Rabu, 05 Januari 2011

"Khotbah Minggu Advend"

“TUHAN AKAN DATANG
PERSIAPKANLAH JALAN BAGINYA”
Lukas 21:7-13
Bacaan:Jes 45:22-24


Tahun gereja merupakan suatu barisan yang teratur dari hari raya dan hari minggu yang tiap-tiap tahun berulang kembali.
Tahun gereja itu ditentukan oleh tiga hari raya yang terpenting di kalangan orang Kristen yaitu:
1. Hari Kelahiran Tuhan Yesus Kristus
2. Hari Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus
3. Hari Pentakosta atau turunnya Roh Kudus.

Tahun gereja tidak sama dengan tahun Negara yang memulai dari 1 Januari, tetapi tahun gereja dimulai dengan Minggu “Advent” yang pertama. Advent artinya “persiapan akan kedatangan”, empat minggu berturut-turut dipergunakan untuk menyiapkan Hari Kelahiran Tuhan Yesus Kristus. Jadi Advent adalah masa persiapan menyambut datangnya Kristus, yang mempunyai dua makna: Pertama, Sebagai peringatan kelahiran Tuhan Yesus dan kedua, sebagai penantian kedatangan-Nya kembali.
Kita diajak menghayati kedua makna itu sebagai pribadi dan sebagai jemaat melalui ibadah minggu-minggu Advent. Tiap minggu Advent dinyalakan satu lilin sampai minggu Advent keempat. Keempat lilin berturut-turut dinyalakan sebagai tanda semakin kuatnya iman, pengharapan dan kasih kita dalam berjuang menantikan kedatangan-Nya kembali. Dalam minggu Advent sebagai minggu permulaan Tahun Gereja, wajarlah setiap warga gereja mengetahui dan menghayati prinsip dasar dari gereja yaitu:

1. Bahwa prinsip dasar gereja bukanlah ciptaan atau buatan tangan manusia, melainkan Kasih Allah yang tak terhingga dan Anugerah Allah yang maha besar, yang dinyatakan pada manusia yang penuh dosa, penderitaan dan maut, agar setiap orang yang percaya beroleh keselamatan.
2. Setiap warga gereja harus menunjukkan rasa syukur dengan komitmen untuk tetap beriman kepada-Nya, karena kita adalah anak maka kita adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah.
3. Tuhan Allah, adalah Penyayang Ia tidak akan meninggalkan kita dan tidak akan melupakan perjanjian yang telah diucapkan-Nya, karena itu kita harus tetap berpengharapan dan beriman yang hidup akan kedatangan-Nya.

Dunia kita saat ini sedang DALAM BAHAYA, demikian kata Raplh. J. Bunche, kita sedang bergerak maju menuju suatu situasi dimana lebih banyak manusia hidup dalam planet ini, sehingga tidak dapat ditampung lagi. Dengan pertambahan penduduk dunia dua persen setahun, maka dunia ini akan semakin padat dan akan cakar-cakaran satu dengan yang lain. Benarkah dunia ini akan kiamat..? demikian pertanyaan yang timbul dalam pikiran banyak orang. Sebahagian orang percaya dan sebahagian lagi tidak percaya, bahkan lebih jauh ada yang menganggap bahwa kiamat itu hanyalah ceritera hayalan belaka. Namun bagaimanapun juga sebagai orang yang beriman kita harus percaya akan apa yang dikatakan firman Tuhan dalam II Petrus 3: 7 ; “ Tetapi oleh firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik”.
Sesungguhnya dunia ini sedang berada dalam krisis. Frank L. Bland, melihat gejala-gejala yang terjadi dalam dunia ini dan menamakannya sebagai “the lawless age” atau satu abad yang tidak beraturan. Apakah abad kita ini akan disusul oleh masa yang lebih baik dan lebih normal…? Tidak ada seorangpun yang dapat memberikan jawaban yang pasti. Orang mengatakan bahwa kita hidup dalam satu generasi dan abad yang sangat berbahaya dalam sejarah. Segala keadaan dalam bumi ini tampaknya tidak dapat dikontrol. Didalam tangan manusia terdapat senjata-senjata untuk saling membunuh dan membinasakan tiap jejak kehidupan dalam dunia ini. Apa kata Alkitab tentang krisis dunia ini..? “Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang” (Luk 21:25-26). Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang, kejahatan semakin meraja lela, kedurhakaan, dan kasih akan semakin dingin. (Mat 24: 11-12),sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan, tetapi orang yang percaya akan tetap berpegang pada kebenaran. (2. Tim 3: 13-14). Yesus telah mengetahui segala peristiwa yang akan menimpa dunia ini, sehingga Ia berkata: “Tetapi segala perkara ini mulai berlaku, tegaklah kamu serta menengadah, karena kelepasan bagimu sudah dekat”. Karena itu daripada mengarahkan pandangan kita kepada segala daya tarik dunia yang penuh dosa ini, kita diminta agar memandang keatas, mencari Tuhan dan menantikan janji penghiburan-Nya, itulah “Adven” penantian akan janji, kerinduan akan kedatangan Kristus untuk membawa keselamatan. Keselamatan adalah hal yang meliputi segala kebutuhan kita dan meluas dari kekal sampai kekal. Di dalamnya termasuk pengampunan atas dosa-dosa daripada masa yang lalu, pembebasan dari pada kuasa dosa pada masa yang akan datang (Yudas 24,25). Keselamatan merupakan harapan pada masa mendatang dan kesenangan pada masa sekarang ini (Titus 2:11-13). Dan semua ini hanya dapat kita peroleh dengan “Pertobatan” dan “Beriman kepada-Nya”, pertobatan merupakan hal yang mendahului iman, Oleh karena kita melihat belas kasihan Allah sehingga Ia memberikan anak-Nya mati karena kita, maka kita didorong untuk bertobat dan mengakui dosa-dosa kita kepada-Nya. Iman bukan percaya hal-hal mengenai Kristus tetapi percaya akan Kristus itu sendiri. Iman bukanlah melangkah ke dalam kegelapan, tetapi iman didukung oleh Firman Allah yang kekal. Iman tidak sama dengan pengharapan, walaupun memang hal itu berhubungan. Pengharapan merupakan keinginan kita, iman merupakan alas (dasar) kita. Tanpa pengharapan kehidupan Kristen akan sangat membosankan, tanpa iman hal itu akan hancur. Pengharapan membawa kita ke masa depan dan kesabaran merupakan budaknya: “Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun” (Roma 8:25). Iman membawa masa depan kepada kita dan melalui ujian-ujian menimbulkan kesabaran: “Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan” (Jak 1:3).
Merayakan Advent ketiga dengan tekad agar lilin Advent pertama yang dinyalakan menjadi lambang kerinduan dan harapan kita yang semakin besar akan kedatangan Kristus, karena itu Persiapkanlah Jalan Bagi-Nya. Amen. Ds. R.H.L. Tobing.
1. Mengampuni Itu Indah
Seorang guru membawa sekeranjang kentang ke dalam kelas. Setiap anak diminta untuk mengambil kentang. Masing-masing satu kentang untuk setiap orang yang pernah membuat mereka sakit hati. “Bawalah kentang ini kemanapun kalian pergi; ke sekolah, ke gereja, mandi,tidur. Pokoknya jangan dilepas. Sampai minggu depan,” perintah sang guru.
Para murid melakukannya. Seminggu kemudia mereka kembali ke kelas. Sang guru bertanya, “bagaimana perasaan kalian dengan kentang itu?”. Para murid komplain. Ada yang bilang tidak enak. Bikin repot. Kentangnya jadi busuk dan berbau tidak sedap. Pokoknya semua murid sangat terganggu dengan kehadiran kentang itu. Gurunya berkata, “begitulah juga kalau kita terus memendam rasa sakit hati. Kita sendiri yang tidak enak. Seperti membawa kentang-kentang itu”.
Pernah dibuat kesal sama seseorang? Pernah merasakan sakit hati? Dikecewakan? Kebencian? Amarah yang sampai ke ubun-ubun? Pada saat seperti itu, kata maaf seolah lenyap dari kamus hidup kita. Tiada maaf bagimu. Seperti diungkap oleh grup musik Chicago: “It’s hard to say I’m sorry”. Tidak jarang yang terlintas malah keinginan untuk balas dendam. Bahkan kerap menggunakan istilah yang rohani: “biar Tuhan yang membalas semua perbuatan jahatnya”. Tuhan malah diajak “berkolusi” dalam dendam.
Kekecewaan, kesedihan, kebencian, amarah, dan sakit hati adalah rasa yang paling mengobrak-abrik jiwa. Ada sebuah ungkapan bernada canda dalam sebuah lagu: lebih baik sakit gigi, daripada sakit hati. Sakit fisik seolah lebih mudah dihadapi daripada sakit batin. Konon orang lebih gampang kurus kalau makan hati.
Dalam doa Bapa Kami, ada bagian “dan ampunilah kami atas segala kesalahan kami, seperti kamu juga telah mengampuni yang bersalah kepada kami”. Mungkin saking terbiasanya orang mengucapkan doa Bapa Kami, termasuk bagian ini. Sehingga kurang terhayati. Terucap tanpa tekad untuk melaksanakan.
Tapi ada juga yang rada “sadar diri”. Karena masih punya dendam dengan sesama, masih tidak bisa memaafkan saudara, kolega, atau sahabatnya, maka ketika diajak mengucapkan doa Bapa Kami, dan sampai pada bagian tersebut, ia memilih tidak menyebutkannya. Biar tidak merasa berdosa kepada Tuhan.
Padahal megampuni adalah panggilan kita orang percaya. Mengapa? Karena Tuhan sudah lebih dulu mengampuni. Dengan kata lain, kalau saat ini kita tidak dapat mengampuni orang lain, maka pastikan dulu diri kita adalah orang yang sama sekali tidak pernah berbuat dosa.

Tidak ada komentar: