DISAMPAIKAN PADA DETIK-DETIK KEMATIAN TUHAN YESUS
Pengantar:
Dikeheningan pagi itu, di kota Yerusalem, terdengarlah suara teriakan, tangisan dan lecutan suara cambuk silih berganti. Diantara debu-debu jalanan tampaklah para prajurit Romawi yang sedang mengiringi seorang laki-laki, yang berjalan tertatih-tatih, sambil memikul salib besar yang dipanggulkan di atas bahu-Nya. Orang itu adalah Yesus, yang telah di putuskan untuk dihukum mati oleh Pilatus, atas desakan para pemimpin Yahudi dan pengikut-Nya.
Tidak ingatkah mereka akan pengajaran-Nya yang penuh Kasih…? Akan mujijat-mujijat-Nya untuk menyembuhkan orang sakit, bahkan membangkitkan orang yang sudah mati…?
Semua orang seakan lupa akan semua kebaikan-Nya, dan berhasil dihasut oleh pemimpin-pemimpin lalim untuk menghujat Dia, seorang yang penuh Kasih. Berkali-kali Dia harus jatuh bangun karena dicambuk oleh prajurit Romawi…pukulan…tamparan…bahkan ludah dari orang-orang yang dulu pernah diberi-Nya makan roti dan ikan.
Keringat dan darah bercucuran…kulit yang terkoyak…kepala yang sakit menahan nyeri..oh….tak terbayangkan betapa penderitaan-Nya begitu dalam, wajah-Nya sudah tidak seperti manusia lagi, Dia ditolak oleh pengikut-Nya sendiri. Air susu dibalas air tuba…oh…sekali lagi Dia jatuh…..salib-Nya terpaksa harus di pikul orang lain karena Dia tak sanggup lagi, setelah darah-Nya terkuras dan berceceran disepanjang jalan menuju Bukit Golgata.
Narasi -1
Ya…Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat…!
Inilah ucapan pertama yang keluar dari mulut Yesus setelah Dia disalibkan bersama dua orang penjahat,seorang di sebelah kanan-Nya dan seorang lagi di sebelah kiri-Nya.
Ucapan Yesus ini nyata menunjukkan betapa besar kasih-Nya kepada umat manusia. Ia tidak pernah membalas kekejaman dan kejahatan manusia dengan umpat dan cela, sebaliknya Ia justru mendoakan mereka, orang-orang yang telah menghina, menyiksa dan menyalibkan-Nya. Yesus tahu, bahwa meskipun mereka selalu melihat dan mendengar segala sesuatu yang Ia lakukan mereka tetap tidak percaya bahwa Ia adalah Mesias yang diutus oleh Allah, itulah sebabnya Yesus berdoa bagi mereka: Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.
Saudara-sauda yang dikasihi Tuhan, bukankah Doa Tuhan Yesus iniberlaku bagi Dia. Renungkanlah, betapa sering kita mendukakan hati-Nya melalui pikiran, perkataan maupun perbuatan kita. Namun di dalam Kasih-Nya yang besar, tangan-Nya selalu terbuka untuk mengampuni kita. Ia tak pernah membalaskan dosa dan kejahatan kita, dengan murka dan hukuman. Sebaliknya Ia tetap mengulurkan tangan-Nya untuk menerima kita.
Mari kita bernyanyi KJ No
Narasi ke- 2
Tidak hanya ketika berada di Yerusalem atau di tengah jalan saja, di kayu salib itu, Yesus juga menerima begitu banyak hujatan, olok-olok, hinaan dari para pemimpin Yahudi yang berkata: Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias orang yang dipilih Allah.
Hai Engkau yang mau merubuhkan bait suci dan mau membangunya dalam tiga hari, selamatkanlah dirimu, jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu.
Bukan hanya mereka, para prajurit juga ikut mengolok-olok Dia sambil mengunjukkan anggur asam kepada-Nya dan berkata: Jika Engkau adalah Raja orang Jahudi, selamatkanlah diriMu. Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia katanya: Bukankah Engkau adalah Kristus…? Selamatkanlah diriMu dan kami. Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: ‘Tidakkah engkau takut…? Juga kepada Allah…? Kita memang selayaknya di hokum, sebab kita menerima balasan setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah”. Lalu ia berkata: “Ya Yesus, ingatlah akan daku, apabila Engkau datang sebagai Raja”Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini, engkau aka nada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” Sungguh merupakan pernyataan yang luar biasa keluar dari mulut seorang penjahat besar. Orang itu belum pernah melihat Yesus, namun dia pernah sesaat melihat bagaimana Yesus yang mau mengampuni orang yang berbuat jahat kepada-Nya. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, kita lihat betapa Tuhan Yesus menghargai orang yang percaya kepada-Nya, walaupun hanya di saat terakhir dalam hidupnya, tanpa peduli masa lalu penjahat itu, Yesus mau mengampuni dan menerimanya di Firdaus. Mari saudaraku bertobatlah dan terimalah Anugrah Keselamatan dari Tuhan Yesus, yang mau mengampuni dan melupakan dosa pelanggaran kita, dan mau menerima kita kembali.
Mari kita Bernyanyi KJ. No.
Narasi ke- 3
Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya Maria isteri Kleopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu…inilah anakmu….! Kemudian katanya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu, dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya. Di kaki salib tempat Yesus tergantung, berdiri ibu-Nya dengan hati yang hancur luluh. Tidak terbesit di benaknya bahwa janji Tuhan melalui Malaikat Gabriel untuk melahirkan Immanuel, ternyata berakhir di kayu salib.
Yesus tahu bahwa ibu-Nya pasti sangat berduka, lemah tak berdaya….apalagi selama ini Yesus adalah tulang punggung keluarga. Selama tiga tahun, Ia selalu bersama-sama dengan mereka, baik dalam suka maupun duka. Sejenak Ia merenungkan, betapa banyaknya kenangan indah yang pernah Ia alami bersama mereka. Ia juga melihat kesedihan yang sangat mendalan di hati ibu-Nya itu. Ia tahu betapa besar-Nya kasih sayang Ibu kepada-Nya, yang pasti rela melakukan apa saja untuk diri-Nya. Dengan suara yang lemah, sambil mengarahkan tatapan-Nya kepada Yohannes, Dia berkata kepada sang bunda: “Ibu,,,,,inilah anakmu”. Yesus ingin menguatkan dan menghibur ibu yang sangat dikasihi_nya, bahwa meskipun sebentar lagi Dia akan pergi, namun masih ada anaknya yang lain, yang akan menggantikan-Nya, untuk menjaga, membantu dan menghiburnya. Lalu Yesus berkata kepada Yohannes: “Inilah ibumu”. Dengan begitu Yesus menuntut suatu tanggung jawab dari murid-Nya untuk merawat ibu-Nya. Sebuah teladan yang sangat baik, agar kita wajib mengasihi orang tuanya yang telah merawat kita dan telah berkorban dalam membesarkan anak-anaknya.
Mari kita bernyanyi KJ No.
Narasi ke- 4
Lama sebelumnya, ketika Ia sedang berada di kota Sikhar Samaria, pernah Ia berkata kepada seorang perempuan: “barangsiapa minum air yang Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya, sebab air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.”Sekarang Sang Sumber Air Hayat berkata: “Aku Haus”… Secara manusiawi, Yesus tentu merasakan haus karena kelelahan, panas dan banyak cairan yang keluar dari tubuh-Nya. Yesus adalah benar-benar Allah dan benar-benar manusia, tapi manusia yang tidak berdosa. Tak ada yang dapat dilakukan orang yang mengasihi-Nya, untuk menghilangkan dahaga-Nya, tapi ada orang yang mengunjukkan anggur asam, yang membuat Yesus semakin haus. Dia haus akan Keadilan, haus akan Kasih, haus akan Kebenaran mengalahkan kejahatan dan ketidak-adilan. Saat ini ada sesuatu yang bias kita lakukan untuk melegakan rasa haus-Nya, sesuai dengan Firman-Nya: “Apapun yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
Mari kita Bernyanyi KJ No.
Narasi ke-5
Seorang ahli yang bernama DR. CFG. Ritcher menyampaikan analisa tentang penderitaan yang dialami orang yang disalibkan: Akibat dari tubuh yang tak wajar dan tak dapat digerakkan…dan yang menggantung, tangan-tangan yang terentang dan ditembusi paku, maka satu gerakan apapun pasti akan menambah rasa sakit disekujur tubuh, terutama punggung yang tercabik-cabik dan tangan serta kaki yang tertembus tajam.
Terik panas matahari yang membakar tubuh, membuat cairan tubuh kering dan darah mengental. Jantung mulai kesusahan memompa darah, sehingga jantung bekerja keras, dan paru-paru juga harus bekerja keras untuk memompa oksigen ke darah…Aliran darah menjadi lebih lambat, sehingga kepala mengalami pusing yang tak tertahankan. Itulah yang dirasakan Yesus saat itu. Sungguh mengenaskan dan menyakitkan. Ia merasa kesendirian, kesepian, tidak ada yang ikut merasakan betapa pedih dan sangat pedih. Tidak ada lagi yang tinggal menemani-Nya. Ia pun berseru dengan sekuat tenaga: “Eli…Eli…Lama Sabakhtani…! “Allahku,,,,Allahku,,,,mengapa Engkau meninggalkan Aku…..?”Diatas kayu salib, seluruh dosa sedang ditanggung-Nya, melalui siksa yang diterima-Nya. Sesungguhnya penyakit kitalah yang ditanggung-Nya, dan kesengsaraan kita yang dipikul-Nya, padahal kita mengira Dia kena tulah, dip[ukul dan ditindas Allah. Tetapi Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dan diremukkan oleh karena kejahatan kita, ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita, ditimpakan kepadaNya, dan oleh bilur-bilurNya kita mejadi sembuh.
Mari kita Bernyanyi KJ No.
Narasi ke-6
“Sudah Selesai”
Ini bukanlah keluh kesah seorang yang letih lesu dan berbeban berat, seperti suara orang yang putus asa. Sebaliknya, ini adalah ungkapan rasa puas bahwa missi telah selesai dilaksanakan. Yesus telah menyelesaikan tugas yang di Embannya: Menyampaikan berita Keselamatan, menyerukan pertobatan, memberikan pertolongan kepada yang membutuhkan, menyembuhkan orang yang sakit, memberikan teladan hidup yang benar dan berkenan di hadapan Tuhan, menunjukkan kasih yang sempurna, dan menanggung dosa seluruh dunia. Semua rencana Allah sudah digenapi, tidak perlu lagi manusia melalukan cara-cara lain untuk mencari keselamatan. Keselamatan diperoleh hanya melalui Iman Percaya pada Yesus, yang telah memberikan nyawa-Nya sebagai ganti kita.
Betapa indah dan sempurnanya karya penebusan yang telah dilakukan-Nya di atas kayu salib. Dosa telah ditaklukkan. Kuasa maut telah dihancurkan oleh darah Yesus. Kita menang, umat-Nya dibebaskan. Halleluya…!
Mari kita Bernyanyi KJ No.
Narasi ke-7
Perkataan pertama yang diucapkan Yesus dalam kitab suci adalah pengakuan-Nya tentang bapa-Nya. Yesus beruur 1 tahun ketika Ia berkata kepada orang tuanya yang menemukan Dia sedang berada di Bait suci: “Tidakkah kau tahu bahwa Aku harus berada di rumah Bapa-Ku….? Perkataan-Nya yang terakhir adalah tentang Bapa-Nya juga. Dia kembali menegaskan bahwa memang Dia adalah berasal dari Bapa, dan akan kembali kepada Bapa.
Dia tahu bahwa Sang Bapa adalah Bapa yang baik, yang menerima-Nya kembali, seperti pengajaranNya tentang anak yang hilang, betapapun berdosanya ia, namun takkala melangkah pulang, bapanya menerimanya dengan penuh sukacita. Demikianlah Yesus akan berserah kepada Bapa, dan dengan penuh penyerahan diri, Dia berucap: “ Ya Bapa ke dalam tanganMu, Kuserahkan nyawaKu….Lalu Diapun tertunduk. Mati.
Mari kita Saat teduh……Lonceng berbunyi……7 X
Tidak ada komentar:
Posting Komentar