Senin, 21 Februari 2011

"Khotbah Minggu 20 Feb 2011

Lukas 17:7-10
Dalam perjalanan Tuhan Yesus; menuju Yerusalem guna menggenapkan karya keselamatan dengan mati di atas kayu salib, Lukas mencatat periode ini di Lukas 9-19, yang berisi nasihat-nasihat dan pengajaran-pengajaran Tuhan Yesus, baik itu kepada orang banyak yang mendengarkan ajaran-ajaran Tuhan Yesus, maupun kepada ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi, yang notabene adalah pemimpin-pemimpin agama pada waktu itu.
Tetapi secara khusus Tuhan Yesus dalam periode ini juga menasihati, mengajar murid-murid-Nya. Dan perumpamaan tentang tuan dan hamba yang dalam versi yang lain biasa dikenal
dengan judul “Hamba yang Tidak Berguna,” unprofitable servant, oleh LAI diberi judul : “Tuan dan Hamba.” Dalam sederetan perumpamaan yang hampir kira-kira 20 perumpamaan dalam periode ini, Tuhan Yesus mau berbicara secara spesifik bagaimana sikap—attitude dari murid-murid Tuhan Yesus dalam menghadapi pelayanan mereka. Jika kita membaca beberapa ayat sebelumnya karena kita akan mendapati bahwa paling tidak latar belakang Tuhan Yesus dalam menyebutkan perumpamaan ini adalah dengan satu tanda awas terlebih dahulu. “Hey! Muridmuridku/para Pelayan…! Pnt dan Pdt hati-hatilah, jangan kehidupanmu menjadi batu sandungan, lebih-lebih lagi jangan sampai jadi penyesat.”
Pada gilirannya Tuhan Yesus secara positif kemudian mengatakan supaya mereka mempunyai suatu sikap, suatu kelapangan hati yang dapat menerima sesama saudara, yang dapat menerima orang lain dalam suatu pengampunan. Dengan kata lain, di dalam relasi dengan sesama saudara harus ada suatu kerinduan agar saudara kita bertobat dan kita menerima saudara kita yang kita kasihi itu. Tuhan Yesus kemudian melanjutkan dengan mengatakan bahwa di dalam proses agar tidak menjadi batu sandungan ini, di dalam pelayanan yang bisa mengampuni dan bisa menerima itu, janganlah kamu bangga bahwa kamu mempunyai iman dan pernyataan iman, yang bisa berkata: “tambahkanlah iman kami,” karena masalahnya bukan soal besar atau kecil iman itu. Tetapi persoalan yang Tuhan Yesus bicarakan di sini adalah manifestasi praktisnya dari iman yang dinyatakan para murid. Kita ketahui bersama bahwa begitu mudah dan gampangnya kita mengaku dan menyebutkan pernyataan iman kita, begitu mudahnya kita menandatangani pengakuan iman kita, begitu mudahnya kita mengumandangkan iman kita, tetapi pada saat yang sama kehidupan kita bertentangan dengan pernyataan iman yang kita nyatakan ataupun yang kita beritakan.
HAMBA YANG SEJATI
-Seorang hamba harus taat kepada tuannya, dan melakukan apapun yang dikatakan oleh tuannya, hamba yang sejati adalah hamba yang tahu menyenangkan hati tuannya.
Dalam ayat ini dikatakan bahwa kita adalah hamba-hamba yang tidak berguna yang melakukan apa yang harus kita lakukan artinya kita adalah orang-orang yang dipanggil Tuhan secara khusus dan diberi kepercayaan untuk melayani Dia. Menjalankan kepercayaan Tuhan berarti ada usaha dan Tuhan memang lebih tertarik dengan usaha kita daripada hasilnya, dan bagaimana kita menjalankan kepercayaan itu yaitu dengan motivasi yang benar. Melakukan apa yang harus dilakukan adalah melakukan semua kehendak Tuhan.
Ada empat karakter Hamba yang Sejati :
1. Fokus menyenangkan hati tuannya (Amsal 19:20-22).
Menyenangkan hati tuannya dengan kesetiaan.
Lukas 17:7-10, Hamba yang rendah hati, yang tidak pernah bersungut-sungut melakukan tugasnya.
Filipi 2:6-9, hamba yang menanggalkan haknya dan taat sampai mati (seperti Yesus yang sudah mati dan melayani untuk kita). Kita harus semakin berkurang dan Yesus bertambah-tambah.
2. Berpikir sebagai penata layanan, bukan pemilik
Matius 24:45-51, Allah bukan owner, tapi Allah adalah pemilik (empunya) dan kita adalah pengelola. Karena itu jangan terikat dengan jabatan atau terikat dengan dunia...!!
Kejadian 34:20-21, Yusuf tak kehilangan sukacita walaupun dipenjara, Tuhan melihat kesetiaan Yusuf dan Tuhanpun mengangkat Yusuf.
Biarlah Tuhan yang mengangkat kita, jangan kita mengangkat diri sendiri (jangan sombong).
3. Berpikir tentang memaksimalkan pekerjaan kita
Matius 7:1-3, jangan menghakimi pekerjaan orang lain atau jangan mengukur pekerjaan orang lain, tetapi lakukanlah bagian kita dengan benar maka Tuhan pun akan melakukan bagianNya.
4. Menyadari bahwa Pelayanan adalah kesempatan yang berharga bukan beban
Lukas 19:29-38, jangan membanggakan diri kalau dipakai Tuhan, miliki hati yang senang menolong dan berkorban.
Contoh : Paulus yang tidak punya waktu untuk diam, tapi terus melayani
Hamba identik dengan pengorbanan dan Yesus adalah teladan bagi kita bagaimana memiliki karakter hamba yang sejati, ketika kita menyadari bahwa kita adalah Hamba berarti kita melakukan apapun yang Tuhan kehendaki meskipun itu dengan menanggalkan hak-hak kita. Percayalah bahwa pengorbanan kita tidak sia-sia.

Jadilah pelayan yang ber hati Hamba....AMIN
” ...Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna, kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan."
( Lukas 17:10 )

Apakah ada sesuatu yang menurut sdr harus sdr lakukan di dalam kehidupan ini? Ada orang yang merasa harus menyelamatkan lingkungan hidup. Orang lain lagi merasa harus bekerja keras supaya sukses. Ada juga orang yang merasa harus menghalang-halangi orang lain membangun tempat ibadah mereka. Tentu saja, pertanyaan selanjutnya: Mengapa harus? Siapa yang mengharuskan?
Yesus mengajarkan spiritualitas kehambaan kepada orang banyak agar mereka bisa memahami relasi mereka dengan Tuhan dan sesama. Mengapa spiritualitas seorang hamba dan bukan seorang tuan? Karena di hadapan Tuhan, umat manusia adalah hamba yang harus melaksanakan kehendak tuannya. Harus berarti wajib, tidak bisa tidak, tidak ada tawar menawar! Tuhan memberikan tugas kepada manusia, manusia harus melakukan tugas yang diberikan Tuhan kepadanya tersebut. Dalam spiritualitas kehambaan, seorang hamba harus senantiasa siap sedia melakukan tugas yang diberikan tuannya tanpa kenal lelah. Seorang hamba juga tidak perlu mengharapkan pujian, ucapan terima kasih dan imbalan jasa dari tuannya. Seorang hamba bahkan juga perlu menegaskan di hadapan tuannya apa yang telah diperbuatnya untuk tuannya sebenarnya tidaklah berarti apa-apa. Spiritualitas kehambaan seperti inilah yang dilakukan Yesus melalui kematian-Nya di kayu salib. Yesus, Sang Putra telah menempatkan diri sebagai Hamba yang harus melakukan tugas yang diberikan Bapa-Nya untuk mewujudkan keselamatan bagi manusia.
Sakramen Perjamuan Kudus senantiasa menyimpan kenangan spiritualitas kehambaan Yesus bagi keselamatan manusia. Yesus telah melakukan apa yang harus Ia lakukan untuk menyelamatkan umat manusia. Mari kita bertanya pada diri kita sendiri: Apa yang harus aku lakukan supaya kehidupanku, keluargaku, gerejaku, masyarakatku, bangsaku dan bumiku ini menjadi semakin lebih baik? Amin.

Tidak ada komentar: