“Isterimu
akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu
seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu! Sesungguhnya demikianlah akan
diberkati orang laki-laki yang takut akan TUHAN.” Mazmur 128:3-4
Membangun itu sesuatu
yang di mulai dari bawah, ada dasarnya ada struktur bangunannya, ada bangunan
yang didirikan. Untuk membangun yang paling utama adalah dasarnya, dasar yang
kokoh maka akan ada bangunan kokoh yang berdiri di atasnya.
Untuk meliki keluarga
Kristiani yang takut akan Tuhan, kita harus memulai dari dini, didasari akan
kebenaran Firman Tuhan, di kokohkan dengan doa-doa, dibangun dengan kasih.
Bagaimana caranya kita
membangun budaya Kristen dalam keluarga kita? Firman Tuhan menjelaskan kepada
kita dimulai dari orangtua yang mempunyai hati takut akan Tuhan, lalu kemudian
di turunkan kepada generasi berikutnya dengan membicarakan tentang Tuhan,
mengajarkan tentang Tuhan, dalam segala situasi, ketika membicarakan tentang
sekolah, tentang teman bergaul mereka, tentang masa depan mereka, bahkan ketika
menegur mereka, selalu menyertakan Firman Tuhan. Namun ingat bukan sebagai
hakim yang menghakimi tetapi dinyatakan dengan hikmat Tuhan. Caranya? Tentu
saja melalui diri kita terlebih dahulu yang harus memiliki hubungan dengan
Tuhan secara pribadi. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, ketika Ia berfirman
maka Ia akan memampukan kita untuk sanggup melakukannya. Apakah kita mau? Mari
jadikan itu menjai budaya hidup kita, yaitu Tuhan, bukan yang lain, bukan
menurut Sang motivator A atau B, sang penulis A atau B tapai apa yang Tuhan
Firmankan. Dan FirmanNya itu sempurna adanya.
Akhir-akhir ini, kita
mendengar tingginya tingkat perceraian. Bahkan masalah-masalah muncul dan kian
rumit di tengah-tengah rumah tangga. Diperkirakan bahwa keluarga-keluarga yang
ada tidak sanggup menghadapi perkembangan zaman ini. Sehingga keluarga-keluarga
yang ada pada goyah, bahkan retak dan hancur berkeping-keping. Ini semua
terjadi karena setiap orang berusaha sendiri dengan kekuatan mereka untuk
membangun sebuah keluarga yang bahagia.
Hari ini firman Tuhan
menjelaskan bagaimana mengatasi masalah-masalah keluarga yang sedang timbul.
Bahkan membangunnya menjadi sebuah keluarga yang harmonis. Kuncinya adalah
dimulai dari laki-laki sebagai kepala keluarga. Firman Tuhan menjelaskan bahwa
laki-laki harus takut kepada Tuhan. Jika suami ini takut kepada Tuhan. Allah
akan mengubah istrinya menjadi istri yang tunduk kepada suami. Demikian juga
anak-anak akan patuh dan menghormati orang tua.
Pertengkaran yang
sering terjadi adalah suami istri saling mengatur. Sedangkan mereka tidak dapat
mengatur dirinya sendiri. Kita harus jujur tidak bisa mengatur satu dengan yang
lain. Karena mengatur dirinya sendiri saja tidak bisa. Jika seorang salah satu
dari kita takut akan Tuhan. Tuhan sendiri yang akan membentuk pasangan dan
anak-anak kita. Bahkan Tuhan sendiri yang akan membangun keluarga kita menjadi
sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis.
Dimulai dari suami
yang takut akan Tuhan. Sebuah keluarga tercipta oleh karya Tuhan sendiri dan
bukan usaha kita.
Percakapan dari hati
ke hati antar anggota keluarga sangat penting guna membangun saling pengertian
dan hidup keluarga yang rukun. Yonatan mau memastikan keberadaan hati ayahnya,
Saul. Dengan membangun komunikasi, Yonatan berharap memperoleh informasi
berharga tentang niat dan rencana ayahnya kepada Daud. Yonatan sendiri mau
menjadi komunikator yang jujur sehingga apapun kebenarannya dapat diteruskan
tanpa ada sensor atau rekayasa.
Komunikasi pasti
membutuhkan waktu dan kejujuran dari semua pihak.
Pendapat dan
penilaian pihak luar dapat menyimpang jika secara internal kita mengenali
suami, istri dan anak-anak kita dengan baik. Keluarga selalu menjadi sasaran
kuasa kegelapan guna menghancurkan lembaga yang diciptakan Allah. Serangan
utama tentu ditujukan kepada imam dalam keluarga, yakni ayah atau bapak.
Mengabaikan fungsi rohani itu berarti membiarkan hidup keluarga berada dalam
jurang kehancuran. Keluarga yang mengambil keputusan bercerai, menjadi contoh
buruk tentang mandulnya fungsi rohani seorang ayah sebagai imam keluarga.
Komunikasi dengan
hati, dengan perasaan perlu dikembangkan dalam pola percakapan keluarga. Sikap
otoriter dan masa bodoh, tidak menolong masa depan keluarga. Komunikasi satu arah
hanya mendatangkan salah pengertian dan sakit hati. Satu mulut dan dua telinga,
mengingatkan kita untuk banyak mendengar ketimbang berbicara. Baiklah
perkataan-perkataan kita memberkati semua orang daripada mendatangkan kepahitan
dan pertengkaran. Dari Berbagai Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar