Jumat, 05 April 2013

Khotbah Minggu 7 Apr 2013 ”Kasih adalah dasar saksi Kristus yang berani” Lebih Taat kepada Allah Kisah Para Rasul 5: 27-32

Pengantar: Sebelum bagian ini Petrus dan Yohanes sudah dilarang mengajar dalam nama Yesus (Kis. 4: 17). Tetapi didorong oleh ketaatannya kepada panggilan Kristus untuk menjadi saksiNya dan ketaatannya kepada pimpinan Roh Kudus, mereka tetap dan terus mengajarkan Yesus. Karena itu, dalam bagian ini, mereka ditegor kembali oleh Sanhedrin (Mahkamah Agama). Tetapi dua rasul ini, dengan tenang, menegaskan kembali ketaatan mereka kepada panggilan dan pimpinanNya itu. Mereka kembali menegaskan bahwa Yesus yang mereka bunuh dengan hukuman mati di kayu salib itu sudah dibangkitkan oleh Allah. Dia dihidupkan kembali menjadi Mesias (Raja yang diurapi Alah). Sebagai saksi peristiwa itu, mereka menyaksikan, melihat dan bahkan merasakan dampak peristiwa kematian dan kebangkitanNya itu. Karena itu, tidak mungkin bagi mereka untuk tidak memberitakan berita kebenaran itu. Renungan: Minggu Quasimodogeniti: Seperti bayi yang baru lahir. Ketika kita meletakkan dasar iman kepercayaan kita kepada Tuhan Yesus melalui kebangkitanNya dan memasuki hidup baru bersama Tuhan, maka kita di utus oleh Allah ketengah-tengah dunia ini menjadi saksiNya. Menjadi saksi Kristus bukanlah hal yang mudah, Tuhan Yesus memperingatkan kepada kita bahwa kita akan dibenci dan teraniaya karena nama Yesus (Luk. 21:17), namun Tuhan memberikan kepastian dan kekuatan kepada kita: “dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia” (Yoh. 16: 33); “Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu” (Luk. 21: 18-19). Sumber kekuatan kita adalah Tuhan dan tiada yang lain, jika kita tanggung-tanggung menjadi pengikut Yesus tentulah sangat menyakitkan menjadi saksi Kristus di tengah dunia ini. Ada kalimat dalam sebuah iklan yang mengatakan “Kamu bilang itu Rintangan, aku bilang hanya Tantangan”. Jika dikatakan “Rintangan” berarti sesuatu yang menyurutkan niat kita untuk bertindak karena sesuatu yang merintangi; namun jika dikatakan “Tantangan” adalah kesulitan akan semakin meningkatkan kita berusaha mencapai kesuksesan. Kita bisa ambil contoh sederhananya, ketika ada kegiatan PA di gereja, namun hujan tiba-tiba turun dengan derasnya, jika memang kita tidak mempunyai niat yang kuat untuk mengikuti PA tersebut, maka kita akan mengurungkan niat untuk mengikutinya karena hujan itu menjadi rintangan bagi kita. Namun jika niat memang sudah kuat ingin mengikuti PA tersebut, hujan selebat apapun akan menjadi tantangan buat kita. Untuk mampu mengalahkan dunia tidak boleh memiliki iman yang tanggung-tanggung sebab yang terjadi adalah menganggap sesuatu sebagai sebuah rintangan dan bukan menjadi tantangan. Menjadi saksi Kristus itu adalah sulit karena harus melawan perbuatan-perbuatan duniawi yang bertentangan dengan Firman Allah, namun mari kita anggap kesulitan itu adalah suatu tantangan buat kita. Dalam 1 Yohanes 5: 4 dikatakan “Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita”. Firman ini adalah kekuatan kita untuk menjadi saksi Kristus, ketika Tuhan memberikan kepada kita iman di dalam Yesus Kristus, maka disitupulalah kita menemukan kekuatan dari Allah untuk mengalahkan dunia ini. Jika kita melihat bagaimana keberanian para Rasul mengatakan “Kita harus lebih takut kepada Allah dari pada kepada manusia” adalah karena menganggap yang dihadapi mereka adalah sebuah tantangan yang harus ditahlukkan karena mereka mengandalkan iman dalam menghadapi kesulitan apapun. Jika kita melihat di ayat 41 dikatakan “Rasul-rasul itumeninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus”. Penolakan yang mereka alami menjadi suatu kegembiraan dan bukan menyurutkan semangat mereka, sebab itu adalah suatu tantangan yang semakin melayakkan diri mereka menjadi saksi Kristus. Apakah kita sudah siap menjadi saksi Kristus? Apakah kita sudah siap menghadapi dunia ini dengan iman kita? Kita jangan terlalu jauh berfikir menjadi saksi Kristus kepada orang banyak, menjadi saksi Kristus bagi diri sendiri pun jika bisa dilakukan adalah sudah menjadi susuatu yang luar biasa. Jika kita mampu meyakinkan diri kita akan kekuatan Tuhan, maka tiada yang mustahil kamu akan menjadi saksi Kristus bagi dunia. Apakah kita masih seperti Petrus yang lama yang menyangkal Yesus tiga kali ataukah kita sudah menjadi Petrus yang baru yang menyatakan tiga kali “aku mengasihi Engkau” Mari kita yakinkan diri kita dahulu bahwa Yesus benar-benar Tuhan dan Allah yang kita kasihi ditengah-tengah kehidupan kita dan tiada yang lain selain dari pada Dia yang telah mati dan bangkit untuk kita. “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (Ulangan 6:5). Kasih adalah dasar bagi kita menjadi saksi Kristus, jika kita memang benar mengasihi Yesus, maka sesulit apapun hidup yang akan kita jalani kita akan tetap setia; apapun yang kita lakukan akan menjadi kemuliaan bagi Tuhan. Semua yang akan kita perbuat adalah karena kasih kita kepada Allah. Hidup baru di dalam Kristus adalah: “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku” (Galatia 2:20). Untuk menjadi saksi Kristus, maka Tuhan akan bertanya kepada kita saat ini “Apakah engkau mengasihi Aku?” dan jika kita menjawab pertanyaan Tuhan dalam hidup kita “aku mengasihi Engkau”, maka kita akan mampu menyatakan dengan tegas dan keras kepada dunia ini “Kita harus lebih takut kepada Allah daripada manusia, dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu”. Amin....Selamat bersaksi. RHL

Tidak ada komentar: