Rabu, 09 Oktober 2013

"Khotbah Minggu 20 Oktober 2013" Markus 12: 28-34

HUKUM MANAKAH YANG PALING UTAMA ? Ini pertanyaan yang diajukan oleh kelompok paling saleh dari sebuah umat paling religius di bawah kolong langit. Mereka pasti tahu peraturan-peraturan agama yang ratusan jumlahnya. Agama Yahudi adalah agama hukum: untuk segala sesuatu ada peraturannya. Peraturan itu tidak asal dibuat: ada ahli untuk itu yakni Ahli Taurat. Pekerjaan mereka mengkaji hukum agar sesuai dengan kehendak Tuhan; umat Allah berusaha sekuat tenaga mengatur hidup pribadi, keluarga dan umat agar sejalan dengan Taurat (Pengajaran). Tetapi di dalam perjalanan waktu hidup keagamaan mereka tenggelam di dalam rutinitas, semua berjalan otomatis sesuai aturan. Hidup keagamaan umat menjadi tertib; semua berlangsung seperti biasa (as usual); aturan yang dilaksanakan otomatis kehilangan sukacita, tanpa gairah, tanpa perasaan. Semua berlangsung mekanistik. Umat paham betul tentang bagaimana mempercayai Tuhan, tahu betul seluk beluk ritual dan tahu bahwa kita wajib mengasihi sesama manusia. Namun mengasihi sesama lama-kelamaan direduksi (dikurangi) menjadi mengasihi hanya sesama orang Yahudi. Di luar umat tidak dianggap sesama. Ada juga perasaan bahwa mengasihi Tuhan lebih penting dari pada mengasihi sesama. Tuhan Yesus mencerahkan umat Allah dengan menegaskan kasih kepada Allah dan kepada sesama nilainya sama. Keduanya adalah hukum utama (ayat 31). Kedua hukum, mengasihi Allah dan mengasihi sesama, ibarat dua sisi dari satu mata uang. Kalau tanda pada satu sisi hilang, uang itu kehilangan nilai. Apa artinya ? Perhatikanlah betapa sering kita melihat orang sangat rajin mengikuti ibadah, senang mengenakan atribut keagamaan, amat bangga memperlihatkan bahwa dia penyembah Tuhan, dan fasih pula mengutip ayat-ayat Kitab Suci. Tetapi perhatikan praktik hidupnya setiap hari. Apakah ia mengurus keluarganya? Apakah ia suka menolong sesama? Mengaku beragama tetapi membenci orang lain, hanya setengah beragama! Mengaku beragama tetapi dengki melihat orang sukses, iri hati kalau orang hidup senang. Itu juga setengah beragama. Tuhan menghendaki keduanya serentak dan sejalan.; sama-sama berharga di mata Tuhan. Kalau kita mempraktikkan kedua hukum maka kita telah berada di jalur yang tepat (on the right track). Kasihilah Tuhan dan kasihilah sesama. Semua dengan perasaan! Pokok Khotbah: (1) Para pemimpin agama Yahudi solah-olah tidak pernah puas menguji Yesus dengan tujuan untuk mendapatkan kesalahan Yesus. Kali ini terjadi persekongkolan antara ahli Taurat dan orang Saduki yang biasa mereka sering berbeda pandangan namun untuk “menyerang” Yesus mereka bersatu. Isu yang mereka angkatkan adalah mengenai perintah yang terutama. Mereka ingin menguji Yesus apakah Ia menghargai hukum Musa. Yesus memberikan jawaban yang menarik. Walau diminta memberikan satu hukum yang dianggap terbesar, Ia menjawab dua hukum. Mengapa? Karena mengasihi orang lain adalah tindakan yang akan muncul bila orang mengasihi Allah. Kedua hukum ini saling melengkapi. Kita tidak dapat melakukan yang satu tanpa memenuhi yang lain. Hukum itu menyatakan kewajiban manusia kepada Allah dan tanggung jawab kepada sesama. (2) Selanjutnya Yesus mengatakan: Kasihilah Tuhan Allahmu dengan dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap akal budimu, dan dengan segenap kekuatanmu. Hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan rupanya merangkum seluruh diri manusia, karena hidup manusia yang berlandaskan kasih ditopang oleh hati, jiwa, akal budi dan juga kekuatan dirinya dalam hidup itu. Itu artinya mencintai Tuhan tidak boleh setengah-setengah. Pada kenyataannya sekarang seringkali, kasih kepada Tuhan menjadi nomor kesekian. Arus modernisasi dan teknologi yang pesat kini menyebabkan manusia lebih menyembah dan mencintai teknologi daripada Tuhan. Teknologi dijadikan dewa. Contoh nyata: orang bisa asyik BBM an saat ibadah berlangsung. (3) Disisi lain begitu banyak orang yang berkata mengasihi Tuhan, rajin berdoa, rajin ke gereja, baca Firman, memberi persembahan, namun membenci sesamanya, Yesus berkata: “ mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan." Kasih tidak bisa tergantikan oleh korban bakaran, tidak dapat tergantikan oleh hadiah seharga apapun. (4) Ketika ahli taurat mengungkapkan persetujuannya terhadap kata-kata Yesus, Yesus berkata: “engkau tidak jauh dari kerajaan Allah”. Seperti yang kita ketahui. Ahli taurat adalah orang-orang yang sangat tidak menyukai keberadaan Yesus. Yesus tahu bahwa mereka tidak menyukai apa yang Ia lakukan. Tapi Yesus tidak pernah membenci ahli taurat terebut. Justru Yesus memandang ia sebagai seorang yang bijaksana, dan mengatakan bahwa ia tidak jauh dari kerajaan Allah. Ia tidak membenci dan mendendam terhadap ahli taurat tersebut. Sikap Yesus ini seharusnya juga menjadi sikap kita, terlebih saat kita berhadapan dengan orang yang mungkin membenci kita atau yang tidak menyukai kita. Kebencian dan dendam adalah dua hal yang dapat menutup diri kita sehingga kita tidak mampu member cinta kasih kita pada sesama kita. PENUTUP Kasih itu mencakup kasih kepada Tuhan dan sesama. Sepanjang hidupnya Yesus sangat menekankan tema kasih ini baik dalam pewartaan maupun tindakannya. Kita tahu dalam injil Yesus banyak melakukan mujizat. Mujizat yang dilakukan ini Yesus ini bukan karena ia ingin dikenal sebagai penyembuh tetapi pertama-tama ia lakukan karena ia mengasihi manusia. Akhirnya, jadikanlah Kasih sebagai jantung dalam hidup kita. Jantung yang dapat membuat hidup kita lebih hidup. Kasih akan membuat hidup kita menjadi lebih damai. Amin

Tidak ada komentar: