Setelah mempelajari tentang tiga perbedaan esensial antara hidup oleh Roh vs
hidup oleh daging mulai ayat 5 s/d 8, Paulus melanjutkan dengan menjelaskan
bahwa jemaat Roma seharusnya hidup di dalam Roh mulai ayat 9 s/d 11,
dilanjutkan dengan pengertian apa saja yang kita dapat ketika kita hidup di
dalam Roh mulai ayat 12 s/d 17.
Di pasal 8 ayat 5-8, Paulus sudah
mengajarkan adanya tiga perbedaan esensial antara hidup di dalam daging dan
hidup di dalam Roh, maka ia mulai menjelaskan definisi hidup di dalam Roh
pertama-tama di dalam ayat 9, “Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan
dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak
memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.” Di dalam ayat ini, kita
menjumpai ada dua prinsip mengapa kita harus hidup di dalam Roh ? Yaitu,
Pertama, kita harus hidup di dalam Roh karena Roh Allah diam (KJV : dwell) di dalam kita. Ketika Roh Kudus
hidup dan diam di dalam kita, maka kita seharusnya hidup di dalam Roh. Mengapa
? Karena Roh Kudus mengerjakan hal-hal yang bersifat rohani di dalam diri
setiap manusia pilihan-Nya sehingga mereka dimampukan untuk hidup bagi kemuliaan Allah. Tuhan Yesus
mengajarkan bahwa Roh Kudus diutus untuk “menginsafkan dunia akan dosa,
kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya
kepada-Ku; akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat
Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum.” (Yohanes
16:8-11) Roh Kudus juga diutus untuk memuliakan Kristus dan mengingatkan para
murid dan kita juga akan perkataan-perkataan Kristus (Yohanes 16:13-14). Di
sini kita belajar kembali bahwa di dalam menuntun umat pilihan-Nya untuk hidup
bagi Kristus, Roh Kudus melakukan dua tindakan, yaitu menginsafkan dunia akan
dosa, kebenaran dan penghakiman serta Ia juga membawa mereka kepada Kristus.
Ada empat kata kunci di dalam bagian ini, yaitu : dosa, kebenaran, penghakiman,
dan Kristus. Roh Kudus menginsyafkan dosa berarti Roh Kudus membuat/menyadarkan
seseorang yang masih tidak percaya kepada-Nya. Bukan hanya dosa, Roh yang sama
juga menginsyafkan manusia pilihan-Nya akan kebenaran bahwa Kristus diutus oleh
Bapa untuk menebus dosa-dosa manusia dengan mati disalib, bangkit dan naik ke
Surga. Lalu, Roh yang sama juga menginsyafkan dunia akan adanya penghakiman
bagi mereka yang masih tidak mau percaya karena kebebalan mereka. Siapakah
mereka itu ? Mereka adalah para penguasa dunia yang menghina Kristus. Dan
terakhir, Roh Kudus juga menuntun umat pilihan-Nya untuk mempelajari apa yang
Kristus ajarkan, meneladani apa yang Ia lakukan dan hidup hanya bagi Kristus
saja. Dengan kata lain, Roh Kudus sejati memimpin umat pilihan Bapa untuk hidup
hanya bagi Kristus dengan mempelajari dan meneladani apa yang telah Kristus
ajarkan dan lakukan. Ingat, barangsiapa yang mengaku dipenuhi “Roh Kudus”,
tetapi hidupnya tidak berpadanan dengan ajaran dan tindakan Kristus, jangan
mempercayai orang ini, karena Roh Kudus datang untuk mengingatkan kita akan
dosa, kebenaran dan penghakiman serta akhirnya membawa seseorang untuk makin
mengenal Kristus dan hidup bagi-Nya. Bagaimana dengan kita ? Seberapa dalam
kita mengenal Kristus Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita ? Apakah kita
hanya mengenal Kristus sebagai Juruselamat yang menyelamatkan kita dari
dosa-dosa saja lalu kita tidak lagi men-Tuhan-kan Kristus ?? Ataukah kita
malahan hanya mempercayai Kristus sebagai salah satu jalan keselamatan, sehingga
orang-orang di luar Kristen masih bisa diselamatkan tanpa Kristus ?? Pengenalan
kita akan Kristus merupakan “iman” kita dan itu akan menentukan tindakan kita
sehari-hari. Ketika kita mengenal Kristus sebagai salah satu jalan keselamatan
(bukan satu-satunya), di saat itu pulalah, “iman” dan pikiran kita dibentuk
(meskipun salah), lalu menghasilkan pikiran dan tindakan yang tidak lagi
menghormati Kristus, malahan melecehkan dan menghina-Nya. Banyak orang bahkan
yang mengaku diri “pendeta” bergelar doktor theologia dan mengajar di sekolah
tinggi theologia sekalipun tetapi imannya kacau, doktrinnya lebih parah lagi :
amburadul, diakhiri dengan sikap mereka yang melecehkan Kristus dan dipublikasi
di depan umum. Apakah orang demikian hidup di dalam Roh ? Mutlak TIDAK ! Orang
ini meskipun mengklaim diri “pendeta”, sebenarnya orang ini hidup di dalam
kedagingan, mengapa ? Karena orang ini tidak memuliakan Kristus, tetapi
memuliakan kehebatan diri yang serba akademis. Saya bukan anti akademis, tetapi
jangan pernah mendewakan akademis atau organisasi. Pdt. Dr. Stephen Tong pernah
mengajarkan bahwa gereja yang terlalu kuat organisasinya, percayalah, gereja
itu pasti mati, karena gereja tersebut tidak terbuka terhadap gerakan Roh Kudus
yang mampu mendobrak organisasi mati buatan manusia. Tetapi hal ini tidak
berarti kita tidak usah membutuhkan organisasi, karena segala sesuatu
bergantung pada Roh Kudus. Ini pemahaman yang berat sebelah. Gereja sejati
memang membutuhkan organisasi, tetapi itu bukan ditempatkan di titik pertama.
Pdt. Dr. Stephen Tong mengajarkan bahwa gereja sejati harus menempatkan iman
dan doktrin di titik pertama, kemudian SDM (Sumber Daya Manusia) baru terakhir
organisasi. Urutan ini tidak boleh terbalik.
2. kita harus hidup di dalam Roh
karena itu adalah tanda kita milik Kristus. Kristus adalah Pribadi kedua Allah
Trinitas yang menjelma menjadi manusia. Di dalam hidup-Nya, Kristus taat mutlak
kepada Allah Bapa sampai mati disalib demi menebus dosa-dosa umat pilihan-Nya,
pada hari yang ketiga, Ia bangkit dan naik ke Surga. Ketaatan Kristus
ditunjukkan dengan semangat dan ketegasan disertai kasih-Nya ketika Ia mengajar
dan menegur orang-orang Farisi yang munafik. Kristus juga mengkhotbahkan
hal-hal yang berbeda dari khotbah/ajaran dunia di dalam Khotbah di Bukit
(Matius 5-7) yang telah menginspirasi banyak orang, salah satunya Mahatma
Gandhi dari India. Kristus juga sangat peka pada pimpinan Roh Kudus, sehingga
ada kalanya Ia menyingkir ketika Ia mau dilempari batu (karena waktu di mana Ia
harus menyerahkan diri belum sampai), dan ketika waktu Ia harus menyerahkan
diri-Nya sudah sampai, Ia tidak melarikan diri, melainkan Ia taat mutlak,
bahkan Ia sendiri yang pergi ke Yerusalem untuk nantinya mati disalib. Tuhan
Yesus Kristus adalah sosok Pribadi yang teragung, termulia di sepanjang abad.
Hal ini adalah satu-satunya bukti bahwa Kristus bukan hanya bernatur manusia,
tetapi Ia juga adalah Allah. Jika Ia bukan Allah, mana mungkin Ia bisa taat
mutlak 100% kepada Bapa ? Lalu, bagaimana kita bisa menjadi milik Kristus,
padahal kita menyadari bahwa kita tak mungkin taat mutlak kepada Allah ? Hal
ini tentu tidak terlepas dari peran aktif Roh Kudus yang mengefektifkan karya
penebusan Kristus dan mengimputasikan ketaatan-Nya pada diri setiap umat
pilihan-Nya. Kita boleh menjadi milik Kristus dan anak-anak-Nya adalah mutlak
karena pekerjaan Roh Kudus (1 Korintus 12:3), sehingga tidak ada jasa baik
manusia secuil pun yang patut dibanggakan di depan umum. Dengan kata lain,
menjadi milik Kristus berarti menjadi apa yang diinginkan-Nya untuk kita
lakukan. Itulah sebabnya Ia sendiri berfirman bahwa barangsiapa yang
mengikut-Nya harus menyangkal diri dan memikul salib (Matius 16:24).
Penyangkalan diri dan memikul salib adalah dua tindakan yang tidak lagi
mementingkan diri sendiri, tetapi lebih mementingkan kehendak Allah di dalam
hidup meskipun penderitaan mengancam dan menghimpit kita. Bagaimana dengan kita
? Kita pasti memiliki barang berharga di dalam rumah. Barang-barang tersebut
kita jaga, bersihkan dan pelihara baik-baik supaya tidak kotor dan tidak ada
yang mencuri. Ketika orang lain melihat barang tersebut, mungkin barang
tersebut menunjukkan pemilik barang tersebut, yaitu kita. Demikian juga dengan
kita. Kita semua adalah milik Kristus. Jika kita mengaku diri adalah milik
Kristus, berarti kita semua harus memancarkan sinar kemuliaan, terang kasih dan
kebenaran yang Kristus pancarkan. Itulah citra diri orang Kristen sejati, yaitu
berani menyatakan kebenaran Kristus (meskipun banyak halangan dan
penderitaan/fitnahan), tetapi tetap mengasihi mereka yang berdosa seperti
Kristus yang berani menyatakan kebenaran tanpa kompromi dan mengasihi mereka
yang tersesat. Seringkali dengan barang milik kita lebih memperhatikan dengan
teliti, tetapi kita sendiri tidak memperhatikan diri sendiri untuk menjadi
terang Kristus, padahal kita sudah menjadi milik-Nya. Maukah kita menyadari hal
ini ?
Lalu, apa tanda kita menjadi
milik Kristus ? Paulus menjelaskannya di ayat 10, “Tetapi jika Kristus ada di
dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan
oleh karena kebenaran.” Di sini ada pembedaan (bukan berarti terpisah satu sama
lain) di dalam diri kita yang adalah milik Kristus yaitu tubuh dan roh. King
James Version (KJV) lebih tepat membedakan kedua hal ini dengan mengatakan,
“And if Christ be in you, the body is dead because of sin; but the Spirit is
life because of righteousness.” Apa maksud pembedaan ini ? Maksudnya adalah
kita harus menyadari bahwa tubuh kita tetap adalah tubuh berdosa yang mau tidak
mau harus mati sebagai upah dosa, tetapi di dalam Kristus, roh kita tetap hidup
karena di dalam roh ada kehidupan baru dari Roh Kudus yang memancarkan
kebenaran keadilan Allah. Hal ini tidak berarti tubuh kita tidak dibangkitkan,
tetapi pembedaan ini dimaksudkan supaya kita harus mengerti bahwa pengudusan
terus-menerus yang dikerjakan Roh Kudus bukanlah sesuatu yang instan, tetapi
melewati proses yang akhirnya membawa kepada kesempurnaan tubuh dan jiwa/roh.
Dengan kata lain, menurut tafsiran Geneva Bible Translation Notes, orang yang
hidup di dalam Roh akan mengalahkan kedagingan dan dosa. Mengapa ? Karena di
dalam roh kita ada kehidupan yang sanggup mengalahkan kematian.
Pembedaan ini dijelaskan dengan gamblang di ayat 11, “Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.” Ayat ini merupakan pembanding yang jelas. Paulus menjelaskan bahwa jika Roh Kudus telah membangkitkan Kristus dari antara orang mati, maka Roh yang sama yang diam di dalam kita akan menghidupkan tubuh kita yang fana itu. Ini berarti seperti kebangkitan tubuh Kristus, maka tubuh kita pun akan dibangkitkan juga kelak. Hal ini bisa menunjuk kepada dua hal, yaitu : tubuh kita di dunia ini dipakai untuk memuliakan Allah (1 Korintus 3:16) dan kebangkitan tubuh kelak (1 Korintus 15).
Pembedaan ini dijelaskan dengan gamblang di ayat 11, “Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.” Ayat ini merupakan pembanding yang jelas. Paulus menjelaskan bahwa jika Roh Kudus telah membangkitkan Kristus dari antara orang mati, maka Roh yang sama yang diam di dalam kita akan menghidupkan tubuh kita yang fana itu. Ini berarti seperti kebangkitan tubuh Kristus, maka tubuh kita pun akan dibangkitkan juga kelak. Hal ini bisa menunjuk kepada dua hal, yaitu : tubuh kita di dunia ini dipakai untuk memuliakan Allah (1 Korintus 3:16) dan kebangkitan tubuh kelak (1 Korintus 15).
Pertama, tubuh kita yang telah
ditebus oleh Kristus harus dipergunakan untuk memuliakan Allah, karena tubuh
kita adalah bait Allah/tempat di mana Roh Kudus berdiam (1 Korintus 3:16 ;
6:19). Ini adalah penjelasan Alkitab yang paling tinggi melampaui dari semua
konsep dan pemikiran filsafat, agama, kebudayaan dan ilmu apapun juga. Banyak
agama, filsafat, kebudayaan, dll selalu mengajarkan bahwa tubuh ini jahat dan
roh itu baik, sehingga agama-agama Timur selalu mengajarkan adanya penyiksaan
diri (askese). Askese dilakukan karena ada “iman” bahwa tubuh ini jahat
sehingga harus “dimatikan”, dan pada saat melakukan askese inilah, kita
“diselamatkan”. Cara melakukan askese adalah dengan bersemedi, puasa, pergi ke
gua-gua, dll. Konsep seperti ini mutlak BUKAN ajaran Alkitab dan ditentang oleh
Alkitab, mengapa ? Karena Alkitab mengajarkan bahwa Allah menciptakan manusia
sesuai gambar dan rupa-Nya sendiri, sehingga meskipun telah jatuh ke dalam
dosa, Ia tak pernah menganggap tubuh manusia ciptaan-Nya sebagai sebuah
kejahatan. Hal ini lebih ditegaskan kembali ketika Ia mengajar melalui Paulus bahwa
tubuh umat pilihan-Nya adalah bait Roh Kudus di mana Roh Kudus berdiam. Inilah
hak istimewa yang kita peroleh. Tubuh kita yang dipengaruhi oleh dosa disucikan
terus-menerus oleh Roh Kudus melalui pendiaman diri-Nya di dalam tubuh kita.
Bayangkan, jika seorang presiden mengatakan bahwa ia akan berkunjung ke rumah
kita besok atau seminggu lagi, mungkin kita akan mempersiapkan segala sesuatu
dengan membersihkan rumah dari debu dan kotoran, mengecat dinding rumah,
menyemprotkan wewangian, mencuci baju, dll. Segala sesuatu dipersiapkan untuk
menyambut kedatangan sang presiden. Tetapi ketika Roh Kudus berdiam di dalam
tubuh kita, kita seringkali masa bodoh dengan tubuh kita. Kita seringkali tidak
mandi sebulan, atau bahkan membuat tubuh kita tidak bernilai. Hal ini tidak
berarti kita harus benar-benar memperhatikan dan merawat tubuh kita dengan
manicure, pedicure, mandi susu, dll sehingga hal tersebut mengalihkan fokus
kita untuk melayani-Nya di dalam hidup kita. TIDAK. Itu bukan maksudnya.
Merawat tubuh tidak berarti lebih memperhatikan tubuh jasmaniah, tetapi berarti
kita lebih mempergunakan tubuh ini untuk memuliakan Allah, karena tubuh kita
adalah bait Roh Kudus. Caranya adalah dengan mempergunakan mata, pendengaran,
pikiran, perkataan, dan seluruh tindakan kita untuk memuliakan Allah.
Pergunakanlah mata kita untuk melihat hal-hal yang beres dan memuliakan Allah.
Pergunakanlah telinga kita untuk mendengar firman Allah yang beres.
Pergunakanlah mulut kita untuk memberitakan Injil dan mengajar firman Allah, bukan
untuk bergosip. Kedua, hal ini berbicara tentang kebangkitan tubuh. Di dalam 1
Korintus 15:1-11, Paulus mengajar kita tentang kebangkitan Kristus, disambung
dengan pengajaran tentang kebangkitan kita dan kebangkitan tubuh di ayat 12 s/d
58. Ini berarti ada kesinambungan tetap bahwa Kristus yang dibangkitkan secara
tubuh, maka kita juga akan dibangkitkan secara tubuh di akhir zaman.
Kebangkitan tubuh ini membuktikan bahwa semua ajaran agama, filsafat,
kebudayaan, ilmu yang mengajarkan bahwa tubuh ini jahat dan harus dikutuk
adalah salah. Sebaliknya, kebangkitan tubuh ini jelas mengajarkan bahwa Allah
memandang tubuh manusia ciptaan-Nya sendiri adalah baik dan perlu disempurnakan
di dalam kekekalan.
Hal inilah yang mengakibatkan
Paulus dengan iman yang berani mengatakan di ayat 58, “Karena itu,
saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah
selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan
Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” Kebangkitan tubuh jelas membangkitkan
semangat kita untuk terus bekerja melayani Tuhan dan bersekutu dengan-Nya,
karena semua itu tidak sia-sia. Amen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar