Perdamaian sangat dibutuhkan pada jaman ini, bagaimana kita bisa berdamai dengan sesama, dengan Tuhan dan diri sendiri.Semua ini hanya dapat kita peroleh dari Dia dan FirmanNya sebagai Madu Surgawi.
Rabu, 29 Agustus 2012
Khotbah Kebaktian Rumah Tangga "PAKAILAH SENJATA ALLAH" Efesus 6:10-20
Tidak dapat dipungkuri bahwa roh jahat itu sebuah realitas yang ada disekitar kita, roh itu jugalah yang berusaha menjauhkan kita dari persekutuan dengan Allah. Ketika dia berhasil menjauhkan kita dari Allah, maka saat itu juga dia akan dengan leluasa menghancurkan hidup kita, termasuk didalamnya semua berkat-berkat Allah yang sudah kita miliki maupun yang akan kita miliki. Dalam Alkitab, realitas kuasa atau roh jahat juga diakui. Hal ini kita jumpai dalam Efesus 6: 10-20. Bagian Alkitab ini, relevan dengan kehidupan kita disegala zaman, termasuk kita yang hidup diakhir zaman ini.
Perhatikan ayat 10 yang berbunyi "Akhirnya, hendaklah kamu kuat didalam Tuhan, didalam kekuatan kuasa-Nya. Perhatikan baik-baik ayat ini karena didalamnya ada sebuah kebenaran yang perlu kita renungan bersama bahwa : Tuhan menghendaki agar kita menjadi pribadi yang kuat didalam Dia. Mengapa demikian? Ada beberapa alasan : Pertama, karena hanya orang yang kuatlah yang mampu mengangkat beban yang berat. Kedua, hanya orang kuat yang dapat memenangkan peperangan. Ketiga, orang kuat adalah pribadi yang tahu strategi bagaimana menerobos dan meraih berkat Tuhan.
Pentingkah perlengkapan senjata rohani? Apa perbedaan antara kita menggunakannya dan tidak? Apakah itu cukup kuat menolong kita berjuang melawan dosa? Apakah harus menggunakan semuanya? Apa tidak cukup kalau kita menggunakan sebagian dan tidak menggunakan yang lain? Apa untungnya kita menggunakan perlengkapan ini? Efesus 6:10-20. Perhatikan 2 ayat ini :
• Ayat 11 “Kenakanlah seluruh senjata Allah supaya kamu dapat bertahan melawan tipu daya Iblis”.
• Ayat 13 “Sebab itu ambilah seluruh perlengkapan senjata Allah supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada…..”
Ayat 11 menggambarkan tindakan pasif (bertahan) dan ayat 13 menggambarkan tindakan yang aktif (Mengadakan perlawanan). Yang menarik dari kedua ayat itu, baik bertahan maupun mengadakan perlawanan, ternyata Paulus tetap memberi pesan untuk mengenakanseluruh perlengkapan senjata Allah. Apa artinya? Artinya dalam perjuangan kita melawan kuasa Iblis, aspek bertahan dan menyerang merupakan satu kesatuan. Kita tidak akan bisa menang hanya dengan bertahan. Tapi kita tidak mungkin menang juga hanya dengan menyerang tanpa berpikir untuk bertahan. Dalam peperangan-peperangan, maupun dalam pertandingan olahraga seperti sepakbola, aspek menyerang dan bertahan harus dijalankan bersama jika kita ingin menang.
Untuk menggunakan seluruh senjata itu dengan benar tentu saja tidak mudah. Seorang prajurit tentu harus dilatih untuk terbiasa menggunakan pedang dan perisai. Senjata-senjata itu tidak bisa hanya kita pegang tanpa melatihnya. Tapi ketika kita berhasil menguasainya, bukan berarti kita hebat. Kita lihat pada ayat 10 “Hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalamkekuatan kausa-Nya”. Artinya tentu saja kemampuan kita adalah di dalam TUHAN. Bukan dalam kekuatan kita sendiri. Melalui ayat-ayat ini Paulus ingin menjelaskan pada ayat-ayat selanjutnya begaimana Perlengkapan senjata ini membawa kita pada pengandalan akan TUHAN.
Berikatpinggangkan kebenaran (ayat 14).
Apa maksudnya? Kenapa kebenaran dipakai sebagai ikat pinggang? Apa manfaat ikat pinggang?
• Menjaga agar pakaian tetap pada posisinya. Bayangkan kalau celana longgar dan tiba2 jatuh? Bukankah itu mempermalukan? Bukan hanya mempermalukan, tapi itu akan sangat mengganggu kita dalam pertempuran. Dari sini bisa diambil kesimpulan, kebenaran membuat sesuatu tetap pada posisi yang seharusnya. Justru ketika kita tidak mengenakan kebenaran, akibatnya bisa saja mempermalukan diri kita sendiri. Ikat pinggang yang tidak terpasang dengan benar, bisa mengacaukan “Baju Zirah”. Dan tentu saja akan menghambat kita dalam peperangan rohani.
• Berpengaruh pada kerapian/penampilan. Ketika kita mempertahankan kebenaran, itu akan terlihat di mata orang. Pasti orang akan melihat perbedaannya. Dan itu mempengaruhi cara orang memandang diri kita dan memandang Kristus.
• Memberi rasa nyaman pada pemakai. Seharusnya ketika kita melakukan kebenaran, justru kita merasa nyaman. Karena kita melakukan kehendak yang seharusnya. Dunia saat ini seolah-olah telah terbalik. Ketika kita melakukan yang benar, justru kita dianggap aneh. Bukankah kita sering mendengar istilah “semua orang juga melakukannya”?. Saat ini banyak sekali daerah abu-abu. Akhirnya ketidakbenaran menjadi sesuatu yang lumrah. Misalkan seks bebas menjadi sesuatu yang lumrah. Akibatnya, orang-orang yang berusaha menjaga kekudusan seksualnya seringkali justru merasa “tidak nyaman”, karena kata-kata “semua orang juga melakukannya”. Aneh bukan?
Berbajuzirahkan keadilan (ayat 14)
Apa manfaat Baju Zirah?
Yang terutama adalah melindungi diri kita dari senjata lawan. Apa kaitannya dengan keadilan? Apa makna adil? Adil tidak selalu berarti sama untuk semua orang, tapi lebih tepat masing-masing orang memperoleh sesuai dengan kapasitas dan kebutuhannya. Apa bahayanya jika kita tidak melakukan keadilan? Apa dengan tidak melakukan keadilan kita jadi lebih mudah diserang oleh iblis? Mungkin secara tidak langsung. Kita sebagai orang Kristen ngomong mengenai keadilan tapi tidak berlaku demikian, bukankah tidak menjadi kesaksian? Tapi itu dampak tidak langsung. Mungkin juga dalam arti lain. Ketika kita tidak berlaku adil, memancing permusuhan diantara orang-orang yang seharusnya kita perlakukan adil. Akhirnya iblis bisa merusak banyak hal. Contohnya perlakuan yang berbeda Abraham terhadap Ismail dan Ishak, perlakuan berbeda Ishak terhadap Esau dan Yakub, perlakuan berbeda Yakub terhadap Yusuf dan saudara-saudaranya, ternyata berpengaruh, bahkan sampai zaman sekarang. Dimulai dari ketidakadilan, mengakibatkan permusuhan, bahkan peperangan turun temurun. Jadi hati-hati terhadap tindakan kita. Karena kita tidak tahu betapa besar dampak yang bisa dihasilkan dari ketidakadilan.
Ketidakadilan sangat berpotensi merusak persekutuan Kristen. Itu bisa menjadi titik lemah bagi serangan iblis untuk mengacaukan semuanya.
Kaki yang berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil Damai Sejahtera (ayat 15)
mungkin ini yang paling jelas. Kenapa bagian memberitakan injil diumpamakan sebagai kasut? Dengan kata lain alas kaki? Bayangkan kalau dalam tiap langkah hidup kita selalu ada jejak-jejak pemberitaan injil itu? Kaki untuk berjalan. Memberitakan injil membutuhkan keberanian untuk berjalan. pergi. Tapi kenapa bukan diibaratkan dengan mulut tapi dengan kaki? Padahal memberitakan injil bisa lewat mulut? Tidak juga. Artinya jauh lebih dalam ketika diletakan pada kaki. Kemanapun orang Kristen melangkah, seharusnya ada jejak-jejak pemberitaan injil. Kalau mulut, ada pilihan untuk digunakan atau tidak. Sedangkan kaki? Pilihannya 1. meninggalkan jejak. Meninggalkan jejak tidak selalu berarti kita harus berkata-kata tentang Kristus kepada siapapun yang kita temui. Tapi apakah lewat kehadiran kita orang lain bisa melihat “jejak Kristus” itu? Apakah ada perbedaan yang akhirnya membuat orang-orang bertanya-tanya, apa yang menyebabkan kita “berbeda”? Dan tentu saja akan jadi kesaksian kalau mereka tahu bahwa kita adalah Kristen. Pengikut Kristus.
Perisai Iman (ayat 16)
“dalam segala keadaaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api si jahat.”
Perisai, sesuai dengan fungsinya untuk melindungi dari serangan musuh. Iman di sini ditempatkan sebagai perisai yang mampu melindungi dari serangan iblis. Bagaimana caranya iman bisa melindungi?Misalnya ketika kita jatuh dalam dosa, seringkali kita merasa tidak layak untuk datang kepada TUHAN. Pada kondisi seperti itu iblis bisa saja mengintimidasi kita untuk tidak datang, dan akhirnya makin jauh dari TUHAN. Tapi ternyata lebih baik kalau kita tetap datang dan mengakui di hadapan TUHAN, serta memiliki iman bahwa Dia akan mengampuni kita, disertai komitmen untuk kembali berjalan pada kehendak-Nya. Tapi apa hanya itu? Itu kondisi ketika kita sudah jatuh. Coba lihat teladan Kristus. Kenapa Yesus mampu mengalahkan serangan Iblis? Apa sekedar karena pengetahuan akan firman TUHAN? Tidak. Pengetahuan akan firman TUHAN memang membantu. Tapi itu bukan satu-satunya kunci kemenangan Kristus. Kunci kemenangan Kristus ada pada iman-Nya, sehingga menjadi kuat untuk bertahan atas serangan iblis. Yesus bertahan dalam iman
Ketopong Keselamatan dan Pedang Roh (Ayat 17-18)
“Dan terimalah ketopong keselamatan dan Pedang Roh, yaitu Firman Allah, dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus”
apa fungsi ketopong? Melindungi bagian yang mengontrol segala sesuatu dari tubuh. Kepala. Apa artinya? Ketika kamu belum mengenakan ketopong itu, jangan berharap kamu bisa mengontrol dengan baik perilaku tubuhmu dan keingingan-keinginanmu, karena dosa masih menguasai kita. Artinya dengan menerima keselamatan dalam Kristus, merupakan modal awal yang berharga untuk menang terhadap kuasa iblis. Mana mungkin orang yang belum selamat bisa menang terhadap iblis?
Bagaimana dengan pedang Roh? Di sini yang menjadi pedang Roh adalah firman Allah, doa dan permohonan.
Firman Tuhan menjadi kekuatan yang sangat berharga untuk bertahan dan menyerang seperti pedang. Ingat, Tuhan Yesus dalam pencobaan di padang gurun selalu menjawab tipu daya iblis dengan firman Tuhan.
Bukan hanya firman saja. Tapi juga doa dan permohonan. Di sini dikatakan doa dan permohonan yang tidak putus-putus. Jadi senjata untuk menyerang balik iblis adalah firman TUHAN dan doa. “Berdoalah setiap waktu didalam Roh”. Setiap waktu? Apa artinya selalu? ya. Tentu saja. Iblis selalu menunggu waktu yang tepat untuk menyerang. Kalau kita tidak selalu siap, pasti mudah untuk diserang.
“berjaga-jagalah di dalam doamu dengan permohonan yang tak putus-putus untuk segala orang kudus.”. ini pentingnya mendoakan orang-orang dalam komunitas rohani. Karena semuanya sedang berperang dengan perangnya masing-masing.
Alkitab sudah menyediakan senjata yang komplit untuk menghadapi peperangan rohani. Walaupun itu sudah kita kenakan, tapi seperti tadi dikatakan di awal, tidak akan efektif tanpa latihan. Mari kita melatih diri kita dengan penuh kedisiplinan untuk menggunakan perlengkapan senjata Allah.
Amen. RHL. Tobing
Jumat, 24 Agustus 2012
Khotbah Minggu 26 Agustus 2012 Mazmur 34 : 15 – 22 “Jadilah orang jujur dan benar, Tuhan pasti melindungi”
Pendahuluan
Dalam setiap kesempatan, kita sering berkata, “Tuhanlah perlindunganku”. Kalimat ini di satu sisi mau menunjukkan keyakinan dari dalam diri seseorang bahwa Tuhanlah sumber perlindungannya. Dari sisi yang berbeda, kita juga dapat melihat kalimat ini sebagai permohonan, agar Tuhan senantiasa melindungi kita dalam berbagai persoalan dan pergumulan yang mungkin kita hadapi dalam kehidupan ini.
Demikian hal dengan dengan penulis Mazmur 34 ini. Dia ingin menggambarkan bagaimana Tuhan melindungi dirinya dari berbagai bahaya dan ancaman dalam hidupnya. Imannya ingin bersaksi, Tuhanlah sumber perlindungannya! Dalam berbagai tantangan dan ancaman, pemazmur juga berseru, agar Tuhan melindunginya senantiasa. Dan ketika Allah menunjukkan kuasa perlindunganNya bagi orang percaya yang berseru kepadaNya, apa yang mau menjadi respon kita? Pemazmur berseru, “jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya!” (ayat 15). Hidup dalam kebenaran dan kedamaian yang berasal dari Tuhan! Itulah yang harus menjadi jawaban setiap orang percaya atas anugerah perlindungan dari Allah. Mengapa itu harus dilakukan? Sebab sesungguhnya Allah tidak akan pernah meninggalkan kita, entah dalam situasi yang bagaimanapun dalam hidup kita, Tuhan selalu hadir! Dalam susah, Tuhan menopang kita, dalam kesesakan Tuhan melegakan kita, dalam teriak minta tolong, Tuhan menjawab kita, dalam sukacita, Tuhan mengingatkan kita untuk bersyukur, dalam segala hal, Tuhan hadir!
Menjadi orang jujur, orang baik, orang benar adalah cita-cita dan keinginan, harapan semua orang. Tidak ada seorang pun di dunia ini ingin di sebut sebagai orang yang tidak baik, tidak jujur, tidak benar. Sebab itu manusia berusaha untuk selalu mendapatkan sebutan sebagai orang jujur, orang baik dan orang benar.
Namun ketika kita membaca Roma 3 : 10 – 18 tentu kita akan tersentak...(baca). Timbul pertanyaan masih adakah harapan bagi manusia yang adalah debu tanah ini untuk dapat melakukan kebaikan, kejujuran dan kebenaran yang pada gilirannya dapat disebut sebagai orang baik, orang jujur dan orang benar ?
Pepatah kuno yang menjadi salah satu falsafah orang Cina mengatakan : ”Sekali lancung di ujian, selama hidup tidak dipercaya lagi”. Sekali saja manusia berbuat salah, berlaku tidak jujur, bekerja tidak benar maka selama hidupnya tidak akan dipercaya lagi. Dari sisi yang lain kita akan menilai bahwa ini sungguh tidak adil namun itulah kenyataan yang sering kita saksikan dalam kehidupan bermasyarakat bahkan berjemaat. Apa bila seseorang pernah berbuat salah, berbuat kekeliruan, berbuat ketidak jujuran maka untuk selama-lamanya dianggap tidak ada lagi yang baik dari dirinya. Segala sesuatu yang diperbuatnya pasti dinilai tidak baik bahkan semua hal-hal baik yang pernah dilakukannya tidak akan diingat lagi selain kejahatannya saja. Ini sangat ironis ! Ini masih fenomena diantara manusia biasa, masih memiliki standar penilaian normal. Bagaimana lagi dimata orang-orang yang sok suci, sok baik, sok jujur, sok hebat yang menganggap diri lebih benar, lebih dan lebih. Pastilah penilaian ini akan lebih parah.
Pendalaman Nats Ef 6 : 10 – 20; Mzm 34 : 15 – 22 secara garis besar dapat kita catat antara lain:
1. Rasul Paulus dalam surat peringatannya kepada Jemaat di Efesus agar mereka memahami penggunaan segala perlengkapan hidup, perlengkapan bertingkah laku yang disebutnya dengan perlengkapan rohani. Orang-orang Efesus mengenal dengan baik apa yang disebut dengan perlengkapan perang dan strategi perang untuk mengalahkan musuh bahkan membunuh musuh sekalipun yaitu : senjata, politik tipuan. Dan sekarang karena sudah mengenal perlengkapan perang jasmani maka kenalilah perlengkapan rohani yaitu seluruh senjata Allah dan segala komponennya yang tidak boleh lalai untuk menggunakannya (Ikat pinggang, bajuzirah, kasut kaki, perisai untuk menangkis panah, ketopong, pedang Roh serta berjaga).
2. Apabila segenap perlengkapan perang pada poin diatas itu di gunakan, diaktifkan dengan baik dan benar pada tempatnya maka semua itu akan memberi arti dan manfaat yang besar. Semuanya akan menjadi pelindung bahkan pengantar pada kemenangan demi kemenangan.
3. Mazmur 34 sebagai bahan utama khotbah ini menampilkan salah satu senjata kemenangan Daud untuk mendapatkan keselamatan hidupnya menghadapai Abimelekh dimana kunci utama disana adalah berada dalam lindungan Tuhan. Sehebat apapun musuh yang di hadapi namun ketika ada dalam lindungan Tuhan itu pasti aman.
4. Tentu semua orang rindu untuk berada dalam lindungan Tuhan yang menjadikan hidupnya, keluarganya, usahanya aman. Maka kunci yang harus di pegang adalah : jauhilah yang jahat karena yang jahat itu sangat dekat dengan kehidupan manusia, Tuhan pasti akan menjadi lawan orang yang berbuat jahat (Mzm 34:17). Lakukanlah yang baik (band Gal 5:22), Tuhan mau mendengar doa dan seruan orang yang melakukan kebenaran yang sesungguhnya (Mzm34:18, 20) dan carilah dan usahakan, upayakan, ikut campurtangan demi perdamaian (Mzm 34 : 15) yang pada kenyataannya sungguh susah dilakukan. Coba kita perhatikan berapa banyak waktu dan biaya yang dihabiskan di meja perundingan untuk sebuah perdamaian? – Tuhan dekat, Tuhan peduli, Tuhan memiliki rasa solidaritas yang tinggi (bukan sekedar teori dan pemanis bibir) buat orang-orang yang patah hati, putus cinta, terpinggirkan.
Aplikasi
1. Hidup yang berkemenangan adalah ketika menggunakan senjata rohani dengan baik dan benar.
2. Hidup yang diberkati adalah saat kita mengusahakan kebenaran, kejujuran dan kebaikan di mata Tuhan.
3. Wariskan kebenaran kepada anak cucu kita (3 Yoh 1:4, Amsal 11 : 25; 19 : 22)
4. Dalam kehidupan dewasa ini, kita punya banyak musuh! Kita bermusuh dengan kekecewaan, kita bermusuh dengan kesedihan, kita bermusuh dengan kesusahan, kita bermusuh dengan keputusasaan dan masih banyak lagi. oleh sebab itu, siapa yang mampu mengalahkan semua musuh kita itu? Hanya dalam naungan kekuatan yang berasal dari Tuhanlah kita mampu mengalahkannya! Amen
Kamis, 16 Agustus 2012
"Mengampuni Itu Indah" Mateus 5: 22-25; 6:12
Seorang guru membawa sekeranjang kentang ke dalam kelas. Setiap anak diminta untuk mengambil kentang. Masing-masing satu kentang untuk setiap orang yang pernah membuat mereka sakit hati. “Bawalah kentang ini kemanapun kalian pergi; ke sekolah, ke gereja, mandi,tidur. Pokoknya jangan dilepas. Sampai minggu depan,” perintah sang guru.
Para murid melakukannya. Seminggu kemudia mereka kembali ke kelas. Sang guru bertanya, “bagaimana perasaan kalian dengan kentang itu?”. Para murid komplain. Ada yang bilang tidak enak. Bikin repot. Kentangnya jadi busuk dan berbau tidak sedap. Pokoknya semua murid sangat terganggu dengan kehadiran kentang itu. Gurunya berkata, “begitulah juga kalau kita terus memendam rasa sakit hati. Kita sendiri yang tidak enak. Seperti membawa kentang-kentang itu”.
Pernah dibuat kesal sama seseorang? Pernah merasakan sakit hati? Dikecewakan? Kebencian? Amarah yang sampai ke ubun-ubun? Pada saat seperti itu, kata maaf seolah lenyap dari kamus hidup kita. Tiada maaf bagimu. Seperti diungkap oleh grup musik Chicago: “It’s hard to say I’m sorry”. Tidak jarang yang terlintas malah keinginan untuk balas dendam. Bahkan kerap menggunakan istilah yang rohani: “biar Tuhan yang membalas semua perbuatan jahatnya”. Tuhan malah diajak “berkolusi” dalam dendam.
Kekecewaan, kesedihan, kebencian, amarah, dan sakit hati adalah rasa yang paling mengobrak-abrik jiwa. Ada sebuah ungkapan bernada canda dalam sebuah lagu: lebih baik sakit gigi, daripada sakit hati. Sakit fisik seolah lebih mudah dihadapi daripada sakit batin. Konon orang lebih gampang kurus kalau makan hati.
Dalam doa Bapa Kami, ada bagian “dan ampunilah kami atas segala kesalahan kami, seperti kamu juga telah mengampuni yang bersalah kepada kami”. Mungkin saking terbiasanya orang mengucapkan doa Bapa Kami, termasuk bagian ini. Sehingga kurang terhayati. Terucap tanpa tekad untuk melaksanakan.
Tapi ada juga yang rada “sadar diri”. Karena masih punya dendam dengan sesama, masih tidak bisa memaafkan saudara, kolega, atau sahabatnya, maka ketika diajak mengucapkan doa Bapa Kami, dan sampai pada bagian tersebut, ia memilih tidak menyebutkannya. Biar tidak merasa berdosa kepada Tuhan.
Padahal megampuni adalah panggilan kita orang percaya. Mengapa? Karena Tuhan sudah lebih dulu mengampuni. Dengan kata lain, kalau saat ini kita tidak dapat mengampuni orang lain, maka pastikan dulu diri kita adalah orang yang sama sekali tidak pernah berbuat dosa.
"Menggapai Hari Esok Bersama DIA " Bilangan 13-14:38
Hari Minggu pertama di tahun baru, kita rayakan dengan Perjamuan Kudus. Ini tentu bukan sekadar tradisi tanpa makna. Ini sungguh-sungguh merupakan pengungkapan iman kita.
Perjamuan Kudus ada peringatan akan kasih dan pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib. Untuk kita. Demi kita. Itu artinya sedemikian besar Dia mengasihi dan peduli dengan kita.
Kita sudah melewati tahun yaang lama. Tahun yang baru di depan menunggu kita gapai. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi nanti. Apakah langit kan cerah ataukah langit kan “runtuh”? Kita tidak tahu. Dan tidak ada seorang punyang tahu. Tapi toh dengan kenyataan betapa besar kasih Kristus di masa lalu, itu akan menjadi dorongan dan kekuatan untuk kita melangkah ke depan.
Dalam Bilangan 13-14:38 dikisahkan tentang 12 orang pengintai yang diutus Musa untuk mengintai negeri terjanji. Satu kenyataan yagn sama, dilihat dua pandangan yang berbeda. Yang 10 orang begitu apatis. Dan ingin kembali. Yang dua orang, Yosua dan Kaleb, betul melihat tantangan yang besar di depan mereka. Tapi kedua orang itu fokus pada kasih dan pemeliharaan Allah di masa lalu.
Itulah sebabnya mereka berkata, "Jika Tuhan berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu. Hanya janganlah memberontak kepada Tuhan dan jangan takut kepada bangsa negeri itu, sebab Tuhan menyertai kita."
Bagaimana dengan kita? Saat ini kita kita memulai tahun yang baru. Di depan kita sudah menunggu kehidupan baru. Bisa jadi di sana tantangan tidak menjadi lebih ringan, rintangan tidak menjadi lebih kecil, dan tanggung jawab tidak menjadi lebih sedikit. Tetapi seperti Yosua dan Kaleb, kita juga dapat tetap berpegang pada janji pemeliharaan dan penyertaan Tuhan. Tentu kita jangan membutakan diri terhadap kesulitan dan tantangan yang mungkin akan kita hadapi. Tetapi percayalah, kalau Tuhan sudah menyertai kita sampai saat ini, tentu Dia pun akan menyertai kita pada saat selanjutnya.
Bersama Yosua dan Kaleb, kita bisa berkata: "Jika Tuhan berkenan kepada kita, maka Ia pun akan membawa kita melewati tahun yang akan datang. Hanya, janganlah memberontak kepada Tuhan, dan jangan takut kepada segala rintangan yang akan kita hadapi. Sebab Tuhan menyertai kita."
"ROTI KEHIDUPAN" Yesus berkata: "Akulah Roti Hidup" (Yohanes 6 : 48)
Yesus tak mengatakan bahwa Dia 'Taart' atau 'Kue Keju' hidup, karena makanan ini enak tapi dinikmati oleh sebagian orang saja. Kristus menamakan diriNya "Roti" yang adalah makanan umum semua orang dan dapat disajikan kepada orang miskin dan kaya, raja dan buruh. Roti selalu dapat ditemukan, memuaskan dan menyehatkan.
Dalam Yesus Kristus kita dapatkan semua yang diperlukan untuk membaharui dan menguatkan jiwa, roh kita.
Dalam Keluaran 16 : 14 - 21 orang Israel diberi manna dari Surga, mereka tinggal memungut saja dan memakannya. Manna dimakan oleh orang tua dan muda, merupakan makanan yang sehat dan satu-satunya.
Yesus dapat dihampiri oleh semua orang. BerkatNya ditawarkan dengan cuma-cuma bagi jiwa-jiwa yang lapar. Syukur bagi Allah! DirmanNya diberikan dengan gratis dan mudah dimengerti semua orang. Firman Allah merupakan makanan utama. "Roti" bagi kehidupan spiritual kita. "Barangsiapa makan dagingku dan minum darahku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman" (Yohanes 6 : 54). "Barangsiapa makan dgingku dan minum darahku, ia tinggal di dalam Aku dan AKu di dalam dia." (Yohanes 6 : 56) "Roti", yaitu Firman Allah, memberi kepuasan bagi setiap jiwa dan roh. Roti Kehidupan ini sudah disediakan bagi kita.
Hanya Roti Hidup, yaitu Yesus Kristus, yang sanggup memuaskan jiwa kita.
Khotbah Minggu Yohanes 6:30-35 Tema: "Yesus adalah Roti kehidupan"
Pendahuluan
Orang yang belum pernah lapar,pasti tidak bisa membayangkan derita yang ditanggung oleh mereka yang tidak mempunyai makanan apa-apa.Pikirkan saja sejenak mereka yang terbawa ombak laut ganas sesudah terbakarnya kapal,mereka pasti haus dan lapar luar biasa. Dengan alasan lapar kita sering mendengar orang melakukan hal-hal yang tidak baik dan melanggar hukum,Kita juga sering mendengar betapa banyak orang mati setiap tahun dibumi ini dengan satu alasan yaitu lapar.
Yesus bukan orang kaya,selama berkarya didunia ini,Dia berjalan kaki sebagai pengajar dan pemberita kabar baik,Ia pasti kekurangan,dan pasti juga pernah merasa kelaparan. Oleh karena itu dalam nats ini diceritakan mengenai pengalaman Yesus ketika ia melayani orang-orang yang lapar,yang rasa laparnya yang telah membawa mereka pada sikap duniawi yang salah.
Pendalaman Nast
Yesus tahu begitu banyak diantara mereka yang mengikut Yesus dan mendengarkan pengajaranNya hanya bertujuan menyaksikan tanda-tanda mujizat dan sekedar mendapatkan makanan selama mengikut Yesus.Hal ini dapat dilihat pada ayat 30….tanda apakah yang Engkau perbuat supaya kami dapat melihatnya dan percaya kepadaMu?..Padahal dalam ayat-ayat sebelumnya dapat di lihat bahwa Yesus telah banyak melakukan tanda mujizat,misalnya Yesus mengubah air menjadi anggur pada pesta di Kana (Yoh 2:1-12),Yesus juga menyembuhkan anak menteri raja (Yoh 4:43),Yesus menyembuhkan orang sakit ditepi kolam betesda (Yoh 5:1),Yesus memberi makan 5000 orang (Yoh 6:1),Yesus berjalan di atas air (Yoh 6:16).Yesus telah banyak melakukan mujizat tapi menurut orang banyak itu terjadi hanya sebagai kebetulan saja.Ini adalah gambaran orang-orang yang mengatakan mengikut Yesus tapi perjuangan dan keinginan mereka sendiri yang diutamakan, mereka mengikut Yesus dengan memuaskan kepentingan-kepentingan pribadi sekaligus mendapatkan keuntungan pribadi juga. Ayat 31 mengatakan mereka kembali meminta makanan “gratis”kepada Yesus dengan alasan bahwa dulu nenek moyang mereka selalu diberi makanan oleh Musa selama di padang gurun.Ayat 32 dan 33 Yesus menjelaskan bahwa yang memberi nenek moyang mereka roti manna bukanlah Musa tapi itu adalah pemberian dari Allah.Hal ini menegaskan bahwa semua pemberian yang kita terima dalam hidup bukan dari manusia tapi itu adalah pemberian dari Allah (bnd Yakobus 1:17)Ayat 34 dan 35 mereka mengira dengan pemberian roti oleh Yesus yang secara terus menerus mereka terima pasti akan menjamin hidup mereka bahwa selama mereka mengikut Yesus mereka pasti terhindar dari rasa lapar dan dengan begitu mereka tidak akan pernah kelaparan. Yang menarik bagi mereka adalah roti nya bukan kepada Yesus,kemudian Yesus mengatakan “Akulah roti hidup;barang siapa datang kepadaKu,ia tidak akan lapar lagi dan barangsiapa percaya kepadaKu ia tidak akan haus lagi”.Yesus meluruskan cara pandang mereka yang berusaha mengikut Yesus bahwa yang mereka butuhkan lebih dari makanan secara fisik yaitu makanan rohani.Dalam Mat.4:4 ketika Yesus dicobai oleh iblis dengan tegas Yesus mengatakan bahwa manusia tidak hidup dari roti saja..Manusia tidak dapat dipuaskan oleh makanan saja,seberapa banyak pun makanan yang kita makan kita pasti akan merasa lapar kembali.Yesus adalah roti kehidupan,orang yang percaya dan mengikut Yesus tidak akan mengalami rasa lapar dan haus,karena Dia adalah “roti”yang diperlukan oleh manusia yang mampu mengatasi rasa lapar dan haus melalui kekuatan dan pengharapan hidup,oleh karena itu hidup ini akan sempurna jika kita hidup dengan menerima Yesus serta hidup alam kehendak Sang Roti Kkehidupan.
Pointer
1. Keyakinan kita akan ke maha kuasaan Allah di dalam hidup tidak tergantung kepada seberapa sering kita menyaksikan adanya mujizat serta berapa kali Dia mendengarkan doa permohonan kita tapi kita meyakini bahwa Yesus adalah juruselamat dengan cara adanya relasi pribadi yang intim denganNya.Relasi yang intim ditandai dengan apa yang menjadi tujuan kita percaya dan mengikut Yesus.
2. Percaya dan mengikut Yesus berarti kita akan menerima keselamatan.Kita perlu mengevaluasi diri dalam mengikut Yesus sebab tidak semua yang mengikut dan percaya akan mendapatkan keselamatan.Yang patut kita lakukan adalah seperti dalam Mazmur 119:16..Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapanMu,FirmanMu tidak akan ku lupakan.Kehendak Tuhan yang kita jalankan bukan kehendak kita.
3. Rasa lapar kita akan kehendah Tuhan dalam kehidupan harus diutamakan daripada rasa lapar kita terhadap kebutuhan-kebutuhan hidup.Sebab hakekat utama dari manusia adalah hal yang rohani bukan yang jasmani.
Langganan:
Postingan (Atom)