Selasa, 19 November 2013

"LAYANILAH TUHAN DENGAN KERENDAHAN HATI." II Kor. 11:16-17

Pengantar Kita akan sulit memahami nats ini jika kita tidak membacanya secara keseluruhan dari awal Surat Paulus Yang Kedua Kepada Jemaat di Korintus ditulis pada masa yang sulit dalam hubungan Paulus dengan jemaat itu. Ada anggota-anggota dari jemaat itu yang rupanya telah menentang Paulus dengan keras karena mereka dipengaruhi oleh oramg-orang yang menyebut diri mereka sebagai rasul yang benar dan menuduh Paulus sebagai rasul palsu. Dalam bagian pertama suratnya ini Paulus menguraikan tentang hubungannya dengan jemaat di Korintus. Ia menjelaskan di situ mengapa ia mengecam dengan keras perlawanan dan celaan terhadap dirinya yang dilakukan oleh jemaat itu. Dalam nats ini Paulus mengemukakan pembelaan dirinya mengenai kedudukannya sebagai rasul terhadap beberapa orang di Korintus yang menganggap diri sendiri rasul sejati, dan menuduh Paulus sebagai rasul palsu. Pembelaan Paulus mengenai ke rasul-annya dapat kita lihat mulai pasal 10:1--13:10. Penjelasan Jika kita perhatikan dalam pasal 10, ternyata ada pihak-pihak di Korintus yang menuduh bahwa Paulus hanya berani berdebat tentang injil lewat surat-suratnya, namun tidak berani untuk berhadapan langsung. Ada yang berkata, "Surat-surat Paulus itu tegas dan berwibawa, tetapi kalau ia sendiri berada di tengah-tengah kita, pribadinya lemah dan kata-katanya tidak berarti apa-apa!" Menanggapi hal itu, Paulus menjawab dengan rendah hati bahwa sebenarnya apa yang sampaikannya melalui surat juga sama dengan apa yang diucapkannya ketika berhadapan muka. Lihat Pasal 10:11 : Tetapi hendaklah orang-orang yang berkata demikian menginsafi, bahwa tindakan kami, bila berhadapan muka, sama seperti perkataan kami dalam surat-surat kami, bila tidak berhadapan muka. Ada yang menuduh bahwa Paulus bukan rasul sejati karena mengajarkan kebodohan (bnd 1 Kor 1:18-23), Hal ini disebarkan oleh rasul-rasul palsu yang menebarkan ajaran injil yang berbeda (11:4). Menanggapi hal itu, Paulus tidak marah, tetapi dengan lembut dan rendah hati justru mengatakan dalam ayat 1 : Jika saya bodoh, Alangkah baiknya, jika kamu sabar terhadap kebodohanku yang kecil itu. Tetapi dalam ay. 3 dikatakan : “Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.” (Alai biar do rohangku, so tung diago maon pingkiranmuna, manadingkon bulus ni roha maradophon Kristus, suman tu na pinaotooto ni ulok i si Haoa marhitehite angkalna i). Sebab rupanya kalian senang saja menerima orang yang datang kepadamu dan mengajar tentang Yesus yang lain -- bukan Yesus yang kami perkenalkan kepadamu. Dan kalian mau juga menyambut roh dan "kabar baik" yang sama sekali berlainan dengan Roh Allah dan Kabar Baik yang pernah kalian terima dari kami. Kemudian dalam ay 6 Paulus berkata, Mungkin saya kurang pandai berbicara, tetapi mengenai pengetahuan, saya bukan orang yang bodoh.Apa yang saya lakukan sekarang akan terus saya lakukan supaya "rasul-rasul" yang lain itu tidak punya alasan untuk membesar-besarkan diri dan berkata bahwa mereka bekerja seperti kami. Orang-orang seperti itu adalah rasul-rasul palsu. Mereka pekerja-pekerja yang mengelabui orang dengan menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. Tidak heran mereka berbuat begitu, sebab Iblis sendiri pun menyamar sebagai malaikat terang! Jadi tidak aneh juga kalau pelayan-pelayan Iblis menyamar sebagai pelayan-pelayan yang melakukan kehendak Allah. Akhirnya mereka juga akan menerima balasan yang sepadan dengan segala perbuatan mereka. (Ay. 12-15). Dalam nats ini Paulus mengulangi kembali perkataanya : 11:16 Saya ulangi sekali lagi: Jangan sampai ada yang menganggap saya bodoh. Tetapi kalau kalian toh menganggap saya begitu, perkenankanlah saya yang bodoh ini berbangga juga sedikit. 11:17 Berikut ini akan saya sebutkan kebanggaan saya, tetapi bukan Tuhan yang menyuruh saya mengatakan itu. Dalam hal ini saya sungguh-sungguh berbicara seperti orang bodoh. Paulus kemudian menyindir jemaat itu dengan mengatakan bahwa sebenarnya bukan Paulus yang lemah dan bodoh seperti tuduhan mereka, tetapi justru adalah mereka sendiri. Dikatakan di Ay. 19-20 : Kalian dengan senang hati bersabar terhadap orang yang bodoh, karena kalian merasa diri begitu pandai! Kalian membiarkan saja kalau orang memperbudak kalian, atau memeras dan mengambil keuntungan dari kalian, atau merasa diri lebih tinggi dari kalian dan berani menampar kalian. Paulus mengatakan jika rasul-rasul palsu itu membanggakan dirinya sebagai orang Ibrani dan keturunan Abraham, saya juga orang Ibrani (Ay. 22). Dengan kata lain Paulus ingin mengatakan mengapa kamu lebih percaya mereka daripada saya. Paulus menjelaskan bukti-bukti bahwa jika rasul-rasul palsu itu membanggakan dirinya karena kelebihan mereka dalam hal-hal duniawi, dia juga bisa membangakan dirinya akan hala rohani (Tetapi Paulus menyebut itu sebagai suatu kebodohan, Sattabi, haotoon do hatangki). Paulus menjelaskan bahwa kebanggaan dia adalah bahwa untuk pemberitaan injil dia rela mengalami berbagai penderitaan (Ay. 23, dst). Dengan kata lain bahwa Paulus tidak pernah memen tingkan dirinya sendiri. Tetapi Paulus mengatakan bahwa dia tidak mau memuji dirinya sendiri karena itu, kalaupun dia memuji diri biarlah memuji atas kelemahan. Ay.30 “Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku”. Renungan Kita semua terpanggil untuk memberitakan injil, tetapi panggilan itu ada yang secara umum (Vocatio Generalis) dan panggilan khusus (Vocation Spesialis). Artinya, Panggilan secara umum adalah kepada semua orang (Itu yang disebut dalam 1 Petrus 2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.Dan ada panggilan khusus (Pendeta, Guru Jemaat,Sekretaris, Bendahara, Diakones, Sintua, dll.) Dengan kata lain kita semua adalah Pelayan (Parhobas) Tuhan dalam setiap bidang profesi kita masing-masing. - Oleh karena itu, nats ini mengajarkan kepada kita untuk bersikap seperti Paulus : Menyadari bahwa jika kita terpanggil menjadi pelayan Tuhan, itu adalah panggilan Sorgawi, bukan panggilan dunia. Maka kita tidak boleh bangga (bermegah) karena perkara duniawi, tetapi kita bangga oleh karena kita dipanggil untuk perkara sorgawi. Pelayan Tuhan harus tetap rendah hati, jangan menganggap jabatan gerejawi sebagai suatu kebanggaan atas status social. Oleh karena itu jangan gampang tersinggung, jika disalahkan oleh jemaat atau diprovokasi. Terimalah setiap tantangan, hambatan dan cercaan sekalipun dalam pelayanan dan hidup kekritenan kita dengan kelembutan dan kesabaran. Karena apa yang kita alami belum seberapa dibandingan dengan pengalamam Paulus. AMIN

Tidak ada komentar: