diri lebih tinggi dari kenyataan, kita akan berpijak pada optimisme palsu, yaitu mengira diri cakap padahal sebetulnya tidak. Sebaliknya, jika kita menilai diri terlalu rendah, kita akan sulit mempunyai rasa keyakinan diri. Bagaimana terjadinya nilai diri? Nilai diri seseorang terjadi dalam proses yang panjang. Pembentukannya dimulai sejak usia dini. Anak membentuk nilai diri sedikit demi sedikit setiap kali ia "bercermin" pada orang tua atau orang lain yang ada di sekitarnya. Seorang anak mempunyai konsep tentang dirinya sesuai dengan apa yang dilihatnya pada sikap atau perlakuan orang tua atau pendidik lainnya. Dorothy Nolte seorang pendidik Australia pernah berkata :

"Anak yang hidup dengan kecaman akan belajar mencela."

"Anak yang hidup dalam suasana permusuhan akan belajar bertengkar."

"Anak yang hidup dengan ejekan akan menjadi pemalu."

"Anak yang hidup dengan suasana iri akan menjadi pembenci. Sebaliknya, anak yang hidup dengan dukungan akan belajar untuk punya keyakinan diri."

"Anak yang hidup dengan pujian akan belajar untuk menghargai."

"Anak yang hidup dalam suasana adil akan belajar bersikap adil."

"Anak yang hidup dengan restu akan menyukai dirinya."

"Anak yang hidup dalam suasana diterima akan belajar menemukan cinta kasih dalam dunia."

Tidak ada komentar: