Kebanyakan orang kalau
diingatkan akan kesalahannya tidak akan mau, apalagi yang mengingatkan itu
adalah seorang yang lebih muda atau seorang yang lebih rendah kedudukannya
dalam lembaga atau dalam sistem masyarakat. Bisa-bisa orang yang mengingatkan
kesalahan orang lain itu akan dibenci atau dimusuhi. Contoh: Ada seorang pemuda
gereja yang protes terhadap kinerja majelis gerejanya yang kurang memperhatikan
Komisi Pemuda, dalam suatu kesempatan pemuda itu menyampaikan keluhannya dan
mengingatkan kepada majelis bahwa para pemuda juga adalah warga gereja yang
harus diperhatikan, para pemuda juga merupakan warga gereja yang memiliki hak
dan tanggungjawab yang sama dengan warga gereja yang lain. Tetapi apa yang
pemuda ini dapatkan, bukanlah suatu ucapan terimakasih maupun jawaban yang
memuaskan, tetapi sebuah statement yang mengecewakan. “Anak muda kok crewet,
sudah tahu, apakah kalian tidak tahu bahwa pekerjaan majelis banyak.” Akibatnya
si pemuda tadi jarang dilibatkan dalam kegiatan gereja, karena takut banyak
bicara dan dianggap crewet. Tetapi inilah yang terjadi bahwa sebenarnya manusia
itu memiliki kecenderungan tidak mau diingatkan oleh orang lain.
Di sisi lain pada
jaman sekarang ini banyak juga orang yang enggan mengingatkan kesalahan orang
lain; acuh-tak-acuh; bukan urusan saya; yang penting saya aman, saya tidak
salah, dsb, atau karena takut mengingatkan, budaya ewuh-pekewuh (segan).
Contoh: Ada seorang warga gereja yang menjadi pejabat pemerintah, orang ini
baik hati, suka menolong orang lain, ramah, rajin ke gereja. Tetapi orang ini
juga terkenal sebagai pejabat yang korup. Pada suatu waktu orang ini akan
menyumbang kepada gereja untuk pembangunan gedung. Apa sikap gereja terhadap
orang ini? Di satu sisi orang tersebut adalah koruptor, tentu saja kekayaannya
juga berasal dari hasil korupsinya dan itu adalah dosa. Dan kalau gereja mau
menerima uang itu berarti gereja memaklumi akan tindakan korupsi, bisa
dikatakan sebagai money laundry. Sedangkan ketika gereja mau menolak dan
mengingatkan orang itu, majelis merasa segan dan takut karena ia pejabat
tinggi. Di sisi lain gereja juga membutuhkan banyak uang untuk pembangunan. Lalu
apa yang harus dilakukan oleh gereja?
Jemaat yang terkasih di
dalam Tuhan,
Nats
Firman dari Yehezkiel 33:7-11
mengingatkan akan tugas panggilan kita
sebagai hamba-hamba Tuhan untuk mengingatkan saudara-saudara kita yang
hidup di dalam dosa supaya kembali bertobat. Dalam bacaan ini Yehezkiel diberi
tugas oleh Allah untuk menjaga umat Israel dari kejatuhan dalam dosa dan
ketidaktaatan. Ia diperintahkan untuk memperingatkan umat Israel yang berbuat
jahat supaya bertobat, dan ketika mereka tidak bertobat mereka akan mati,
tetapi ketika umat Israel berbuat jahat dan Yehezkiel tidak memperingatkan
mereka sehingga mereka tidak bertobat, maka orang jahat itu akan mati dan
Yehezkiel pun dimintai pertanggungan jawab atas kematian itu.
Dari
sini kita belajar bahwa kita sebagai umat Allah supaya saling menjaga, yaitu
dengan saling mengingatkan. Kalau ada saudara kita yang berbuat salah, berbuat
dosa, menjauh dari kehidupan dengan Tuhan, maka sudah menjadi kewajiban kita
saudara seiman untuk mengingatkannya. Tentu dalam kapasitas sebagai manusia
biasa yang tidak terluput dari kesalahan juga, artinya kita pun bisa jatuh
dalam kesalahan dan dosa yang sama. Dan bukan berarti juga seorang yang
mengingatkan memiliki kedudukan yang lebih tinggi, atau lebih suci. Oleh sebab
itu dalam kita mengingatkan orang yang berdosa itu bukan dalam rangka
menghakimi mereka, tetapi menyelamatkan mereka, yaitu supaya mereka terbebas
dari penghukuman karena dosa-dosa mereka
sebab Tuhan berkata:
“Aku
tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang
fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup”. Ini adalah Firman Tuhan bagi
umatNya yang hidup dalam dosa. Tuhan menetapkan Yehezkiel menjadi penjaga
umat Israel, yaitu memperingatkan mereka agar berpaling dari dosa untuk
menerima keselamatan dari Allah.
Pertobatan
menjadi pintu keselamatan bagi umatNya yang masih hidup dalam keberdosaan,
karena Tuhan tidak begitu saja melupakan umatNya yang walaupun hati mereka
telah berpaling dari Tuhan. Seruan pertobatan tidak lain adalah kasih Allah
yang begitu besar kepada umatNya, betapapun besar dosa umatNya namun
keselamatan terbuka bagi mereka. Ini menjadi tugas Yehezkiel untuk memastikan
bahwa semua umat Israel menerima peringatan ini. Dalam seruan pertobatan kita
dapat melihat betapa besar kasih Allah kepada umatNya, supaya umatNya tidak
binasa dalam keberdosaanNya.
Demikianlah
kita juga setiap
orang yang telah percaya kepada Kristus,
kita menerima kasih Allah yang besar melalui pengorbanNya di kayu salib,
telah membuka bagi kita keselamatan Tuhan.
Melalui nas ini kita
akan memasuki lebih dalam lagi makna kasih Allah yang dicurahkanNya kepada kita
orang-orang percaya, seperti perintah Tuhan Yesus “Kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri” (Mat. 22:39). Jika kita telah menerima
kasih Tuhan, maka orang lain juga memerlukan kasih Tuhan agar kita sama-sama
diselamatkan. Kasih itu tidak egois yang hanya memikirkan keselamatan diri
sendiri tetapi keselamatan orang lain.
Tuhan
mencurahkan kasihNya
yang besar bagi kita supaya kita juga dapat mengasihi sesama kita. Sehingga
bagaimana mungkin kita hanya memikirkan keselamatan diri sendiri tanpa perduli
keselamatan orang lain. Kasih Allah yang perduli kepada kita orang yang berdosa
haruslah kita nyatakan dalam kehidupan kita, supaya kita juga menyatakan kasih
kita bagi mereka yang masih hidup dalam dosa yakni bagi mereka yang
langkah-langkah kehidupannya masih jauh dari perintah Tuhan. Tuhan Yesus mengajarkan bagi kita dalam
Lukas 17:3 “Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia
dan jikalau ia menyesal ampunilah dia”. Ini adalah perintah Tuhan Yesus yang
harus kita nyatakan dalam kehidupan kita ketika kita mendapati bahwa ada
saudara kita yang hidupnya telah menjauh dari perintah Tuhan.
Sehingga makna kasih
jauh lebih dalam lagi yang tidak sekedar mematahkan sikap negatif dan
mencurahkan sikap yang positif bagi orang lain, sebab jauh lebih dari itu bahwa
Tuhan memakai hidup kita menjadi “penjaga” saudara kita agar tidak menjauh dari
perintah Tuhan. Seperti halnya Yehezkiel yang ditugaskan oleh Allah
memberitakan keselamatan bagi orang yang berdosa, demikian halnya kepada kita
diberi tugas untuk senantiasa menegor saudara kita jika jalan hidupnya telah
jauh dari Tuhan. Dalam Galatia 6:1
Paulus menyampaikan:
“Saudara-saudara,
kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani,
harus MEMIMPIN ORANG ITU KE JALAN YANG BENAR dalam roh lemah lembut,
sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan”.
Tuhan
menuntut kasih kita nyata bagi orang lain. Supaya kita jangan justru senang melihat orang jatuh
ke dalam dosa dan merasa diri lebih benar dari orang lain. Namun baiklah kita dapat saling menolong dalam kelemahan saudara-saudara
kita. Sehingga kita memiliki tanggungjawab untuk menegur saudara kita yang
melakukan dosa, bukan sebaliknya menjadi bahan pembicaraan (gosip) yang tidak
membangun kerohanian satu dengan yang lain. Teguran itu adalah karena kasih
kita kepada saudara kita bukan sebaliknya dengan sengaja menyampaikan teguran
justru adalah karena wajud kebencian dan kemarahan untuk menjatuhkan seseorang.
Ada beberapa kendala
yang mungkin akan kita hadapi ketika memberikan teguran kepada saudara kita
yang melakukan dosa:
Takut menegur karena
dapat menyebabkan kesalahpahaman yang membuat hubungan kita tidak baik
dengannya.
Perbuatan dosa yang
dilakukannya adalah tanggungjawabnya sendiri dan bukan tanggungjawab kita
Kita tidak tahu bagaimana
caranya untuk menegur dengan baik
Kita merasa percuma
memberikan teguran, karena tetap saja tidak akan ada pengaruhnya
Ada status dalam
sosial maupun adat yang mungkin membuat kita sulit memberikan teguran
Untuk menyampaikan
teguran maupun peringatan memang memiliki seni tersendiri, bagaimana kita dapat
memasuki kehidupan seseorang dengan tata krama yang sopan dan santun yang
dilandasi oleh kasih. Yang pasti bahwa kita mesti memiliki keperdulian terhadap
sesama, ada motivasi dalam diri ingin menyatakan kasih kepada sesama kita.
Sehingga kita membangun persekutuan yang saling menopang dan membangun di dalam
kebenaran Tuhan. Dengan demikian Tuhan perintahkan kita bukan untuk saling
menghakimi, justru sebaliknya untuk saling menolong dan mendoakan untuk hidup
bersama di dalam kebenaran dan kasih Tuhan.
Dan marilah kita
saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam
pekerjaan baik
Ibrani 10:24. Amen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar