Perdamaian sangat dibutuhkan pada jaman ini, bagaimana kita bisa berdamai dengan sesama, dengan Tuhan dan diri sendiri.Semua ini hanya dapat kita peroleh dari Dia dan FirmanNya sebagai Madu Surgawi.
Selasa, 13 Agustus 2013
Khotbah Minggu 08 September 2013. "Matius, 7: 15-23"
Nabi-nabi palsu ada di tengah jemaat
Yesus berkata kepada para muridnya, "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu." Orang-orang itu akan masuk ke tengah jemaat dengan memakai bulu domba. Namun di balik jubah domba itu, jauh di dalam hati mereka, mereka itu ganas dan kejam. Mereka ganas, rakus dan serakah sama seperti serigala.
Dari luarnya para nabi palsu itu akan terlihat persis seperti domba. Jika Anda mengamati mereka di tengah kawanan domba, Anda tidak akan dapat membedakan mana domba dan mana serigala. Inilah hal yang menakutkan karena Anda tidak tahu bahwa di bawah jubah domba itu, mereka sebenarnya adalah serigala yang ganas. Seperti contoh klasik dari Yunani, mereka itu seperti kuda Troya yang berhasil menyusup ke dalam kota musuh. Dari luar, yang terlihat adalah sebuah patung kuda yang sangat besar dan tidak berbahaya. Penduduk kota menemukan kuda ini di luar pintu gerbang kota lalu membawanya masuk tanpa mengetahui bahwa di dalam patung itu bersembunyi pasukan musuh yang bersenjata lengkap. Demikianlah kota Troya akhirnya jatuh ke tangan musuh.
Yesus telah mengingatkan kita bahwa, "Tidak semua yang terlihat seperti domba adalah domba." Alkitab menggambarkan orang Kristen sebagai domba. Jadi, jika Yesus berkata bahwa mereka terlihat seperti domba, itu berarti bahwa mereka terlihat benar-benar seperti orang Kristen. Yang paling menyedihkan adalah bukan hanya orang non-Kristen, tetapi orang Kristen sekalipun tidak dapat membedakan mereka. Karena itu, ketika domba palsu ini mengeluarkan taring serigala mereka dan mulai memangsa domba-domba yang lain, maka orang non-Kristen akan berkata, "Lihat apa yang dilakukan oleh kalian orang-orang Kristen." Bagaimana Anda dapat berkata kepada mereka, "Yang ini bukan orang Kristen tapi serigala"?
Dari peringatan Yesus ini, kita dapat melihat bahwa musuh yang berada di luar itu tidak seberapa berbahaya dibandingkan dengan musuh yang berada di dalam jemaat. Terhadap serigala yang berada di luar, si gembala bisa bersiaga dan melindungi kawanan dombanya. Namun, biasanya, serigala yang berada di tengah kumpulan domba baru ketahuan setelah terlambat. Pada saat ketahuan, mereka sudah menelan beberapa domba.
Tuhan Yesus menggambarkan para nabi palsu seperti domba yang halus dalam penampilannya, namun sesungguhnya keberadaannya sangat mengancam seperti serigala buas. Yang dimaksud dengan nabi palsu di sini adalah orang –orang yang mengaku diutus Tuhan, padahal sebenarnya tidak. Tuhan mengatakan bahwa untuk membedakan mana yang domba dan mana yang serigala adalah dengan memperhatikan buah yang dihasilkan dari tindakan/perkataan mereka. Sebab orang yang berasal dari Tuhan pasti akan menghasilkan buah yang baik, demikian pula sebaliknya. Bukan setiap orang yang berseru, Tuhan, Tuhan!, atau yang bernubuat demi nama Tuhan, mengusir setan demi nama Tuhan dan mengadakan banyak mujizat yang Tuhan cari, melainkan orang-orang yang melakukan kehendak Allah dengan taat, dengan takut akan Tuhan. Sehingga akhirnya hidup dan pekerjaan orang itu menghasilkan buah. Berkaitan dengan suasana pergantian tahun, renungan hari ini mengajak kita mengevaluasi hidup kita sebagai orang Kristen. Walau kita bukan nabi palsu, namun Tuhan tetap tidak menghendaki adanya kepalsuan-kepalsuan dalam hidup kita. Tuhan menginginkan adanya kekonsistenan antara iman kita dengan perkataan, pengajaran, dan tindakan ketaatan kepadaNya. Tuhan menghendaki hidup kita makin hari makin serupa dengan ‘pohonnya’ yaitu Tuhan sendiri. Kita tidak disebut orang Kristen karena kita hidup di keluarga Kristen/daerah Kristen, karena kita melayani di Paduan Suara atau kepanitiaan dan komisi, karena kita tidak melakukan kejahatan, melainkan karena kita adalah anak-anak Allah. Dan itu berarti hidup kita terus dalam peningkatan kualitas untuk mencerminkan karakter Allah. Renungkanlah dalam hal-hal apa hidup Anda masih nampak jauh dari keserupaan dengan Kristus, apakah itu dalam cara-cara Anda menyatakan kemarahan, dalam mendidik putra-putri Anda, dalam kejujuran Anda? Jawaban Anda menjadi PR Anda untuk seterusnya agar kelak ketika kita berdiri di penghakiman Allah, kita kedapatan apa adanya, tanpa ada kepalsuan di hadapanNya.
Di mana ada nabi-nabi yang benar, di situ juga ada nabi-nabi palsu. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengingatkan agar waspada terhadap bahaya penyesatan dari nabi-nabi palsu. Ketika mereka berseru atas Nama Tuhan, mengusir setan dan melakukan mujizat demi nama Tuhan, orang yang melihatnya bisa dengan mudah tertipu. Ada nabi (hamba Tuhan) yang secara lahiriah tampak rohani dan benar, pada hal hatinya penuh dengan kemunafikan dan kedurjanaan (Mat. 23:28). Nabi yang menyamar layaknya seorang rasul Kristus, pada hal hati mereka dikuasai hawa nafsu, kebejatan, keserakahan, kepentingan diri sendiri. Yesus menggambarkan nabi palsu itu seperti domba dari luarnya, tetapi ternyata mereka adalah serigala yang sangat buas. Penampilan mereka tidak mudah dikenali, sehingga banyak orang yang terjebak, tertipu, dan disesatkan.
Bagaimana kita mengenal nabi palsu dengan nabi yang sejati? Untuk membedakan mana domba dan mana serigala, adalah dengan memperhatikan buah yang dihasilkan melalui tindakan atau perbuatan mereka. Pohon dikenal dari buahnya. Pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik, dan pohon yang tidak baik akan menghasilkan buah yang tidak baik pula. Demikianlah nabi yang benar (yang berasal dari Allah) pasti akan menghasilkan buah yang baik, dan yang tidak berasal dari Allah akan menghasilkan buah yang tidak baik. Nabi yang sejati memberitakan Firman Tuhan dengan benar, bukan untuk mencari puji-pujian bagi dirinya, bukan pula untuk memperkaya diri sendiri, melainkan untuk puji-pujian dan kemuliaan bagi Allah.
Yesus berkata: “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga”(ay.21). Banyak orang yang kelihatanya rajin, punya banyak aktivitas di gereja, rajin membaca firman Tuhan, aktif melayani, namun kelakuannya jauh dari kehendak Tuhan. Bahkan ada orang yang memanggil nama Yesus dan mengaku percaya kepada-Nya, namun kelakuanya tidak seperti orang yang percaya kepada Yesus. Kata-kata yang indah tidak menjamin perbuatan baik, tetapi iman yang sejati akan menghasilkan perbuatan-perbuatan yang baik (bnd. Gal 5:22). Tuhan tidak menghendaki adanya kepalsuan dalam hidup kita sebagai orang yang percaya kepada-Nya. Tuhan menginginkan adanya kekonsistenan antara iman kita dengan perbuatan. Amen
Khotbah Keb. R. Tangga 29 Ags 2013 LUKAS 13:10-17 "Anda Kerasukan Roh Apa"..?
Kisah Injil menarik untuk direnungkan. Yesus berjumpa dengan seorang perempuan yang sudah 18 tahun sakit sampai bungkuk punggungnya sehingga tidak lagi dapat berdiri dengan tegak. Kata orang keadaan perempuan itu yang demikian dipercaya karena dirasuki roh (kepercayaan Yahudi: sakit, derita identik dengan kutuk dan dosa).
Kata-kata yang keluar dari mulut Yesus saat memanggil dan menyembuhkan perempuan itu membantu kita memahami apa sebenarnya yang dialami perempuan itu, apakah dia kerasukan setan atau tidak, kalau ya, setan macam mana?
“ Hai ibu, penyakitmu telah sembuh.” Yesus mau mengatakan bahwa si ibu sungguh-sungguh mengalami sakit jasmani, yang selalu mungkin menimpa siapa saja…Kiranya rasa minder, putus asa; malu harus menanggung cemoohan sebagai pendosa dan orang yang dikutuk, memang bisa saja membuat ibu ini tidak lagi bisa menerima dirinya; tidak lagi percaya pada belas kasih Tuhan..Wanita ini tentu sangat menderita dalam hidupnya. Satu jam saja kita bungkuk badan terasa pegal, apalagi wanita ini bungkuknya sudah 18 tahun. Tetapi menarik sebab wanita ini hadir dalam kebaktian yang diadakan Yesus. Berarti wanita ini percaya kepada Yesus, menerima FirmanNya yang menimbulkan iman.
Ada beberapa penyebab orang menjadi bungkuk.
Pertama, karena sakit/penyakit. Orang tua biasanya bungkuk karena osteoporosis. Tulang belakang keropos dan tidak mampu menahan tubuhnya. Sebagian lagi karena penyakit kanker menyerang tulang belakangnya sehingga tubuhnya bungkuk, dlsb.
Kedua, bungkuk karena beban hidup. Masalah yang terlalu berat dalam keluarga atau dalam pekerjaan bisa mengakibatkan hidup terasa sakit bungkuk.
Ketiga, bungkuk karena kesibukan atau bisnis. Orang banyak mengejar jabatan dan untung, tetapi setelah mendapat yang diinginkannya menjadi jarang bertemu dengan keluarga. Hari-harinya penuh dengan kesibukan, untuk karir, untuk mencari uang. Kesibukannya menyebabkan dia bungkuk.
Keempat, bungkuk karena dirasuk Iblis, seperti wanita dalam perikop di atas. Ada roh jahat masuk ke dalam tubuhnya, menjadi penyakit, merusakkan organ-organ tertentu dalam tubuhnya sehingga bungkuk.
Mata orang yang bungkuk biasanya lebih banyak mengarah ke tanah. Orang Kristen yang bungkuk rohani lebih banyak melihat ke dunia dan jarang melihat ke surga. Jadi, bisa saja kita tidak bungkuk secara fisik tetapi mungkin bungkuk secara rohani, artinya lebih banyak memikirkan perkara dan kekuatiran dunia.
Yesus sangat peduli kepada orang bungkuk :
Yesus melihat. Lukas 13: 12 – “....Yesus melihat perempuan itu..” Yesus melihat dan mengetahui keadaan kita. Waktu kita menderita, Yesus tahu penderitaan kita. Namun wanita itu dilihat Yesus karena ia hadir dalam ibadah. Mata Tuhan selalu tertuju kepada orang yang selalu mencari Tuhan. Karena itu, kalau dalam percobaan banyaklah beribadah dan berdoa. Sebab Yesus melihat hati yang mencari Tuhan.
Yesus memanggil dan menyatakan kesembuhan. Ayat 12 – “Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: "Hai ibu, penyakitmu telah sembuh." Kalau Yesus memanggil, maka Tuhan memberikan Firman. Firman Tuhan selalu menyembuhkan, menyelamatkan dan memulihkan. Tuhan selalu membangkitkan semangat dan gairah hidup kita. Karena itu kita perlu selalu mendengar suara Tuhan. Setiap Firman Tuhan adalah pesan Tuhan yang spesial bagi hidup kita.
Yesus menjamah. Ayat 13 “Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu”. Banyak cara Yesus menyembuhkan orang banyak. Tetapi yang lebih banyak dilakukan adalah meletakkan tangan pada orang sakit. Kita selalu ingin dijamah dan ditolong Tuhan. Setiap waktu kita membutuhkan jamahan Tuhan, menolong dan menguatkan kita. Tuhan tahu wanita itu menderita selama 18 tahun dan saat itu adalah waktunya Tuhan menjamah dan menyembuhkannnya.
Yesus menyembuhkan/memulihkan. Ayat 13 – setelah dijamah, tubuhnya segera menjadi tegak kembali. Setelah 18 tahun bungkuk, waktu Tuhan jamah, tubuhnya menjadi tegak lurus. Ini mujizat Tuhan. Kita perlu mujizat Tuhan setiap hari. Mujizat bukan hanya waktu sakit keras atau masalah berat, tetapi setiap hari. Karena itu setiap hari, setiap pagi, minta belas kasihan dan mujizat Tuhan terjadi dalam hidup kita.
Ketika perempuan itu sembuh, ia memuliakan Allah. Segala pertolongan Tuhan yang kita terima harus disambut dengan kemuliaan bagi Tuhan.
Orang-orang Farisi yang melihat mujizat kesembuhan itu protes. Pertanyaan mereka : kenapa perempuan itu disembuhkan, bahkan tepat pada hari Sabat? Namun, Yesus menjawabnya dengan menyatakan mengapa Ia peduli dan mau menyembuhkan wanita bungkuk itu.
Lukas 13:16 – “Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?"
Yesus peduli kepada wanita itu sebab ia adalah keturunan Abraham. Galatia 3:8-9. Keturunan Abraham adalah keturunan yang diberkati Tuhan. Tetapi bukan karena kita orang Israel tetapi karena kita orang percaya. Abraham adalah bapa segala orang percaya. Karena kita adalah keturunan atau anak-anak Abraham maka kita berhak menerima berkat janji-janji Tuhan kepada Abraham, yaitu janji berkat, janji keselamatan, janji kemakmuran, janji kesembuhan, dll.
Siapa lagi yang disebut keturunan Abraham? Galatia 3:29. Kalau kita milik Kristus, percaya kepada Kristus, maka kita juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Tuhan. Kita berhak menerima berkat keberhasilan di sekolah, di pekerjaan, di bisnis, dan juga dalam keluarga. Jadi tidak salah kalau kita hidup penuh berkat di dunia ini. Di bumi ini kita menerima berkat sama seperti Abraham diberkati luar biasa dalam hidupnya.
Pengkhotbah 9:9. Nikmatilah hidup di dunia ini bersama Tuhan. Banyak orang menerima banyak berkat tetapi tidak dinikmati. Uangnya dibelikan emas, atau menjadi deposito. Nikmatilah dengan istri yang kau kasihi. Sekali-sekali ajak keluargamu untuk makan di restoran. Ini perintah Tuhan bagi kita. Hidup ini harus dinikmati. Jangan kecilkan berkat Tuhan dengan gaya hidup miskin.
Mungkin hari-hari ini Anda bungkuk karena kesibukan, karena penyakit, karena percobaan berat, tetapi hari ini mintalah jamahan Tuhan supaya anda menang dan tegak kembali. Tuhan memberkati! Amen,
Khotbah Kebaktian R. Tangga ”ORANG KRISTEN SUDAH MERDEKA” Jangan Kehilangan Kasih Karuniamu Galatia 5: 1-15
Yesus melalui kematian-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya dari kubur telah memerdekakan setiap orang yang percaya kepada-Nya dari perbudakan kutuk dosa. Dosa sebagai tuan tidak memiliki kuasa lagi atas kita manusia yang mewarisi dosa Adam. Kristus dengan darah-Nya yang tercurah di kayu salib telah membersihkan setiap orang yang percaya kepada-Nya dari penjajahan dosa. Kita tahu “semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaaan Allah” dan upah dosa adalah maut. Yesus melalui kebangkitan-Nya setelah mati telah mengalahkan kuasa maut, dan maut tidak berkuasa lagi bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya, kita pasti bangkit , karena Yesus sudah bangkit. Yesus juga telah mengalahkan kuasa Iblis dan kita yang percaya kepada-Nya telah menerima Roh yang lebih besar dari roh dunia ini. Kita juga dibenarkan oleh Yesus Kristus karena anugerah kasih karunia melalui iman bukan karena melakukan hukum Taurat. Orang Kristen adalah orang yang bebas merdeka secara rohani, dalam arti merdeka dari kutuk dosa, dari maut, dari iblis dan dari melakukan hukum Taurat sebagai syarat keselamatan.Masalahnya kemerdekan rohani yang diberikan Allah kepada kita yang percaya bisa diselewengkan menjadi kemerdekaan yang tanpa disiplin rohani, kebebasan yang tanpa kebenaran dan keadilan, kemerdekaan rohani yang dilecehkan oleh orang Kristen sendiri.
Bagaimanapun kemerdekaan orang Kristen itu adalah kemerdekaan yang terkendali bukan kemerdekaan yang semaunya tanpa control disiplin rohani.. Maka Paulus menjelaskan apa yang dimaksud dengan kemerdekaan orang Kristen :
1. Kemerdekaan orang Kristen bukanlah kemerdekaan untuk menuruti keinginan daging Merdeka dalam Kristus bukan berarti bebas merdeka melakukan dosa, Gal 5: 24:Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
Gal 5: 13 Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.
Apa itu keinginan daging? Kata daging dari kata Sarkos: Rom. 6:19; 7:18) Kelemahan manusia karena kejatuhan manusia Adam yg tergoda oleh Iblis di taman Eden ( Kej 3). Keinginan daging yang ada pada manusia yg adalah kelemahan manusiawi jika tidak dikendalikan oleh Roh Kudus, itu akan muncul menjadi perbuatan daging seperti yang Paulus daftarkan dalam Gal 5: 19-21: Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, (dosa seksual,pornografi,free sex)
20 penyembahan berhala, sihir, (okkultisme) perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, 21 kedengkian,(egoisme) kemabukan, pesta pora (hedonisme) dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu — seperti yang telah kubuat dahulu — bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (diulang) .
2. Kemerdekaan orang Kristen bukanlah kemerdekan untuk merugikan sesama
…melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. ( Gal 5: 13) . ay. 14-16 Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!” 15 Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan. Ay.26. dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki. …janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. ( Fil 1: 12)
3.Kemerdekaan orang Kristen bukanlah kemerdekaan untuk mengabaikan hukum Allah (antinomianisme)
Kalau pada ayat 2- dst Paulus menegur orang Kristen yang mau kembali kepada hukum sunat sebagai syarat keselamatan (legalisme) bukan melalui anugerah dengan iman kepada Kristus maka sebaliknya Paulus pada ayat 13 menegur orang Kristen yang justru ingin bebas dari disiplin rohani, dari menjaga kekudusan dengan pertolongan Roh Kudus dan firman Tuhan. Sehingga kemerdekaan orang Kristen sepertinya bebas semaunya tanpa mentaati hukum moral Allah. Penutup:
Kita semua dapat beroleh keselamatan bukan melalui hukum Taurat, melainkan karena kasih karunia Tuhan kepada kita. Oleh karena itu baiklah kita semua berjaga-jaga janganlah kita sampai kehilangan kasih karunia itu.
Tanda-tanda orang yang kehilangan kasih karunianya.
1. Kehilangan rasa syukur.
Kasih karunia yang bahasa Inggrisnya adalah “grace” adalah di layak-kan untuk menerima sesuatu yang sebenarnya seseorang tidak layak menerimanya. Orang yg menerima kasih karunia penuh dengan ucapan syukur kepada Tuhan. Ketika seseorang mulai kehilangan kasih karunianya, dia mulai kehilangan rasa syukurnya dan mulai banyak menghakimi orang lain.
2. Kehilangan damai sejahtera.
Damai sejahtera yang berasal dari kata “shallom” berarti harmoni. Untuk punya damai sejahtera dalam hidup ini seseorang harus mempunya harmoni dengan:
Tuhan. Diri sendiri. Orang lain.
3. Kehilangan kasih mula-mula (Wahyu 2:4-5).
Jemaat di Effesus mendapatkan pujian karena semua yang mereka lakukan dalam pelayanan dan ibadah mereka sudah baik, tetapi walaupun begitu mereka mendapat teguran karena mereka telah kehilangan kasih mula-mula mereka pada Tuhan. Salah satu tanda kasih adalah rasa rindu pada yg dikasihi. Kalau kita sudah tidah lagi selalu merinduhkan berhubungan dengan Tuhan, berarti kita sudah mulai kehilangan kasih mula-mula kita pada Tuhan.
4. Kehilangan beban bagi yang terhilang (Kisah 5:42).
Misi utama Tuhan Yesus datang ke dunia ini adalah untuk menyelamatkan orang-orang yang terhilang. Dan itu juga adalah amanat agung Tuhan Yesus kepada kita semua. Jangan sampai kita kehilangan “passion for the lost”, dan tidak peduli lagi kalau orang lain binasa.
Marilah kita semua menyelidiki diri kita sendiri masing-masing, adakah diantara kita yang telah kehilangan rasa syukur, damai sejahtera, kasih mula-mula, atau beban bagi yang terhilang. Kalau dari empat itu ada yang terhilang, baiklah secepetnya kita kembali pada kasih karuniah Tuhan dan berjaga-jaga. Amen
Senin, 12 Agustus 2013
Khotbah Minggu 01 September 2013 Daniel 3: 13-18. Thema: “Hanya Kepada Allah saja kami Menyembah”
KETEGUHAN IMAN DIBUKTIKAN DALAM KESETIAAN KEPADA ALLAH
Bacaan: Daniel 3:12, Roma 13:1-7, 1 Timotius 2:1-2, 1 Petrus 2:13-17
Bayangkan jika kita dihadapkan pada situasi seperti apa yang dialami Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Mereka bertiga dihadapkan pada raja Nebukadnezar karena mereka tidak mau menyembah patung yang didirikan raja Nebukadnezar. Dalam marah dan geramnya, Nebukadnezar memerintahkan ketiga orang tersebut untuk menghadap dirinya (ay. 13). Perlu diketahui bahwa pada saat itu posisi Sadrakh, Mesakh, dan Abednego sudah tinggi, yaitu sebagai penguasa pemerintahan wilayah Babel (Dan 2:49). Akan tetapi mereka tetap takut kepada Allah dan tidak mau menyembah patung tersebut.
Nebukadnear bertanya kepada mereka bertiga, mengapa mereka tidak mau sujud menyembah kepada patung emas yang didirikan raja Nebukadnezar (ay. 14). Dalam pembicaraan itu pun raja Nebukadnezar menawarkan kesempatan sekali lagi bagi Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Dalam bahasa sehari-hari mungkin raja berkata, “Ayolah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, kalian cukup sujud saja kok, tidak perlu macam-macam, yang penting orang banyak bisa melihat kalian tunduk terhadap perintahku. Setelah itu kamu pasti akan kuberi harta dan posisi yang bagus bagimu” (ay. 15a). Raja Nebukadnezar pun mungkin sudah membujuk ketiga orang tersebut agar mau menyembah patung itu, dan ketika mereka tetap bersikukuh tidak mau menyembah, maka raja pun mengancam akan menghukum mereka dengan mencampakkan ke perapian yang menyala-nyala (ay. 15b).
Nebukadnezar merupakan raja Babel, dimana pada saat itu bangsa Babel menyembah banyak dewa, terlebih karena bangsa Babel saat itu merupakan bangsa yang besar, yang telah mengalahkan banyak bangsa-bangsa lain, sehingga bangsa Babel mungkin saja mengenal banyak dewa-dewa, baik dari kebudayaan asli mereka sendiri, maupun dari bangsa-bangsa yang mereka jajah. Itulah mengapa Nebukadnezar sampai berkata, “Dewa manakah yang dapat melepaskan umatNya dari perapian yang menyala-nyala tersebut?” (ay. 15c).
Itu adalah pikiran logis seorang manusia, apalagi seorang raja yang berkuasa. Akan tetapi Sadrakh, Mesakh dan Abednego punya pandangan yang berbeda. Mereka bertiga tahu bahwa mereka tidak akan mungkin menang berdebat kepada raja (ay. 16). Akan tetapi di balik itu semua mereka bertiga pun tahu bahwa Allah mereka yang mereka sembah adalah Allah yang berbeda dengan dewa-dewa lain. Mereka tahu bahwa Allah mereka adalah Allah yang berkuasa, yang tidak ada bandingannya dengan allah manapun di dunia ini. Perhatikan jawaban Sadrakh, Mesakh dan Abednego: “Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja” (ay. 17). Mereka percaya Allah sanggup melepaskan mereka dari perapian yang menyala itu, tetapi semuanya kembali lagi kepada kehendak Allah. Jika Allah mau, maka apa yang diinginkan Allah pasti terlaksana. Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil (Yer 32:17 & 27).
Namun perhatikan kembali ayat selanjutnya: “Tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu” (ay. 17). Ini adalah sikap yang luar biasa dari Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Mereka tidak memaksakan kehendak mereka akan tetapi berserah kepada kehendak Allah. Jika Allah mau melepaskan, mereka pasti akan selamat. Jika tidak pun, mereka akan tetap beribadah kepada Allah dan menjaga kekudusan mereka dengan tidak menyembah patung yang ada. Inilah tingkatan doa atau permintaan yang tertinggi, yaitu membiarkan kehendak Allah yang terjadi dan tidak memaksakan kehendak kita. Pada intinya, apa yang dilakukan Sadrakh, Mesakh, dan Abednego hampir mirip dengan doa Yesus di taman Getsemani (Mat 26:39).
Jika kita mau jujur, berapa kali kita berdoa dengan memaksakan kehendak kita? Berapa kali kita memaksa: “Tuhan, jawab doa kami”. Bagaimana jika ternyata Tuhan tidak menjawab doa kita? Ingat bahwa Sadrakh, Mesakh dan Abednego pastilah ingin agar Allah mereka melepaskan mereka. Mereka adalah orang-orang yang luar biasa, yang sangat taat kepada Tuhan walaupun risikonya adalah kehilangan nyawa mereka. Apakah ketika mereka tidak ditolong Tuhan maka Tuhan itu tidak berkuasa? Tidak, Tuhan tetap adalah Tuhan yang berkuasa apapun nanti jawaban Tuhan atas permintaan mereka. Sadrakh, Mesakh, dan Abednego tahu akan hal itu, dan mereka percaya sepenuhnya kedalam tangan Tuhan, sekalipun doa mereka tidak dijawab Tuhan pun. Sudahkah kita juga memiliki pola pikir seperti ini? Biarlah kehendakMu yang jadi Tuhan, dan jangan kehendak kami.
Penutup:
Posisi kesetiaan iman (pistis) dalam keselamatan. Ternyata melalui kesetiaan iman kepada Tuhan Yesus kristus, orang-orang yang percaya mendapat perlindungan dan penjagaan oleh kekuatan Allah kepada keselamatan yang disediakan dann dinyatakan pada akhir zaman.
Jadi warga negara Surgawi adalah orang-orang yang senantiasa setia pada imannya dan yang tidak akan meninggalkan imannya walau apapun yang terjadi. Banyak orang yang tidak setia dengan Tuhan hanya gara-gara harta dunia yang tidak kekal. Bahkan ada yang rela meninggalkan Tuhan karena sesuap nasi. Tetapi orang yang menjadi warga negara Surga tidak pernah meninggalkan Imannya dan terus setia, walau resiko yang dihadapi adalah persoalan yang sangat berat. Orang-orang yang seperti inilah yang akan menerima perlindungan dari Tuhan.
Sadrakh, Mesakh dan Abednego dalam kitab Daniel 3:13-18 adalah salah satu contoh kisah yang luar biasa tentang kesetiaan iman. Mereka adalah orang biasa yang memiliki kesetiaan yang luar biasa. Bentuk dari kesetiaan mereka yang luar biasa adalah mereka adalah orang yang tetap tidak akan menyembah pada apapun juga selain pada Allah yang mereka sembah, walaupun saat itu mendapat ancaman yang berakibat kematian. Bahkan sekalipun mereka tidak mendapat pertolongan dari Tuhan, mereka tetap mempertahankan kesetiaan mereka. Ini adalah kesetiaan iman yang luar biasa! Amin
“HARTA YANG TERINDAH” Luk 12:32-40
Bacaan lainnya menurut Leksionari:Yes 1:1, 10-20 atau Mzm 50:1-8, 22-23 atau Mzm 33:12-22; Ibr 11:1-3, 8-16)
Pendahuluan
Sdr/I sering kali manusia tidak menyadari bahwa sewaktu-waktu hidupnya dapat berakhir, sebab umur manusia ada di tangan Tuhan. Dari nats yang kita baca di atas, kita diberi hikmat kehidupan sebagai berikut.
Pertama: janganlah takut dan juallah hartamu (ayat 32-33a)
Merencanakan adalah sesuatu yang baik. Firman Tuhan juga menekankan bahwa perencanaan itu penting (Luk 14:28). Ada nasehat yang mengatakan, mereka yang merencanakan dengan baik, sudah melakukan setengah pekerjaannya. Artinya, semua masa depan menjadi tertata dan teratur, sehingga saat itu tiba, segalanya menjadi lebih mudah dan enak. Perencanaan juga secara otomatis membuat kita lebih tidak kuatir dan takut. Memang selalu ada faktor atau hal yang tidak terperhitungkan, sesuai dengan keterbatasan manusia, tapi biarlah itu masuk dalam wilayah kehendak Tuhan. Kita hanya mempesiapkan yang terbaik, dan mengakui Tuhan dapat memberi yang lebih baik meski kemungkinan yang diberi jauh dari rencana juga bisa terjadi. Tapi, iman kita harus menerima, keputusan Tuhan itu pasti yang terbaik bagi kita.
Merencanakan memiliki harta yang cukup, jelas suatu hal yang baik. Seseorang yang bekerja keras demi untuk menghasilkan “banyak uang dan harta” bukanlah sesuatu yang buruk. Tetapi banyak itu harus ada ukuran dan batasan. Seseorang yang membeli polis asuransi untuk kematian, kesehatan, pendidikan anak, bahkan membeli lahan kuburan saat dia masih hidup (dengan pertimbangan untuk tidak merepotkan anak atau orang lain saat dia meninggal), adalah suatu pilihan yang bijak. Akan tetapi jika seseorang menumpuk kekayaan dengan berpikir ia memerlukan semua itu untuk bekal anak-cucunya hingga generasi ketujuh, jelas itu salah, terlebih jika semangat berbagi tidak dimilikinya. Seorang pengusaha yang berhasil pun biasanya motivasinya bukanlah untuk menumpuk kekayaan, melainkan mengalahkan tantangan dan kepuasan membuat nilai tambah atas kerja atau produk yang dibuat serta dapat melayani orang lain. Itu lebih bernilai dibandingkan harta dan kekayaan yang diperolehnya.
Puncak ekspresi dari kepemilikan itu adalah tidak kuatir apabila Tuhan mengambil itu semua, baik karena kesalahannya maupun oleh karena izin-Nya (bandingkan kisah Ayub). Ketergantungan dan mengandalkan masa depan pada harta benda itu yang salah. Oleh karena itu, sebenarnya orang atheis itu tidak ada. Semua orang prinsipnya mengaku ada “tuhan”. Akan tetapi ada yang mengaku dengan benar bahwa Tuhannya adalah Yesus Kristus yang memelihara dirinya dan memberi keselamatan, tetapi ada juga yang mengaku dengan salah yakni tuhannya adalah hartanya atau dirinya sendiri. Ini yang ditekankan oleh Tuhan Yesus, kalau itu terjadi maka juallah harta kita, agar kita jangan mempertuhankannya dan menempatkan ketergantungan masa depan pada harta benda itu, bukan kepada-Nya, Roh Allah kita yang hidup.
Kedua: hati kepada harta dan terus berikat pinggang (ayat 33b-35a)
Tuhan Yesus mengatakan, “di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada", mengingatkan agar kita jangan terlalu mengutamakan harta dan kekayaan. Hati kita menjadi lebih terpikat dan juga menjadi ikut diperbudak oleh perkara-perkara duniawi itu. Kita harus menyadari, ada pepatah romawi yang mengatakan, memiliki uang (dan harta) itu bagaikan meminum air laut, semakin diminum maka akan semakin haus. Kedahagaan kita sebaiknya justru kepada perkara sorgawi, yakni berdiri dan kokohnya Kerajaan Allah dalam hidup pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsa. Bapa di sorga telah memberi kerajaan damai sejahtera kepada kita dan itulah yang harus kita jaga dan rawat. Hati kita yang terdiri dari perasaan, pikiran dan kehendak mesti terpusat pada Kristus dan iman kepada-Nya yang membebaskan kita dari ketakutan dan mencintai dunia ini.
Zaman dahulu orang Timur Tengah umumnya memakai jubah, sehingga tanpa ikat pinggang maka akan merepotkan untuk bergerak apalagi untuk bekerja. Tuhan Yesus memberi perumpamaan dalam perintah, “hendaklah pinggangmu tetap terikat” menandakan bahwa kita harus tetap bekerja produktif untuk terus berbuah. Istilah yang sama kita pakai adalah agar kita selalu menyingsingkan lengan baju untuk lebih sigap. Kesigapan dengan pikiran kepada sorgawi akan mengantarkan kita pada kepedulian kepada sesama. Kemerdekaan dari rasa kuatir membuat kita lebih mementingkan orang lain dan bukan hanya untuk diri sendiri atau keluarga kecil saja. Ini juga akan mendorong kita pada pikiran bahwa kekayaan dan harta adalah amanah dan merupakan pinjaman dari Allah. Buah yang dihasilkan bukan untuk dinikmati sendiri, melainkan untuk berbagi dalam mewujudkan lingkungan dan dunia yang lebih makmur sejahtera.
Semangat berbagi itulah yang menjadi harta sorgawi kita, Ini yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus agar kita menyimpan harta di sorga (band. Mat 6:19-21). Menumpuk harta di dunia memang akan menimbulkan kekuatiran, akan tetapi membangun pundi-pundi harta di sorga itu tidak akan habis, tidak dapat diambil oleh pencuri, dan tidak akan dirusakkan oleh ngengat rayap. Ada pepatah yang mengatakan bahwa dalam baju mati tidak terdapat kantong-kantong, memberi pengertian kita tidak bisa bawa harta benda ke alam berikutnya. Melawan kekuatiran memerlukan kepercayaan penuh kepada Allah, melakukan perencanaan bagi masa depan termasuk dalam penyelesaian masalah, dan memohon dukungan moril dan doa dari berbagai pihak agar semua berjalan baik.
Ketiga: berbahagialah mereka yang berjaga-jaga (ayat 35b-39)
Pesan Tuhan Yesus tentang “pelitamu tetap menyala” menjelaskan bahwa kita harus siaga dan terus sadar untuk tidak terlena dan tidak tertidur. Kita dikaruniakan kekayaan sorgawi untuk tidak kuatir terhadap apa pun juga. Kita manusia adalah ciptaan Allah yang maha sempurna dan Allah pasti tidak akan pernah melupakan ciptaan-Nya. Pekerjaan tangan-Nya dalam diri kita dan alam semesta memastikan kita pasti dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, sebagaimana doa utama kita Doa Bapa Kami. Akan tetapi kemalasan manusia dan penjagaan imej (jaim) membuat manusia itu sering menghadapi kesulitan bagi diri sendiri. Apalagi, tanah air kita adalah kaya dan subur. Tidak ada alasan untuk takut dan kuatir.
Orang percaya harus terikat erat dengan Tuhannya dan hubungan itulah harta terbesar kita. Mengenal seorang pejabat tinggi saja sudah kebanggaan, apalagi mengenal Allah yang Maha Agung dan Kaya. Memang pejabat bisa memberikan uang atau barang bekal untuk hidup, akan tetapi Allah memberikan yang lebih dahsyat yakni Roh Kudus yang memampukan kita untuk berkarya optimal. Itulah sebabnya, dalam nats berikutnya dijelaskan juga soal promosi bagi mereka yang berjaga-jaga, dan menghukum mereka yang tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Mereka yang berpengharapan dan rindu akan kedatangan Tuhan Yesus, akan dijadikan anak-anak yang istimewa dan diberkati.
Gambaran lain dalam nats ini diberikan tentang seorang hamba yang terus menanti kedatangan tuannya yang akan kembali dari pesta perkawinan. Hamba yang baik adalah yang sigap membukakan pintu dan menyambut tuannya dengan baik dan sigap atas keperluannya, apakah itu untuk makan minum atau lainnya, bahkan di tengah malam sekali pun. Pesan ini juga diberikan pada kitab lain tentang gadis-gadis yang menantikan mempelai. Ada lima gadis yang bijaksana mempersiapkan diri dengan pelita yang terus menyala, dan lima gadis lainnya yang bodoh tidak mempersiapkan minyak dan pelita mereka (Mat 25:1-13). Marilah kita siaga setiap saat secara rohani, berpikir bahwa Ia akan datang segera, dan kita siap menyambut kedatangan-Nya kembali untuk menggenapkan kerajaan sorgawi yang indah tidak terbayangkan oleh mata dan pikiran itu (1Kor 2:9).
Keempat: kedatangan-Nya tidak disangka-sangka (ayat 40)
Sebenarnya kerajaan sorga dalam wujud damai sejahtera itu sudah diberikan sejak Kristus datang ke dunia 2000 tahun yang lalu (band. Luk 2:14; Yoh 14:27; Rm 14:17), serta anugerah keselamatan diberikan kepada mereka yang percaya dan mengikuti-Nya. Memang kerajaan sorga kadang tampak tersembunyi, namun itu mudah terwujud dalam damai sejahtera di hati kita. Penggenapan kerajaan-Nya dan damai sejahtera yang sesungguhnya itulah yang perlu kita nantikan, dinubuatkan dengan akan datangnya Kristus kembali dan digambarkan sebagai akhir zaman, serta terbentuknya bumi dan langit baru (Why 21:1).
Saat Alkitab ditulis, sebagian berpendapat bahwa saat kedatangan-Nya sudah sangat dekat (1Tes 5:2; 2Tes 2:1 dab dan 3:11-12). Meski sudah 2000 tahun berlalu dan Kristus belum datang, bukan berarti kita boleh berpikir bahwa Ia tidak mungkin datang dalam 2000 tahun ke depan. Pikiran seperti itu jelas salah secara rohani. Apalagi, kedatangan kembali Kristus (K4) juga dapat diartikan sempit, atau berjangka pendek, yakni ketika kita dipanggil menghadap-Nya, saat keberadaan dan tugas kita di dunia ini dinyatakan sudah selesai dan tidak ada lagi yang bisa kita perbuat (Yoh 9:4). Bukankah itu menjadi ironi, ketika waktunya sudah habis tapi misi belum tuntas? Apalagi, tugas yang tidak selesai (mission uncomplete) itu karena kesalahan kita, bukan karena keputusan Tuhan.
Oleh karena itu, hal yang utama adalah menjaga baik hubungan dengan Allah dan memelihara damai sejahtera itu di dalam hati, kepada Dia dan sesama. Sikap cuek tidak peduli, dengan berpikir kita bebas berbuat apa saja karena kerajaan-Nya tidak ada, atau berpikir masih banyak waktu sampai Ia datang, jelas tidak berkenan kepada-Nya. Orang percaya harus siap menantikan waktu kedatangan Kristus yang tidak diketahui saatnya, dalam ungkapan lain seperti datangnya pencuri di waktu malam, dan kita siap memberi pertanggungjawaban. Kita selalu siap sedia bertemu dengan Tuhan dan kitalah yang diminta untuk mencarinya. Sikap hidup inilah yang penting bagi orang percaya dalam penantian tersebut.
Kesimpulan
Pada minggu ini kembali kita diajarkan tentang tidak baiknya menempatkan harta duniawi sebagai perhatian utama kita, sehingga membuat hati kita selalu tertuju ke perkara duniawi itu. Mencari kebutuhan hidup dan membuat perencanaan masa depan termasuk anak, adalah sesuatu yang baik. Kita juga diminta sebagai orang percaya untuk melepaskan dari kekuatiran, yang mendorong kita berbuat hal yang tidak berkenan kepada Tuhan untuk memperolehnya. Akan tetapi, ditengah-tengah kesibukan sehari-hari dalam menggeluti hidup, pusat perhatian kita haruslah tetap kerajaan sorga, menempatkan Allah sebagai jaminan hidup kita dan terus berjaga-jaga akan kedatangan-Nya. Sebab, kedatangan Kristus adalah hal yang tidak terduga, jangan sampai kita tidak mempersiapkan diri.
Khotbah Kebaktian. Rumah Tangga "Lukas 16:19-31"
Pengantar:
Peraturan di sebuah travel biasanya mengharuskan calon penumpangnya untuk sudah tiba di pangkalan paling lambat 15 menit sebelum keberangkatan. Saya tahu itu, tetapi ternyata nikmatnya kasur membuat saya keterusan tidur. Ketika terbangun, ternyata waktu yang tersisa tinggal setengah jam sementara rumah saya jauh dari tempat keberangkatan. Saya pun buru-buru mandi dan langsung berangkat kesana. Ketika saya tiba, ternyata saya terlambat 5 menit, dan mobil travel sudah keburu berangkat. Gara-gara 5 menit itu saya kemudian harus menunggu 2 jam kemudian. Karena travel yang satu ini menuju area kota Jakarta lain, saya pun harus menyambung lagi dengan taksi di Jakarta dan harus mengeluarkan biaya hampir seratus lima puluh ribu. Gara-gara 5 menit telat saya harus membayar harga yang cukup lumayan. Kata terlambat memang bisa menimbulkan banyak masalah. Apa yang terjadi jika anda terlambat ke sekolah atau kampus, apalagi di saat ujian? Apa yang terjadi jika reaksi anda terlambat sedetik saja ketika mobil di depan anda tiba-tiba mengerem? Ada banyak hal yang akhirnya kita sesali hanya karena sebuah kata: terlambat. Dalam contoh keterlambatan saya di atas, masih untung itu bukanlah sebuah keterlambatan yang fatal akibatnya. Artinya saya masih punya kesempatan untuk mengambil jadwal keberangkatan lainnya. Ada keterlambatan-keterlambatan yang berakibat fatal dimana penyesalan tidak ada gunanya lagi, yang bisa
menimpa diri kita jika kita terus membuang-buang atau menyia-nyiakan waktu.
Khotbah:
Perumpamaan ini sering disebut dengan judul Perumpamaan tentang Orang Kaya dan Lazarus. Si orang kaya itu kadang kala dinamai "Devas", yang sebenarnya adalah istilah dalam bahasa Latin yang berarti 'orang kaya'. Jadi, perumpamaan ini sering diberi judul Perumpamaan tentang Devas dan Lazarus.
Kisah "Orang kaya dan Lazarus yang miskin" dalam Lukas 16:19-31? mengajarkan mengenai pentingnya menghargai waktu yang masih dipercayakan Tuhan kepada kita. Tersebutlah seorang pengemis bernama Lazarus, penuh borok dan sangat menderita. Ia menetap tepat di depan pintu rumah seorang kaya yang setiap hari bersukaria dalam kemewahan. Apakah Lazarus diperhatikan? Tampaknya tidak. Si orang kaya mungkin berpikir, "Masih syukur kamu tidak diusir. Aku mencari uang dengan keringatku sendiri, mengapa aku harus memberi kepadamu?" Dan Lazarus pun diabaikan begitu saja. Ia bahkan harus makan dari remah-remah yang jatuh dari atas meja si orang kaya, sambil membiarkan boroknya dijilati anjing-anjing. Benar-benar sebuah pemandangan yang kontras dan ironis. Lalu kemudian Lazarus mati. Demikian pula si orang kaya tersebut. Pemandangan kontras kembali tersaji di atas sana, tetapi keadaan kini berbalik! "..Dan sementara ia (orang kaya itu) menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya." (ay 23). Melihat hal itu, si orang kaya pun meratap. "Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini." (ay 24). "Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang." (ay 25-26). Betapa menyesalnya si orang kaya itu, tetapi nasi sudah menjadi bubur. Tidak ada lagi yang bisa ia lakukan sekarang untuk mengubah keadaan. Semua sudah berakhir.
Terlambat. Itulah satu kata yang paling tepat untuk menggambarkan kenyataan yang dihadapi si orang kaya. Ia terlambat untuk berbuat baik, terlambat untuk mengasihi sesamanya. Ia terlena hidup dalam kemewahan dan lupa untuk memanfaatkan waktu yang tersedia. Apakah ia punya kesempatan? Tentu saja. Bahkan ia tidak perlu repot-repot atau jauh-jauh pergi untuk menunjukkan kasih dalam perbuatan nyata karena Lazarus berbaring tepat di depan pintunya. Ia punya kesempatan, ia punya sesuatu yang bisa ia berikan, tetapi ia tidak melakukannya. Dan pada akhirnya ketika semua sudah terlambat ia pun menyesal. Sebuah penyesalan yang sayangnya tidak bisa lagi diperbaiki.
Ketika waktu masih dipercayakan Tuhan kepada kita saat ini, hendaklah kita memakai hikmat untuk mempergunakan waktu-waktu yang ada sebaik mungkin. Paulus berkata "Dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." (Efesus 5:16). Jangan sia-siakan waktu yang ada, karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi kemudian. Kita tidak bisa melihat masa depan, kita tidak tahu kapan kesempatan bagi kita untuk bertobat akan berakhir. Kita harus benar-benar belajar menghargai waktu, mengisinya dengan segala perbuatan baik berdasarkan kasih dan terus memakainya untuk belajar untuk lebih dekat dan lebih taat lagi kepada Tuhan. Kita harus senantiasa berjaga-jaga sebab kita tidak akan pernah tahu kapan hari maupun saatnya akan tiba. (Matius 25:13). Ada begitu banyak yang ditawarkan dunia hari ini yang akan dengan mudah membuat kita terlena dan lupa melakukan apa yang seharusnya kita lakukan sebagai anak-anak Terang, sebagai ahli waris Tuhan di muka bumi ini. Sungguh kita hidup di hari-hari yang jahat, penuh dengan penyesatan. Ada keterlambatan yang masih bisa ditebus dengan sejumlah harga, tetapi ada pula keterlambatan yang benar-benar tidak bisa lagi kita tebus walau dengan harga sebesar apapun. Oleh karena itu kita harus benar-benar mewaspadai setiap langkah hidup kita dan berhenti menyia-nyiakan waktu. Pergunakanlah waktu yang tersisa ini untuk mengambil langkah nyata dalam ketaatan, dan lakukanlah segala sesuatu seperti apa yang dikehendaki Tuhan. Hendaklah kita dipenuhi kebijaksanaan dan kearifan dalam hikmat agar mampu menghitung hari-hari kita menghargai setiap detik yang Tuhan masih berikan kepada kita. Orang kaya itu tidak lagi punya kesempatan, tetapi kita masih punya. Jangan tunda lagi, mulailah hari ini juga agar kita tidak sampai berakhir di tempat yang sama dengan si kaya.
Hargai waktu sebaik mungkin karena ada keterlambatan tidak bisa lagi diperbaiki
Langganan:
Postingan (Atom)