Rabu, 13 Agustus 2014

Khotbah Kebaktian Rumah. Tangga 1 Raja-raja 19:9-18

Di tengah berbagai kesulitan, ketika badai hidup menerjang, apakah kita merasa hidup ini seolah-olah gelap sama sekali...? Kita lalu merasa sebagai orang yang paling malang di dunia ini. Baiklah kita sejenak berdiam diri. Kita fokuskan pikiran kita kepada hal-hal yang indah dalam hidup ini, mungkin kicau burung yang merdu, atau tawa riang anak-anak di sekitar kita, atau juga para sahabat yang selalu mendukung kita. Percayalah, kita akan menemukan kenyataan bahwa hidup kita tidaklah sekelam yang kita duga. "Ruang putih" dalam kertas hidup kita masih jauh lebih luas di banding satu titik hitam beban yang ada di situ.
Siapa yang tidak pernah putus asa? Bahkan Alkitab menceritakan pada kita bahwa nabi Elia, yang dipakai Tuhan secara luar biasa, dapat menjadi putus asa! Ya, Elia putus asa dan meminta mati setelah lari dari ancaman un Izebel, permaisuri raja Ahab (19:1-4). Elia ketakutan karena diancam akan dibunuh, melarikan diri kepdang guru dan minta mati kepada Tuhan. Pernah meminta mati saatpergumulan berat Saudara alami? Tentu saja ini bukan sikap yang benar, tetapi tetapi toh kita pernah atau bahakan diantara kita ada yang sedang mengalaminya. Tetapi kisah ini mengingatkan kita untuk TIDAK tetap dalam keputusasaan, mengapa? Pertama, karena Tuhan kita Yesus Kristus tidak akan pernah meninggalkan anak-anakNya! (lebih jelas dalam penjelasan khotbah Saya). Jangan putus asa sebab Tuhan Yesus tetap ada bagi Saudara! Kedua,karena ada bahaya yang menanti kita di balik setiap keputusaan. Keputusaasaan berbahaya bagi kita. Mari kita renungkan apa yang dialami Elia ketika ia ada dalam pergumulan berat hingga mengalami putus asa. Dan kita akan memperhatikan apa yang dikatakan Elia dalam ayat 10 dan 14. 
1.   Keputusasaan Menyebabkan Kita Salah Menilai Allah. 
Ketika Tuhan Allah bertanya pada Elia “Apakah kerjamu di sini?”, maka Elia menjawab “Bekerja segiat-giatnya bagi Allah!” (lihat ayat 10). Benarkah? Tidak, dia sedang melarikan diri! Elia tidak mengakui kelemahannya, justru balik menyerang Tuhan. Elia berkata bahwa dirinya bekerja sendirian, sedangkan Tuhan tidak berbuat apa-apa! Elia menunjukkan bahwa hanya dia yang bekerja sendiri, lihat saja semua orang Israel murtad, mezbah-mezbahnya diruntuhkan, semua nabi dibunuh dan dirinyapun diancam! Dimana Tuhan saat ini? Ini yang ditanyakan Elia. Elia salah menilai Tuhan. Dia beranggapan bahwa dia hanya bekerja sendirian, Allah tidak peduli! Bukankah ini yang kita alami jika kita menghadapi pergumulan yang berat dan mulai putus asa. Kita merasa bergumul sendirian! Padahal Tuhan Yesus tidak pernah membiarkan kita bergumul sendiri, Dia ada seperti kehadiranNya dan menanyakan “Apa yang sedang kita kerjakan di sini?” Tinggalkan putus asa, lihat Tuhan tidak membiarkan Saudara bergumul sendiri. Datanglah pada Tuhan Yesus dan sampaikan kondisi Saudara dengan jujur.

2. Keputuasaan Menyebabkan Kita Salah Menilai Kondisi di SekitarKita.
Rasa putus asa menyebabkan Elia memandang pergumulannya sangat berat dan laporannya pada Tuhan-pun jadi tidak tepat bahkan berbeda dengan kenyataannya! Perhatikan laporan Elia dan keadaan yang sebenarnya di bawah ini (ayat 10, 14). 
Jangan terus dalam keputusasaan, kita jadi sulit melihat kenyataan yang sebenarnya yang seringkali tidak seburuk yang kita lihat dalam ‘kacamata’ keputusasaan. Bangkit dan bersemangatlah dalam Tuhan Yesus ada kekuatan dan pertolongan!
3. Keputusasaan Menyebabkan Kita Tidak Dapat Melihat CampurTangan Tuhan Dalam Hidup Kita.
Keputusasaan Elia membuatnya tidak melihat tangan Tuhan yang sejak mulanya menjangkau hidupnya. Bahkan saat Elia takut dan putus asa, Allah sudah mengulurkan tanganNya untuk menolong, sayangnya Elia sudah dibutakan oleh rasa putus asanya. Bukankah murid-murid Tuhan Yesus mengalami hal yang sama ketika perahu mereka digoncang badai dan hampir tenggelam? Mereka juga tidak mampu melihat Tuhan yang datang dan menyebut Tuhan sebagai hantu! Tuhan tahu pergumulan Eli dan Tuhan bertindak! Bayangkan saja malaikat datang dan memberi makanan dan air untuk diminum (19:5). Seharusnya kehadiran malaikat sangat menguatkan Elia, tetapi tidak demikian itu ‘biasa saja’ bagi Elia. Apakah ada makanan dan minuman yang seajaib yang diterima Elia dari Tuhan? (19:6-8)Munculnya ajaib dan dampaknyapun ajaib, Elia dapat berjalan 40 hari ke gunung Horeb! Tapi itu juga nampaknya tidak menguatkan Elia. Terakhir, Tuhan berfirman dan hadir! Elia masih juga putus asa, nampak dari jawabannya pada Tuhan! (19:9-18). Inilah bahaya putus asa. Putus asa menutup mata dan telinga kita untuk dapat melihat campur tangan Tuhan dalam hidup kita. Tuhan Yesus tidak pernah membiarkan dan meninggalkan anak-anakNya! Ini yang Saya temukan di Alkitab dan Saya percayai, seperti halnya Elia tidak pernah ditinggalkanNya! Lihatlah, jika kita ada sampai hari ini, bukankah karena kekuatan dan kasih Tuhan Yesus? Perhatikan, Tuhan hadir dan berbicara kepada kita lewat firmanNya entah saat renungan pribadi atau di gereja. Bukankah Dia menyapa dan menguatkanSaudara? 
Ada yang berputus asa hari ini? Awas, keputusasaan menyebabkan kita salah menilai Allah, salah menilai kondisi yang sebenarnya dan menghalangi mata dan hati kita untuk melihat campur tangan Tuhan dalam hidup kita. Bangkit dan bersemangatlah, karena sebenarnya Tuhan kita, Yesus Kristus, tidak pernah membiarkan dan meninggalkan kita bergumul sendirian. Dia ada bagi kita. Bersemangatlah! Amen
Dari Berbagai sumber


Tidak ada komentar: