Rabu, 26 Oktober 2016

MEMBANGUN KELUARGA YANG HARMONIS




“Isterimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu! Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan TUHAN.” Mazmur 128:3-4
Membangun itu sesuatu yang di mulai dari bawah, ada dasarnya ada struktur bangunannya, ada bangunan yang didirikan. Untuk membangun yang paling utama adalah dasarnya, dasar yang kokoh maka akan ada bangunan kokoh yang berdiri di atasnya.
Untuk meliki keluarga Kristiani yang takut akan Tuhan, kita harus memulai dari dini, didasari akan kebenaran Firman Tuhan, di kokohkan dengan doa-doa, dibangun dengan kasih.
Bagaimana caranya kita membangun budaya Kristen dalam keluarga kita? Firman Tuhan menjelaskan kepada kita dimulai dari orangtua yang mempunyai hati takut akan Tuhan, lalu kemudian di turunkan kepada generasi berikutnya dengan membicarakan tentang Tuhan, mengajarkan tentang Tuhan, dalam segala situasi, ketika membicarakan tentang sekolah, tentang teman bergaul mereka, tentang masa depan mereka, bahkan ketika menegur mereka, selalu menyertakan Firman Tuhan. Namun ingat bukan sebagai hakim yang menghakimi tetapi dinyatakan dengan hikmat Tuhan. Caranya? Tentu saja melalui diri kita terlebih dahulu yang harus memiliki hubungan dengan Tuhan secara pribadi. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, ketika Ia berfirman maka Ia akan memampukan kita untuk sanggup melakukannya. Apakah kita mau? Mari jadikan itu menjai budaya hidup kita, yaitu Tuhan, bukan yang lain, bukan menurut Sang motivator A atau B, sang penulis A atau B tapai apa yang Tuhan Firmankan. Dan FirmanNya itu sempurna adanya.
Akhir-akhir ini, kita mendengar tingginya tingkat perceraian. Bahkan masalah-masalah muncul dan kian rumit di tengah-tengah rumah tangga. Diperkirakan bahwa keluarga-keluarga yang ada tidak sanggup menghadapi perkembangan zaman ini. Sehingga keluarga-keluarga yang ada pada goyah, bahkan retak dan hancur berkeping-keping. Ini semua terjadi karena setiap orang berusaha sendiri dengan kekuatan mereka untuk membangun sebuah keluarga yang bahagia.
Hari ini firman Tuhan menjelaskan bagaimana mengatasi masalah-masalah keluarga yang sedang timbul. Bahkan membangunnya menjadi sebuah keluarga yang harmonis. Kuncinya adalah dimulai dari laki-laki sebagai kepala keluarga. Firman Tuhan menjelaskan bahwa laki-laki harus takut kepada Tuhan. Jika suami ini takut kepada Tuhan. Allah akan mengubah istrinya menjadi istri yang tunduk kepada suami. Demikian juga anak-anak akan patuh dan menghormati orang tua.
Pertengkaran yang sering terjadi adalah suami istri saling mengatur. Sedangkan mereka tidak dapat mengatur dirinya sendiri. Kita harus jujur tidak bisa mengatur satu dengan yang lain. Karena mengatur dirinya sendiri saja tidak bisa. Jika seorang salah satu dari kita takut akan Tuhan. Tuhan sendiri yang akan membentuk pasangan dan anak-anak kita. Bahkan Tuhan sendiri yang akan membangun keluarga kita menjadi sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis.
Dimulai dari suami yang takut akan Tuhan. Sebuah keluarga tercipta oleh karya Tuhan sendiri dan bukan usaha kita.
Percakapan dari hati ke hati antar anggota keluarga sangat penting guna membangun saling pengertian dan hidup keluarga yang rukun. Yonatan mau memastikan keberadaan hati ayahnya, Saul. Dengan membangun komunikasi, Yonatan berharap memperoleh informasi berharga tentang niat dan rencana ayahnya kepada Daud. Yonatan sendiri mau menjadi komunikator yang jujur sehingga apapun kebenarannya dapat diteruskan tanpa ada sensor atau rekayasa.
Komunikasi pasti membutuhkan waktu dan kejujuran dari semua pihak.
 Pendapat dan penilaian pihak luar dapat menyimpang jika secara internal kita mengenali suami, istri dan anak-anak kita dengan baik. Keluarga selalu menjadi sasaran kuasa kegelapan guna menghancurkan lembaga yang diciptakan Allah. Serangan utama tentu ditujukan kepada imam dalam keluarga, yakni ayah atau bapak. Mengabaikan fungsi rohani itu berarti membiarkan hidup keluarga berada dalam jurang kehancuran. Keluarga yang mengambil keputusan bercerai, menjadi contoh buruk tentang mandulnya fungsi rohani seorang ayah sebagai imam keluarga.
Komunikasi dengan hati, dengan perasaan perlu dikembangkan dalam pola percakapan keluarga. Sikap otoriter dan masa bodoh, tidak menolong masa depan keluarga. Komunikasi satu arah hanya mendatangkan salah pengertian dan sakit hati. Satu mulut dan dua telinga, mengingatkan kita untuk banyak mendengar ketimbang berbicara. Baiklah perkataan-perkataan kita memberkati semua orang daripada mendatangkan kepahitan dan pertengkaran. Dari Berbagai Sumber

Tidak ada komentar: