Bacaan: IIRaja-raja;6:8-23
Ya Tuhan :Bukalah kiranya matanya supaya ia melihat ... - II Raja-raja 6:17
Baik atau buruk itu tergantung dari cara kita memandang. Masalah bisa menjadi buruk tapi bisa juga menjadi baik, itu juga tergantung dari cara kita memandang. Lihatlah hal yang baik dengan cara pandang yang buruk, maka hal itu akan terlihat sedemikian negatif. Sebaliknya, lihatlah hal yang buruk dengan cara pandang yang baik, secara mengejutkan kita akan melihat hal-hal yang positif.
Dean Black menceritakan dua kisah nyata mengenai hal ini dalam buku Frogship Perspective. Seorang pemain bola basket berbakat, ketika berusia 16 tahun kehilangan kedua kakinya dalam sebuah kecelakaan. Ini hal yang buruk bagi Curt Brinkman, pebasket muda tersebut yang akhirnya menjadi atlet kursi roda terkenal. Ia berkata, “Segera sesudah kecelakaan itu saya bangkit. Saya justru tidak tahu seperti apa kalau kaki saya masih ada.” Seorang pria setengah baya melihat kembali dari kebutaan matanya semenjak lahir. Lalu seorang psikolog yang menanganinya berkomentar tentang mantan pria buta ini, “Waktu buta, dia hebat sekali. Tapi waktu dia sembuh, prestasinya merosot drastis, bahkan seperti orang bodoh.” *
Bagi kita kehilangan kedua kaki adalah masalah besar, tapi bagi Curt Brinkman justru adalah kunci kesuksesan. Bagi kita mendapat kembali penglihatan adalah hadiah, tapi bagi pria separuh baya tersebut adalah masalah besar. Mengapa bisa demikian? Ini bukan soal masalahnya, tapi soal bagaimana kita melihat sebuah masalah. Perlu saya tekankan sekali lagi, lihatlah hal yang baik dengan cara pandang yang buruk, maka hal itu akan terlihat sedemikian negatif. Sebaliknya, lihatlah hal yang buruk dengan cara pandang yang baik, maka kita akan melihat hal-hal yang positif.
Apakah hari ini kita sedang mengalami masalah? Bagaimana cara kita memandang masalah tersebut? Tuhan selalu mengajar agar kita melihat segala masalah dari sudut pandang yang positif. Ini seperti orang yang memakai kacamata. Memakai kacamata hitam akan membuat obyek yang paling terangpun akan terlihat gelap. Jadi jika hari ini hidup Anda terlihat begitu suram dan gelap untuk dijalani, jangan-jangan yang salah adalah kacamata Anda.
Lihatlah setiap masalah yang paling buruk sekalipun dengan kacamata positif.
Perdamaian sangat dibutuhkan pada jaman ini, bagaimana kita bisa berdamai dengan sesama, dengan Tuhan dan diri sendiri.Semua ini hanya dapat kita peroleh dari Dia dan FirmanNya sebagai Madu Surgawi.
Kamis, 24 September 2009
MENCIPTAKAN MOTIVASI
Bacaan: Keluaran;17:8-13
Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.- Amsal 22:6
Jika Anda adalah seorang pemimpin, entahkah pemimpin kelompok, pemimpin organisasi, pemimpin perusahaan, atau bahkan Anda adalah pemilik perusahaan, menciptakan motivasi dalam sebuah tim adalah hal mutlak. Tanpa motivasi, bisa jadi organisasi atau perusahaan yang kita pimpin akan mengalami kemandegan atau bahkan kelumpuhan. Hal-hal apa yang mempengaruhi motivasi dalam sebuah teamwork?
Satu, visi, misi dan tujuan yang jelas. Dengan menetapkan hal tersebut kita akan tahu di mana posisi kita sekarang ini dan ke mana tim kita akan pergi. Jika visi dan tujuan kita kabur, bisa dipastikan tim kita akan kehilangan motivasi. Karena tidak ada tujuan yang hendak dicapai dan tidak ada target yang hendak diraih. Dua, tanggung jawab. Pendelegasian tanggung jawab akan menjadi motivasi tersendiri bagi orang yang menerimanya. Dengan adanya tanggung jawab yang ia pikul, ia akan berusaha untuk memenuhi, melakukan dan menyelesaikannya dengan kualitas terbaik.
Tiga, tantangan. Pada dasarnya setiap manusia suka dengan hal-hal yang baru. Dengan kita memberikan pekerjaan yang menantang, maka mereka akan termotivasi. Hanya saja berikan tantangan dalam porsi yang tepat. Jika tantangan kita berlebihan, mereka juga akan berpikir bahwa hal tersebut mustahil untuk dilakukan. Namun jika tantangan kita terlalu mudah, mereka juga akan malas melakukannya karena dianggap tidak akan menimbulkan kebanggaan bagi yang melakukannya.
Empat, ciptakan suasana kerja yang kondusif. Jika suasana kerja tidak nyaman, jelas satu sama lain tidak akan termotivasi. Mengusahakan keakraban di dalam tim adalah salah satu cara efektif untuk menciptakan suasana kerja yang kondusif. Jika semua orang yang ada di dalam tim menjadi kompak, mereka akan menikmati apa yang mereka kerjakan dan akan terus termotivasi. Selain itu, setiap orang hendaknya diberikan kesempatan untuk maju. Suasana kerja akan jadi kondusif dan tim kita pun akan termotivasi terus.
Setiap pemimpin sudah seharusnya menciptakan motivasi dalam timnya.
Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.- Amsal 22:6
Jika Anda adalah seorang pemimpin, entahkah pemimpin kelompok, pemimpin organisasi, pemimpin perusahaan, atau bahkan Anda adalah pemilik perusahaan, menciptakan motivasi dalam sebuah tim adalah hal mutlak. Tanpa motivasi, bisa jadi organisasi atau perusahaan yang kita pimpin akan mengalami kemandegan atau bahkan kelumpuhan. Hal-hal apa yang mempengaruhi motivasi dalam sebuah teamwork?
Satu, visi, misi dan tujuan yang jelas. Dengan menetapkan hal tersebut kita akan tahu di mana posisi kita sekarang ini dan ke mana tim kita akan pergi. Jika visi dan tujuan kita kabur, bisa dipastikan tim kita akan kehilangan motivasi. Karena tidak ada tujuan yang hendak dicapai dan tidak ada target yang hendak diraih. Dua, tanggung jawab. Pendelegasian tanggung jawab akan menjadi motivasi tersendiri bagi orang yang menerimanya. Dengan adanya tanggung jawab yang ia pikul, ia akan berusaha untuk memenuhi, melakukan dan menyelesaikannya dengan kualitas terbaik.
Tiga, tantangan. Pada dasarnya setiap manusia suka dengan hal-hal yang baru. Dengan kita memberikan pekerjaan yang menantang, maka mereka akan termotivasi. Hanya saja berikan tantangan dalam porsi yang tepat. Jika tantangan kita berlebihan, mereka juga akan berpikir bahwa hal tersebut mustahil untuk dilakukan. Namun jika tantangan kita terlalu mudah, mereka juga akan malas melakukannya karena dianggap tidak akan menimbulkan kebanggaan bagi yang melakukannya.
Empat, ciptakan suasana kerja yang kondusif. Jika suasana kerja tidak nyaman, jelas satu sama lain tidak akan termotivasi. Mengusahakan keakraban di dalam tim adalah salah satu cara efektif untuk menciptakan suasana kerja yang kondusif. Jika semua orang yang ada di dalam tim menjadi kompak, mereka akan menikmati apa yang mereka kerjakan dan akan terus termotivasi. Selain itu, setiap orang hendaknya diberikan kesempatan untuk maju. Suasana kerja akan jadi kondusif dan tim kita pun akan termotivasi terus.
Setiap pemimpin sudah seharusnya menciptakan motivasi dalam timnya.
“MAKNA HARTA KEKAYAAN”
(Luk 18:25)
I. Pembukaan:
Adakah di dunia ini kita temui seorang manusia yang benar-benar bahagia karena harta...?
Setiap orang yang bekerja atau menjalankan bisnis tentu sudah memiliki mimpi-mimpi yang menjadi tujuan hidupnya. Sebagian dari mereka memiliki visi atau tujuan yang jauh kedepan berdasarkan nilai-nilai suara hati nuraninya, sedangkan yang lain hanya berkeinginan menjadi seorang wirausahawan terkenal dan kaya raya. Sukses dinilai dari produksi, tetapi itu bukan kesuksesan yang lengkap atau utuh tetapi itu parsial tetapi harus untuk mensejahterakan manusia.
Bagi mereka yang berbisnis dengan hati nurani, menjadi wirausahawan kaya raya bukanlah menjadi tujuan akhirnya.
Memiliki kekayaan berlimpah bukanlah tujuan utamanya, melainkan sebagai sarana untuk memperbanyak kebaikan dan memperkaya jiwanya. Bill Gates pemilik Microsoft...tidak merasa puas akan kekayaannya, sehingga ia mendirikan Penelitian/risert tentang HIV, Jimmy Carter mendukung HAM, Jhon Rokefeller mendirikan Pendidikan dan kesehatan, Cikutra juga menyisihkan hartanya buat Pendidikan dan Kesehatan dengan pendirian Sekolah-sekolah dan Rumah Sakit.
Keuntungan atau “profit” adalah penting dalam berbisnis, meski demikian keuntungan bukanlah tujuan akhirnya. Karena keuntungan dipandang sebagai sarana memberikan manfaat bagi orang lain sebanyak-banyaknya. Dengan kata lain mereka memiliki keinginan memperkaya harta dan memperkaya jiwanya secara seimbang. Karena berbisnis adalah bagian dari ibadah yang harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.
Bisnis sesungguhnya memiliki bentangan makna yang luas, bukan semata-mata dinilai dari keuntungan uang, namun ada makna yang lebih tinggi dari keuntungan materi. Karenanya dalam berbisnis selain untuk meraih kesejahteraan materi, sebaiknya mempertimbangkan agar Bisnis yang kita lakukan, produk yang kita hasilkan dapat memberikan kontribusi kebaikan dan manfaat bagi orang lain sebesar-besarnya. Dengan demikian, berbisnis akan selalu mempertimbangkan nilai-nilai etika,moralitas dan hati nurani.
II. Pandangan Alkitab tentang Harta Kekayaan.
Saudara-saudari yang kekasih...!
Hal mengejar materi lebih dari pada hal2 lain, telah menjadi kecenderungan dalam hidup sebahagian masyarakat pada masa sekarang ini. Sebenarnya sikap hidup sedemikian bukanlah hal yang baru. Sejak manusia dikuasai oleh dosa, dimana manusia tidak lagi percaya kepada Allah pencipta, manusia lebih mempercayai harta dunia dan mengasihinya lebih dari pada kepada Allah. Harta dan uang diyakini sebagai penolong hidup yang terutama.
Pemimpin2 Israel dan orang2 kaya pada zaman nabi-nabi lebih mengasihi uang dari pada sesama manusia ( Amos 2: 6; 4:1). Demikian juga pada zaman Tuhan Yesus hidup di tengah2 orang Jahudi hal sedemikian masih menguasai hati dan pikiran manusia, kaya dalam hal harta dunia dianggap sebagai puncak keberhasilan hidup. Karena itu banyak orang-orang yang telah dikuasai uang/harta, sehingga satu2nya tujuan hidup mereka adalah menjadi orang kaya harta dunia, tanpa perduli akan harta kerajaan Sorga. Dan mereka lupa bahwa manusia hidup bukan bergantung kepada makanan dan pakaian atau uang, teapi kepada Allah (Mat 4:4).
Jika demikian salahkah orang menjadi kaya...? apakah Yesus membenci orang-orang kaya...? sudah pasti jawabannya adalah tidak. Tetapi Yesus menentang ketamakan akan harta bukan kekayaannya. (Band Luk 12; 13-21). Sebab dalam kenyataan Tuhan Yesus juga mengangkat seorang bendahara diantara murid-muridNya yaitu: Yudas Iskariot, dan Yesus juga sering memenuhi undangan orang-orang kaya (Luk 1:18; 19:8). Kita juga mengingat Abraham bapa orang percaya yang juga sangat kaya, Raja Daud, Yusuf dari Arimatea; Lidya seorang janda yang membantu pelayanan Paulus. Namun perlu kita ketahui bahwa Tuhan tidak berjanji bahwa mereka yang percaya dan melayani Dia akan selalu menjadi orang kaya, tetapi Ia berjanji bahwa orang itu dan bahkan anak cucunya tidak akan sampai mengalami kekurangan atau meminta-minta ( Mazmur 37 : 25 ).
Tuhan akan selalu menyediakan dan mencukupi kebutuhan orang benar yang mau terlebih dulu mencari Kerajaan Allah (Mat 6:33). Berapa banyak berkat yang kita terima adalah urusan Tuhan yang memberi berkat. Karena itu jangan kita mendewakan harta atau cinta uang.
Mengapa cinta uang dapat menjadi akar segala kejahatan ? (I Tim. 6:10).
1. Uang dapat membuat seseorang melupakan anugerah Allah
(II Tawarikh 26:16; Matius 26:14-16).
Dalam II Tawarikh 26:16 jelas dikatakan bahwa raja Uzia melupakan anugerah Allah hanya karena uang. Waktu dia baru menjadi raja, dia dituntun untuk dekat dengan Tuhan karena dia menyadari ketidakmampuannya menjadi raja, tetapi akhirnya uang membuat dia mendapatkan kekuatan dan setelah menjadi kuat dia lupa kalau semuanya karena anugerah Allah.
Dengan lain kata; bukan uangnya yang salah tetapi kalau karena uang kita melupakan anugerah, tidak lagi mencari Allah dan tidak menyadari bahwa semuanya karena anugerah Allah, itu akan menjadi awal dari segala kejahatan.
Dalam Matius 26:14-16 diceritakan tentang Yudas yang sangat bodoh karena menukar Yesus hanya karena 30 keping perak.
Kalau orang hatinya mulai tidak bersih biasanya mulai tidak bisa dipercaya soal uang. Karena uang dapat membuat orang menghalalkan segala cara.
Orang yang melupakan anugerah adalah orang yang:
- Tidak hidup dalam iman (I Timotius 6:10)
- Sombong.
2. Uang dapat membuat seorang tidak menghargai pelayanan
(Kisah Rasul 8:18-20; Kisah Rasul 5:1-5).
Melayani hanya untuk uang (I Timotius 3:3).
Setiap orang butuh uang tetapi jangan sampai kita terlibat dalam pelayanan hanya karena uang. Ingat, kita bisa melayani karena anugerah Tuhan. Jangan sampai seperti Simon yang berpikiran segalanya dapat dibayar, termasuk karunia. Dalam melayani yang dibutuhkan adalah ketulusan hati.
Uang dapat mengatu pelayanan.
Gereja yang hancur adalah gereja yang diatur oleh orang yang merasa kaya, ini bukan berarti bahwa orang kaya tidak boleh terlibat pelayanan tetapi hendaknya dia mengatur karena mencintai Tuhan sehingga pelayanan bisa maju.
3. Uang dapat membuat seorang lupa fokus hidupnya. (Amsal 28:20)
Orang yang ingin cepat menjadi kaya mempunyai kecenderungan untuk menghalalkan segala cara sehingga lupa akan fokus hidupnya.
Di akhir zaman ini dunia sedang kehilangan orang-orang yang berhati tulus. Kalau anda sebagai karyawan, bekerjalah dengan tulus. Jika anda seorang pedagang, berdaganglah dengan tulus. Jika anda businessman, lakukan bisnis dengan tulus. Jangan menghalalkan segala cara tetapi ingatlah fokus hidup kitasebagaiorangpercaya.
Fokus hidup yang dimaksud adalah:
- Kasih kepada Allah dan manusia
- Untuk hidup dalam kekudusan.
- Menjadi saksi Kristus (II Korintus 3:2-3).
4. Uang dapat membuat seorang lupa makna uang itu sendiri.
Yoh. 10:10, disini jelas Yesus berkata, Aku datang untuk memberi domba-dombaKu hidup dan hidup dalam kelimpahan. Berarti tujuan/makna uang adalah untuk menolong manusia dalam kehidupan. Uang juga disebut sebagai hamba yang baik dan tuan yang jahat.
Berkat yang Tuhan berikan sesuai kapasitas kita dan limpahannya adalah untuk memberkati orang lain yang membutuhkan.
Mat. 6:33, kalau kita menempatkan Tuhan pada bagian yang penting dalam hidup kita maka Tuhan akan memberkati kita dengan berkelimpahan.
Dalam doa Bapa kami (Matius 6:11) ditegaskan, berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya. Jadi uang adalah berkat Allah.
Band. Mat. 25:14-15, berbicara tentang talenta; dikatakan tuan tersebut mempercayakan hartanya kepada masing-masing hambanya menurut kesanggupannya.
Menyenangkan Tuhan adalah tugas kita sebagai kehidupan yang sudah diberkati.
Kelemahan manusia adalah cenderung selalu berpikir dalam konteks material. Padahal harta benda bukan ukuran berkat. Sebaliknya kemiskinan juga bukanlah ukuran bahwa seseorang telah berkorban di dunia demi harta di surga, tidak ! Saudara, Tuhan menyukai kesederhanaan ( Tit 2 : 2 ) dalam arti pengendalian diri, tapi bukan kemiskinan. Tuhan adalah Allah yang memelihara, karena itulah orang yang hidup dalam jalan yang benar tidak perlu khuatir akan mengalami hidup kekurangan.
III. Tuhan juga tidak melarang manusia menjadi kaya !
Dalam Alkitab, kita tahu ada perikop Firman Tuhan tentang orang kaya yang sukar masuk Kerajaan Allah ( Markus 10 : 17-27 ). Akan tetapi, jika kita cermati, Yesus di situ sebenarnya berbicara tentang orang kaya yang menempatkan kekayaannya di atas Tuhan dan pelayanan kepada orang lain. Itu sebabnya, kita juga perlu meneladani kisah-kisah Abraham, Yakub, Daud, Salomo, Ayub dsbnya, mereka adalah orang-orang yang mau dipakai Tuhan dan Tuhanpun memberi mereka kekayaan agar dapat melayani Dia dan sesama.
Jadi, Tuhan tidak pernah melarang kita menjadi kaya. Sebaliknya, IA justru akan menganugerahkan berkat kekayaan bagi mereka yang hidup berkenan di dalam Dia.
Kekayaan sejati menurut pandangan manusia sangatlah berbeda dengan pandangan Tuhan. Dalam Alkitab, Tuhan tidak memandang kekayaan dalam hal harta benda sebagai suatu kekayaan sejati. IA memperingatkan bahwa harta benda adalah hal yang fana ( Matius 6 : 19-20 ). Tapi meskipun begitu, Ia juga menjanjikan bahwa siapa yang setia kepadaNya juga akan memperoleh kekayaan dalam dunia ini menurut kemuliaanNya ( Filipi 4 : 19 ). Jadi ukuran kekayaan menurut Tuhan bukanlah pada besarnya harta yang dimiliki seseorang, melainkan sejauh mana ia mempergunakan kekayaannya itu untuk melayani Tuhan dan sesamanya.
Jika kita adalah kehidupan yang diberkati Tuhan dengan kekayaan, mari muliakan Tuhan dengan harta kita. Mari kita menjadi orang kaya yang menyenangkan Tuhan.
Pdt. Rosevelt. H.L. Tobing
Sekretaris Umum PGIW Jabar.
I. Pembukaan:
Adakah di dunia ini kita temui seorang manusia yang benar-benar bahagia karena harta...?
Setiap orang yang bekerja atau menjalankan bisnis tentu sudah memiliki mimpi-mimpi yang menjadi tujuan hidupnya. Sebagian dari mereka memiliki visi atau tujuan yang jauh kedepan berdasarkan nilai-nilai suara hati nuraninya, sedangkan yang lain hanya berkeinginan menjadi seorang wirausahawan terkenal dan kaya raya. Sukses dinilai dari produksi, tetapi itu bukan kesuksesan yang lengkap atau utuh tetapi itu parsial tetapi harus untuk mensejahterakan manusia.
Bagi mereka yang berbisnis dengan hati nurani, menjadi wirausahawan kaya raya bukanlah menjadi tujuan akhirnya.
Memiliki kekayaan berlimpah bukanlah tujuan utamanya, melainkan sebagai sarana untuk memperbanyak kebaikan dan memperkaya jiwanya. Bill Gates pemilik Microsoft...tidak merasa puas akan kekayaannya, sehingga ia mendirikan Penelitian/risert tentang HIV, Jimmy Carter mendukung HAM, Jhon Rokefeller mendirikan Pendidikan dan kesehatan, Cikutra juga menyisihkan hartanya buat Pendidikan dan Kesehatan dengan pendirian Sekolah-sekolah dan Rumah Sakit.
Keuntungan atau “profit” adalah penting dalam berbisnis, meski demikian keuntungan bukanlah tujuan akhirnya. Karena keuntungan dipandang sebagai sarana memberikan manfaat bagi orang lain sebanyak-banyaknya. Dengan kata lain mereka memiliki keinginan memperkaya harta dan memperkaya jiwanya secara seimbang. Karena berbisnis adalah bagian dari ibadah yang harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.
Bisnis sesungguhnya memiliki bentangan makna yang luas, bukan semata-mata dinilai dari keuntungan uang, namun ada makna yang lebih tinggi dari keuntungan materi. Karenanya dalam berbisnis selain untuk meraih kesejahteraan materi, sebaiknya mempertimbangkan agar Bisnis yang kita lakukan, produk yang kita hasilkan dapat memberikan kontribusi kebaikan dan manfaat bagi orang lain sebesar-besarnya. Dengan demikian, berbisnis akan selalu mempertimbangkan nilai-nilai etika,moralitas dan hati nurani.
II. Pandangan Alkitab tentang Harta Kekayaan.
Saudara-saudari yang kekasih...!
Hal mengejar materi lebih dari pada hal2 lain, telah menjadi kecenderungan dalam hidup sebahagian masyarakat pada masa sekarang ini. Sebenarnya sikap hidup sedemikian bukanlah hal yang baru. Sejak manusia dikuasai oleh dosa, dimana manusia tidak lagi percaya kepada Allah pencipta, manusia lebih mempercayai harta dunia dan mengasihinya lebih dari pada kepada Allah. Harta dan uang diyakini sebagai penolong hidup yang terutama.
Pemimpin2 Israel dan orang2 kaya pada zaman nabi-nabi lebih mengasihi uang dari pada sesama manusia ( Amos 2: 6; 4:1). Demikian juga pada zaman Tuhan Yesus hidup di tengah2 orang Jahudi hal sedemikian masih menguasai hati dan pikiran manusia, kaya dalam hal harta dunia dianggap sebagai puncak keberhasilan hidup. Karena itu banyak orang-orang yang telah dikuasai uang/harta, sehingga satu2nya tujuan hidup mereka adalah menjadi orang kaya harta dunia, tanpa perduli akan harta kerajaan Sorga. Dan mereka lupa bahwa manusia hidup bukan bergantung kepada makanan dan pakaian atau uang, teapi kepada Allah (Mat 4:4).
Jika demikian salahkah orang menjadi kaya...? apakah Yesus membenci orang-orang kaya...? sudah pasti jawabannya adalah tidak. Tetapi Yesus menentang ketamakan akan harta bukan kekayaannya. (Band Luk 12; 13-21). Sebab dalam kenyataan Tuhan Yesus juga mengangkat seorang bendahara diantara murid-muridNya yaitu: Yudas Iskariot, dan Yesus juga sering memenuhi undangan orang-orang kaya (Luk 1:18; 19:8). Kita juga mengingat Abraham bapa orang percaya yang juga sangat kaya, Raja Daud, Yusuf dari Arimatea; Lidya seorang janda yang membantu pelayanan Paulus. Namun perlu kita ketahui bahwa Tuhan tidak berjanji bahwa mereka yang percaya dan melayani Dia akan selalu menjadi orang kaya, tetapi Ia berjanji bahwa orang itu dan bahkan anak cucunya tidak akan sampai mengalami kekurangan atau meminta-minta ( Mazmur 37 : 25 ).
Tuhan akan selalu menyediakan dan mencukupi kebutuhan orang benar yang mau terlebih dulu mencari Kerajaan Allah (Mat 6:33). Berapa banyak berkat yang kita terima adalah urusan Tuhan yang memberi berkat. Karena itu jangan kita mendewakan harta atau cinta uang.
Mengapa cinta uang dapat menjadi akar segala kejahatan ? (I Tim. 6:10).
1. Uang dapat membuat seseorang melupakan anugerah Allah
(II Tawarikh 26:16; Matius 26:14-16).
Dalam II Tawarikh 26:16 jelas dikatakan bahwa raja Uzia melupakan anugerah Allah hanya karena uang. Waktu dia baru menjadi raja, dia dituntun untuk dekat dengan Tuhan karena dia menyadari ketidakmampuannya menjadi raja, tetapi akhirnya uang membuat dia mendapatkan kekuatan dan setelah menjadi kuat dia lupa kalau semuanya karena anugerah Allah.
Dengan lain kata; bukan uangnya yang salah tetapi kalau karena uang kita melupakan anugerah, tidak lagi mencari Allah dan tidak menyadari bahwa semuanya karena anugerah Allah, itu akan menjadi awal dari segala kejahatan.
Dalam Matius 26:14-16 diceritakan tentang Yudas yang sangat bodoh karena menukar Yesus hanya karena 30 keping perak.
Kalau orang hatinya mulai tidak bersih biasanya mulai tidak bisa dipercaya soal uang. Karena uang dapat membuat orang menghalalkan segala cara.
Orang yang melupakan anugerah adalah orang yang:
- Tidak hidup dalam iman (I Timotius 6:10)
- Sombong.
2. Uang dapat membuat seorang tidak menghargai pelayanan
(Kisah Rasul 8:18-20; Kisah Rasul 5:1-5).
Melayani hanya untuk uang (I Timotius 3:3).
Setiap orang butuh uang tetapi jangan sampai kita terlibat dalam pelayanan hanya karena uang. Ingat, kita bisa melayani karena anugerah Tuhan. Jangan sampai seperti Simon yang berpikiran segalanya dapat dibayar, termasuk karunia. Dalam melayani yang dibutuhkan adalah ketulusan hati.
Uang dapat mengatu pelayanan.
Gereja yang hancur adalah gereja yang diatur oleh orang yang merasa kaya, ini bukan berarti bahwa orang kaya tidak boleh terlibat pelayanan tetapi hendaknya dia mengatur karena mencintai Tuhan sehingga pelayanan bisa maju.
3. Uang dapat membuat seorang lupa fokus hidupnya. (Amsal 28:20)
Orang yang ingin cepat menjadi kaya mempunyai kecenderungan untuk menghalalkan segala cara sehingga lupa akan fokus hidupnya.
Di akhir zaman ini dunia sedang kehilangan orang-orang yang berhati tulus. Kalau anda sebagai karyawan, bekerjalah dengan tulus. Jika anda seorang pedagang, berdaganglah dengan tulus. Jika anda businessman, lakukan bisnis dengan tulus. Jangan menghalalkan segala cara tetapi ingatlah fokus hidup kitasebagaiorangpercaya.
Fokus hidup yang dimaksud adalah:
- Kasih kepada Allah dan manusia
- Untuk hidup dalam kekudusan.
- Menjadi saksi Kristus (II Korintus 3:2-3).
4. Uang dapat membuat seorang lupa makna uang itu sendiri.
Yoh. 10:10, disini jelas Yesus berkata, Aku datang untuk memberi domba-dombaKu hidup dan hidup dalam kelimpahan. Berarti tujuan/makna uang adalah untuk menolong manusia dalam kehidupan. Uang juga disebut sebagai hamba yang baik dan tuan yang jahat.
Berkat yang Tuhan berikan sesuai kapasitas kita dan limpahannya adalah untuk memberkati orang lain yang membutuhkan.
Mat. 6:33, kalau kita menempatkan Tuhan pada bagian yang penting dalam hidup kita maka Tuhan akan memberkati kita dengan berkelimpahan.
Dalam doa Bapa kami (Matius 6:11) ditegaskan, berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya. Jadi uang adalah berkat Allah.
Band. Mat. 25:14-15, berbicara tentang talenta; dikatakan tuan tersebut mempercayakan hartanya kepada masing-masing hambanya menurut kesanggupannya.
Menyenangkan Tuhan adalah tugas kita sebagai kehidupan yang sudah diberkati.
Kelemahan manusia adalah cenderung selalu berpikir dalam konteks material. Padahal harta benda bukan ukuran berkat. Sebaliknya kemiskinan juga bukanlah ukuran bahwa seseorang telah berkorban di dunia demi harta di surga, tidak ! Saudara, Tuhan menyukai kesederhanaan ( Tit 2 : 2 ) dalam arti pengendalian diri, tapi bukan kemiskinan. Tuhan adalah Allah yang memelihara, karena itulah orang yang hidup dalam jalan yang benar tidak perlu khuatir akan mengalami hidup kekurangan.
III. Tuhan juga tidak melarang manusia menjadi kaya !
Dalam Alkitab, kita tahu ada perikop Firman Tuhan tentang orang kaya yang sukar masuk Kerajaan Allah ( Markus 10 : 17-27 ). Akan tetapi, jika kita cermati, Yesus di situ sebenarnya berbicara tentang orang kaya yang menempatkan kekayaannya di atas Tuhan dan pelayanan kepada orang lain. Itu sebabnya, kita juga perlu meneladani kisah-kisah Abraham, Yakub, Daud, Salomo, Ayub dsbnya, mereka adalah orang-orang yang mau dipakai Tuhan dan Tuhanpun memberi mereka kekayaan agar dapat melayani Dia dan sesama.
Jadi, Tuhan tidak pernah melarang kita menjadi kaya. Sebaliknya, IA justru akan menganugerahkan berkat kekayaan bagi mereka yang hidup berkenan di dalam Dia.
Kekayaan sejati menurut pandangan manusia sangatlah berbeda dengan pandangan Tuhan. Dalam Alkitab, Tuhan tidak memandang kekayaan dalam hal harta benda sebagai suatu kekayaan sejati. IA memperingatkan bahwa harta benda adalah hal yang fana ( Matius 6 : 19-20 ). Tapi meskipun begitu, Ia juga menjanjikan bahwa siapa yang setia kepadaNya juga akan memperoleh kekayaan dalam dunia ini menurut kemuliaanNya ( Filipi 4 : 19 ). Jadi ukuran kekayaan menurut Tuhan bukanlah pada besarnya harta yang dimiliki seseorang, melainkan sejauh mana ia mempergunakan kekayaannya itu untuk melayani Tuhan dan sesamanya.
Jika kita adalah kehidupan yang diberkati Tuhan dengan kekayaan, mari muliakan Tuhan dengan harta kita. Mari kita menjadi orang kaya yang menyenangkan Tuhan.
Pdt. Rosevelt. H.L. Tobing
Sekretaris Umum PGIW Jabar.
Sabtu, 18 April 2009
"Kasih-Mu Sepanjang Masa"
YOHANES 3:16
Pada suatu malam bersalju yang dingin dan gelap di Chicago, seorang
bocah laki-laki sedang menjual koran di pojok jalan, orang-orang
berlalu lalang dalam dinginnya malam itu. Bocah laki-laki itu sangat
kedinginan sampai-sampai ia tidak bersemangat menjual dagangannya.
Ia berjalan menghampiri seorang polisi dan berkata, "Pak, apakah
Anda tahu sebuah tempat di mana seorang bocah miskin dapat tidur
malam ini? Anda tahu? Saya tidur dalam sebuah peti kayu di ujung
jalan menuju lorong kecil itu, dan di sana sangat dingin malam ini.
Pasti akan sangat nyaman jika saya dapat tidur di tempat yang
hangat." Polisi itu menatap bocah laki-laki itu dan berkata, "Susuri
jalan ini menuju rumah besar bercat putih itu dan ketuklah pintunya.
Saat mereka membuka pintu, katakan saja `Yohanes 3:16`, dan mereka
akan mengizinkanmu masuk dalam rumah."
Demikianlah ia melakukannya. Ia menaiki tangga, mengetuk pintu rumah
tersebut, dan dibukanyalah pintu rumah itu oleh seorang wanita.
Bocah itu menengadah dan berkata, "Yohanes 3:16." Kemudian kata
wanita itu, "Masuklah, Nak." Wanita itu membawanya masuk dan
mendudukkannya di sebuah kursi goyang di depan sebuah perapian kuno
yang besar, dan kemudian ia berlalu. Bocah itu duduk di kursi goyang
itu selama beberapa waktu sambil berkata dalam hati: "Yohanes 3:16
.... Aku tidak paham, tapi jelas hal itu telah menghangatkan seorang
bocah yang kedinginan."
Kemudian wanita itu kembali dan bertanya, "Apa kamu lapar?"
Jawabnya, "Yah, tidak terlalu. Saya belum makan selama beberapa
hari, dan rasanya sedikit makanan saja sudah cukup untukku." Wanita
itu membawanya ke dapur dan menyuruhnya duduk di depan sebuah meja
yang penuh dengan makanan enak. Ia makan dan makan sampai-sampai ia
kekenyangan. Lalu ia berkata dalam hatinya: "Yohanes 3:16 .... Wah,
aku benar-benar tidak paham, tapi jelas hal itu telah mengenyangkan
seorang bocah yang kelaparan."
Wanita itu membawanya ke loteng menuju sebuah kamar mandi dengan bak
mandi besar yang penuh dengan air hangat, dan bocah itu pun berendam
di bak mandi itu selama beberapa saat. Saat ia berendam, ia berkata
dalam hatinya: "Yohanes 3:16 .... Wow, Aku jelas tidak mengerti,
tapi kata-kata itu jelas telah membuat seorang bocah yang kotor
menjadi bersih. Aku tidak pernah mandi -- benar-benar mandi --
seumur hidupku. Aku mandi hanya sekali saat dulu berdiri di depan
sebuah pipa air besar kuno yang menyemburkan air."
Wanita itu masuk dan kemudian membawanya keluar menuju sebuah
ruangan, lalu menidurkannya di atas sebuah kasur kuno besar yang
terbuat dari kulit, menyelimutinya hingga sebatas leher, menciumnya
sambil berucap selamat malam, dan mematikan lampu kamar. Saat bocah
itu terbaring dalam gelap dan melihat salju yang turun di malam
gelap itu melalui jendela, ia berkata dalam hatinya: "Yohanes 3:16
.... Aku sungguh tidak memahaminya, tapi jelas kata-kata itu telah
membuat seorang bocah yang kelelahan dapat beristirahat."
Keesokan harinya, wanita tadi masuk ke kamar dan kemudian membawanya
turun menuju ke meja besar yang penuh dengan makanan. Setelah bocah
itu makan, wanita itu kembali membawanya ke kursi goyang di depan
sebuah perapian besar dan mengambil sebuah Alkitab kuno yang besar.
Wanita itu duduk di depannya dan menatap wajah muda bocah laki-laki
itu.
"Apakah kamu memahami arti kata-kata Yohanes 3:16?" tanyanya lembut.
Bocah itu menjawab, "Tidak, Bu, saya tidak paham. Saya baru pertama
kali mendengarnya saat seorang polisi mengatakannya." Wanita itu
membuka Alkitab pada Yohanes 3:16 dan mulai menjelaskan padanya soal
Yesus. Di situ, di depan perapian kuno yang besar itu, bocah
laki-laki itu menyerahkan hati dan hidupnya pada Yesus. Ia duduk di
sana dan berpikir: "Yohanes 3:16 .... Aku tidak memahaminya, tapi
jelas hal ini telah menyelamatkan seorang bocah yang tersesat."
Anda tahu, saya harus mengaku bahwa saya pun juga tidak memahaminya,
bagaimana Tuhan bersedia mengirimkan anak-Nya untuk mati demi saya,
dan bagaimana Yesus mau melakukan pengorbanan seperti itu. Saya
tidak mengerti penderitaan Bapa dan setiap malaikat di surga saat
mereka melihat Yesus menderita dan mati. Saya tidak memahami
besarnya kasih Yesus padaku yang tetap membuat Yesus bertahan di
kayu salib sampai pada kesudahannya.
Saya tidak memahami semuanya itu, tapi semuanya itu jelas membuat
hidup ini layak untuk dijalani.
Pada suatu malam bersalju yang dingin dan gelap di Chicago, seorang
bocah laki-laki sedang menjual koran di pojok jalan, orang-orang
berlalu lalang dalam dinginnya malam itu. Bocah laki-laki itu sangat
kedinginan sampai-sampai ia tidak bersemangat menjual dagangannya.
Ia berjalan menghampiri seorang polisi dan berkata, "Pak, apakah
Anda tahu sebuah tempat di mana seorang bocah miskin dapat tidur
malam ini? Anda tahu? Saya tidur dalam sebuah peti kayu di ujung
jalan menuju lorong kecil itu, dan di sana sangat dingin malam ini.
Pasti akan sangat nyaman jika saya dapat tidur di tempat yang
hangat." Polisi itu menatap bocah laki-laki itu dan berkata, "Susuri
jalan ini menuju rumah besar bercat putih itu dan ketuklah pintunya.
Saat mereka membuka pintu, katakan saja `Yohanes 3:16`, dan mereka
akan mengizinkanmu masuk dalam rumah."
Demikianlah ia melakukannya. Ia menaiki tangga, mengetuk pintu rumah
tersebut, dan dibukanyalah pintu rumah itu oleh seorang wanita.
Bocah itu menengadah dan berkata, "Yohanes 3:16." Kemudian kata
wanita itu, "Masuklah, Nak." Wanita itu membawanya masuk dan
mendudukkannya di sebuah kursi goyang di depan sebuah perapian kuno
yang besar, dan kemudian ia berlalu. Bocah itu duduk di kursi goyang
itu selama beberapa waktu sambil berkata dalam hati: "Yohanes 3:16
.... Aku tidak paham, tapi jelas hal itu telah menghangatkan seorang
bocah yang kedinginan."
Kemudian wanita itu kembali dan bertanya, "Apa kamu lapar?"
Jawabnya, "Yah, tidak terlalu. Saya belum makan selama beberapa
hari, dan rasanya sedikit makanan saja sudah cukup untukku." Wanita
itu membawanya ke dapur dan menyuruhnya duduk di depan sebuah meja
yang penuh dengan makanan enak. Ia makan dan makan sampai-sampai ia
kekenyangan. Lalu ia berkata dalam hatinya: "Yohanes 3:16 .... Wah,
aku benar-benar tidak paham, tapi jelas hal itu telah mengenyangkan
seorang bocah yang kelaparan."
Wanita itu membawanya ke loteng menuju sebuah kamar mandi dengan bak
mandi besar yang penuh dengan air hangat, dan bocah itu pun berendam
di bak mandi itu selama beberapa saat. Saat ia berendam, ia berkata
dalam hatinya: "Yohanes 3:16 .... Wow, Aku jelas tidak mengerti,
tapi kata-kata itu jelas telah membuat seorang bocah yang kotor
menjadi bersih. Aku tidak pernah mandi -- benar-benar mandi --
seumur hidupku. Aku mandi hanya sekali saat dulu berdiri di depan
sebuah pipa air besar kuno yang menyemburkan air."
Wanita itu masuk dan kemudian membawanya keluar menuju sebuah
ruangan, lalu menidurkannya di atas sebuah kasur kuno besar yang
terbuat dari kulit, menyelimutinya hingga sebatas leher, menciumnya
sambil berucap selamat malam, dan mematikan lampu kamar. Saat bocah
itu terbaring dalam gelap dan melihat salju yang turun di malam
gelap itu melalui jendela, ia berkata dalam hatinya: "Yohanes 3:16
.... Aku sungguh tidak memahaminya, tapi jelas kata-kata itu telah
membuat seorang bocah yang kelelahan dapat beristirahat."
Keesokan harinya, wanita tadi masuk ke kamar dan kemudian membawanya
turun menuju ke meja besar yang penuh dengan makanan. Setelah bocah
itu makan, wanita itu kembali membawanya ke kursi goyang di depan
sebuah perapian besar dan mengambil sebuah Alkitab kuno yang besar.
Wanita itu duduk di depannya dan menatap wajah muda bocah laki-laki
itu.
"Apakah kamu memahami arti kata-kata Yohanes 3:16?" tanyanya lembut.
Bocah itu menjawab, "Tidak, Bu, saya tidak paham. Saya baru pertama
kali mendengarnya saat seorang polisi mengatakannya." Wanita itu
membuka Alkitab pada Yohanes 3:16 dan mulai menjelaskan padanya soal
Yesus. Di situ, di depan perapian kuno yang besar itu, bocah
laki-laki itu menyerahkan hati dan hidupnya pada Yesus. Ia duduk di
sana dan berpikir: "Yohanes 3:16 .... Aku tidak memahaminya, tapi
jelas hal ini telah menyelamatkan seorang bocah yang tersesat."
Anda tahu, saya harus mengaku bahwa saya pun juga tidak memahaminya,
bagaimana Tuhan bersedia mengirimkan anak-Nya untuk mati demi saya,
dan bagaimana Yesus mau melakukan pengorbanan seperti itu. Saya
tidak mengerti penderitaan Bapa dan setiap malaikat di surga saat
mereka melihat Yesus menderita dan mati. Saya tidak memahami
besarnya kasih Yesus padaku yang tetap membuat Yesus bertahan di
kayu salib sampai pada kesudahannya.
Saya tidak memahami semuanya itu, tapi semuanya itu jelas membuat
hidup ini layak untuk dijalani.
Sabtu, 11 April 2009
"Bukan Musuh"
Bukan Musuh
Bacaan: Mazmur;4:1-9
Apabila aku berseru, jawablah aku, ya Allah, yang membenarkan aku. Di dalam kesesakan Engkau memberi kelegaan kepadaku.-
Jika saja kita punya sudut pandang yang benar atas setiap masalah yang sedang kita hadapi, tentu kita tak perlu takut, apalagi menjadi alergi dengan masalah. Masalah bukanlah musuh, masalah adalah sahabat. Jika manusia tidak pernah mengenal masalah, saya tak yakin apakah manusia bisa jadi lebih ulet, lebih maju, lebih kreatif dan menjadi lebih baik seperti sekarang ini. Justru karena manusia selalu berhadapan dengan masalah, maka manusia tak lagi statis tapi dinamis, tak lagi pasif tapi aktif, tak lagi konservatif tapi kreatif, tak lagi mandeg tapi terus maju.
Who Moved My Cheese, tulisan Spencer Johnson menceritakan tentang dua tikus dan dua kurcaci dalam sebuah labirin yang terdapat keju. Saat keju-keju itu dipindahkan tentu ini jadi masalah besar bagi mereka. Dua kurcaci menjadi marah, frustasi dan stress. Sebaliknya, dua ekor tikus bisa menyikapi masalah dengan cara yang tepat. Masalah tak membuatnya merenungi nasib yang malang, namun justru membuatnya keluar dan mulai mengadakan penyusuran di labirin. Sampai akhirnya penyusuran itu menghantarkan mereka ke sebuah pojok labirin yang penuh dengan keju, bahkan jauh lebih banyak daripada yang dulu. Keju yang dipindahkan adalah masalah tapi itu telah menghantarkan mereka ke tempat keju yang lebih banyak lagi!
Demikian juga banyak tokoh-tokoh Alkitab menjadi luar biasa bukan karena keadaan yang biasa-biasa. Mereka menghadapi masalah besar, namun berhasil meresponinya dengan tepat. Seringkali masalah yang kita anggap sebagai musuh sebenarnya adalah pintu menuju kesuksesan. Jika kita memiliki keberanian untuk menghadapi masalah itu dan berusaha untuk membukanya, maka kesuksesan besar sudah menanti. Sebaliknya kalau jiwa kita terlalu kerdil untuk berhadapan dengan masalah itu, maka jalan kesuksesan yang lebih besar juga tak pernah terbuka, tak heran kalau kehidupan kita ya begitu-begitu saja. Padahal seharusnya kehidupan kita terus bergerak maju dan menjadi lebih baik lagi, seperti kata George Knox, "Kalau Anda tidak lagi menjadi lebih baik, Anda tidak lagi baik."
Masalah yang kita anggap sebagai musuh sebenarnya adalah pintu menuju kesuksesan.
Bacaan: Mazmur;4:1-9
Apabila aku berseru, jawablah aku, ya Allah, yang membenarkan aku. Di dalam kesesakan Engkau memberi kelegaan kepadaku.-
Jika saja kita punya sudut pandang yang benar atas setiap masalah yang sedang kita hadapi, tentu kita tak perlu takut, apalagi menjadi alergi dengan masalah. Masalah bukanlah musuh, masalah adalah sahabat. Jika manusia tidak pernah mengenal masalah, saya tak yakin apakah manusia bisa jadi lebih ulet, lebih maju, lebih kreatif dan menjadi lebih baik seperti sekarang ini. Justru karena manusia selalu berhadapan dengan masalah, maka manusia tak lagi statis tapi dinamis, tak lagi pasif tapi aktif, tak lagi konservatif tapi kreatif, tak lagi mandeg tapi terus maju.
Who Moved My Cheese, tulisan Spencer Johnson menceritakan tentang dua tikus dan dua kurcaci dalam sebuah labirin yang terdapat keju. Saat keju-keju itu dipindahkan tentu ini jadi masalah besar bagi mereka. Dua kurcaci menjadi marah, frustasi dan stress. Sebaliknya, dua ekor tikus bisa menyikapi masalah dengan cara yang tepat. Masalah tak membuatnya merenungi nasib yang malang, namun justru membuatnya keluar dan mulai mengadakan penyusuran di labirin. Sampai akhirnya penyusuran itu menghantarkan mereka ke sebuah pojok labirin yang penuh dengan keju, bahkan jauh lebih banyak daripada yang dulu. Keju yang dipindahkan adalah masalah tapi itu telah menghantarkan mereka ke tempat keju yang lebih banyak lagi!
Demikian juga banyak tokoh-tokoh Alkitab menjadi luar biasa bukan karena keadaan yang biasa-biasa. Mereka menghadapi masalah besar, namun berhasil meresponinya dengan tepat. Seringkali masalah yang kita anggap sebagai musuh sebenarnya adalah pintu menuju kesuksesan. Jika kita memiliki keberanian untuk menghadapi masalah itu dan berusaha untuk membukanya, maka kesuksesan besar sudah menanti. Sebaliknya kalau jiwa kita terlalu kerdil untuk berhadapan dengan masalah itu, maka jalan kesuksesan yang lebih besar juga tak pernah terbuka, tak heran kalau kehidupan kita ya begitu-begitu saja. Padahal seharusnya kehidupan kita terus bergerak maju dan menjadi lebih baik lagi, seperti kata George Knox, "Kalau Anda tidak lagi menjadi lebih baik, Anda tidak lagi baik."
Masalah yang kita anggap sebagai musuh sebenarnya adalah pintu menuju kesuksesan.
Mengapa Engkau Melihat kesalahan Orang Lain"
Jangan Cari Kesalahan Orang
Bacaan: Matius;7:1-5
Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu ...- Matius 7:3
Sebuah puisi menulis seperti ini : Jangan mencari kesalahan orang yang timpang Atau tersandung-sandung di sepanjang jalan kehidupan, Kecuali engkau sudah mengenakan sepatu yang dipakainya, Atau menanggung beban yang dipikulnya Mungkin ada paku dalam sepatunya yang melukai kakinya, Meski tersembunyi dari pandanganmu, beban yang ditanggungnya, bila kaupikul di punggungmu, mungkin ‘kan membuatmu tersandung pula. Jangan terlalu keras pada orang yang melakukan kesalahan Atau melempari dia dengan kayu atau batu Kecuali engkau yakin, ya, sangat yakin, Bahwa kau sendiri tak punya kesalahan. *
Saya memiliki kebiasaan buruk, yang hampir semua dari Anda memilikinya juga. Menilai orang lain dengan poin yang sangat rendah. Dengan mudah kita akan berkata, begitu saja tak bisa, tak becus, dasar o’on, bodoh, tolol dan perkataan menyakitkan lainnya. Saat melihat orang lain melakukan kesalahan, dengan mudahnya kita mengetokkan palu layaknya hakim dan menundingnya dengan sinis, tanpa kita pernah mau tahu apa alasannya atau hal-hal apa yang membuat ia melakukan hal itu.
Giliran kita mengalami apa yang ia alami. Atau merasakan apa yang ia rasa. Atau melakukan apa yang ia lakukan. Belum tentu kita bisa melakukannya dengan baik, atau jangan-jangan poin kita justru ada dibawahnya. Lihat saja para penonton bola yang bisanya cuma teriak-teriak dan memaki-maki pemain yang sedikit saja melakukan kesalahan. Sesekali turun ke lapangan dong, dan tunjukkan permainan bola Anda!, demikian saya akan menantangnya.
Tak perlu menilai orang lain, sebab kita tidak pernah tahu seperti apa kita seandainya berada di posisinya. Belajar memahami orang lain jauh lebih baik daripada kita mengecamnya. Kita bukan manusia yang anti kesalahan, lalu mengapa kita begitu mudah mencaci kesalahan orang? Paling tidak kita harus pernah mengalaminya sendiri lebih dulu, barulah kita boleh berkata-kata.
Stop menilai orang lain sebelum kita mengalaminya lebih dulu.
Bacaan: Matius;7:1-5
Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu ...- Matius 7:3
Sebuah puisi menulis seperti ini : Jangan mencari kesalahan orang yang timpang Atau tersandung-sandung di sepanjang jalan kehidupan, Kecuali engkau sudah mengenakan sepatu yang dipakainya, Atau menanggung beban yang dipikulnya Mungkin ada paku dalam sepatunya yang melukai kakinya, Meski tersembunyi dari pandanganmu, beban yang ditanggungnya, bila kaupikul di punggungmu, mungkin ‘kan membuatmu tersandung pula. Jangan terlalu keras pada orang yang melakukan kesalahan Atau melempari dia dengan kayu atau batu Kecuali engkau yakin, ya, sangat yakin, Bahwa kau sendiri tak punya kesalahan. *
Saya memiliki kebiasaan buruk, yang hampir semua dari Anda memilikinya juga. Menilai orang lain dengan poin yang sangat rendah. Dengan mudah kita akan berkata, begitu saja tak bisa, tak becus, dasar o’on, bodoh, tolol dan perkataan menyakitkan lainnya. Saat melihat orang lain melakukan kesalahan, dengan mudahnya kita mengetokkan palu layaknya hakim dan menundingnya dengan sinis, tanpa kita pernah mau tahu apa alasannya atau hal-hal apa yang membuat ia melakukan hal itu.
Giliran kita mengalami apa yang ia alami. Atau merasakan apa yang ia rasa. Atau melakukan apa yang ia lakukan. Belum tentu kita bisa melakukannya dengan baik, atau jangan-jangan poin kita justru ada dibawahnya. Lihat saja para penonton bola yang bisanya cuma teriak-teriak dan memaki-maki pemain yang sedikit saja melakukan kesalahan. Sesekali turun ke lapangan dong, dan tunjukkan permainan bola Anda!, demikian saya akan menantangnya.
Tak perlu menilai orang lain, sebab kita tidak pernah tahu seperti apa kita seandainya berada di posisinya. Belajar memahami orang lain jauh lebih baik daripada kita mengecamnya. Kita bukan manusia yang anti kesalahan, lalu mengapa kita begitu mudah mencaci kesalahan orang? Paling tidak kita harus pernah mengalaminya sendiri lebih dulu, barulah kita boleh berkata-kata.
Stop menilai orang lain sebelum kita mengalaminya lebih dulu.
Selasa, 31 Maret 2009
"Arahkan Pandangan ke Depan"
13. Masa Lalu
Bacaan: Filipi3:13-17
Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka- Amsal 4:25
Mark Twain pernah mengatakan, “Kalau seekor kucing pernah duduk di atas tungku panas, kucing itu tidak akan duduk di atas tungku panas lagi. Kucing itu juga tidak akan duduk lagi di atas tungku dingin.” Kesimpulannya adalah kucing tersebut mengasosiasikan tungku dengan pengalaman yang buruk dan panas. Pengalaman yang buruk tersebut dibawanya terus, hingga ia menganggap setiap tungku (tidak peduli bahwa tungku itu dingin) adalah panas dan berbahaya.
Sedikit banyak kita juga seperti kucing tersebut. Sikap kita pada hari ini terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang terjadi di waktu lalu. Jika dalam sebuah situasi yang terjadi di masa lalu kita mengalami kegagalan, maka pada situasi yang sama di waktu yang berbeda pun, kita sering percaya bahwa kita akan gagal lagi.
Sederet pengalaman buruk di masa lalu mungkin pernah kita alami. Kegagalan-kegagalan yang terjadi di sepanjang perjalanan hidup kita. Kesalahan-kesalahan fatal yang sebenarnya bisa dihindarkan. Pengambilan keputusan yang salah, yang menyisakan sederet akibat sampai hari ini. Juga masa kecil yang buruk, tindakan-tindakan kekerasan yang kita terima, baik secara fisik maupun psikis, ucapan atau tindakan yang merendahkan, miskinnya kasih sayang dari orang tua dan masih banyak hal yang menimbulkan kepahitan dalam hati.
Jadikan pengalaman masa lalu sebagai pelajaran berharga bagi kita. Namun jangan pernah biarkan diri kita hidup di masa lalu. Jangan sampai pengalaman buruk di masa lalu menghantui dan membayangi kehidupan kita di masa kini. Jika tidak, hidup kita hanya akan dikuasai oleh ketakutan dan kekuatiran. Kita takut untuk mencoba hal-hal yang baru (yang mirip dengan kejadian buruk yang pernah kita alami). Kita takut untuk melihat masa depan, karena hidup kita masih dikuasai buruknya masa lalu. Kita takut untuk bersikap optimis. Kita takut menatap hidup dengan keberanian. Tapi, orang yang hidup dengan ketakutan tidak akan pernah sukses. Jadi, tinggalkan pengalaman buruk di masa lalu kita.
Saya lebih menyukai mimpi masa depan daripada sejarah masa lalu
Bacaan: Filipi3:13-17
Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka- Amsal 4:25
Mark Twain pernah mengatakan, “Kalau seekor kucing pernah duduk di atas tungku panas, kucing itu tidak akan duduk di atas tungku panas lagi. Kucing itu juga tidak akan duduk lagi di atas tungku dingin.” Kesimpulannya adalah kucing tersebut mengasosiasikan tungku dengan pengalaman yang buruk dan panas. Pengalaman yang buruk tersebut dibawanya terus, hingga ia menganggap setiap tungku (tidak peduli bahwa tungku itu dingin) adalah panas dan berbahaya.
Sedikit banyak kita juga seperti kucing tersebut. Sikap kita pada hari ini terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang terjadi di waktu lalu. Jika dalam sebuah situasi yang terjadi di masa lalu kita mengalami kegagalan, maka pada situasi yang sama di waktu yang berbeda pun, kita sering percaya bahwa kita akan gagal lagi.
Sederet pengalaman buruk di masa lalu mungkin pernah kita alami. Kegagalan-kegagalan yang terjadi di sepanjang perjalanan hidup kita. Kesalahan-kesalahan fatal yang sebenarnya bisa dihindarkan. Pengambilan keputusan yang salah, yang menyisakan sederet akibat sampai hari ini. Juga masa kecil yang buruk, tindakan-tindakan kekerasan yang kita terima, baik secara fisik maupun psikis, ucapan atau tindakan yang merendahkan, miskinnya kasih sayang dari orang tua dan masih banyak hal yang menimbulkan kepahitan dalam hati.
Jadikan pengalaman masa lalu sebagai pelajaran berharga bagi kita. Namun jangan pernah biarkan diri kita hidup di masa lalu. Jangan sampai pengalaman buruk di masa lalu menghantui dan membayangi kehidupan kita di masa kini. Jika tidak, hidup kita hanya akan dikuasai oleh ketakutan dan kekuatiran. Kita takut untuk mencoba hal-hal yang baru (yang mirip dengan kejadian buruk yang pernah kita alami). Kita takut untuk melihat masa depan, karena hidup kita masih dikuasai buruknya masa lalu. Kita takut untuk bersikap optimis. Kita takut menatap hidup dengan keberanian. Tapi, orang yang hidup dengan ketakutan tidak akan pernah sukses. Jadi, tinggalkan pengalaman buruk di masa lalu kita.
Saya lebih menyukai mimpi masa depan daripada sejarah masa lalu
Selasa, 24 Maret 2009
"Larilah Begitu Rupa"
Persaingan
Bacaan: IKorintus;9:24-27
Tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!- Inilah waktu untuk berkompetisi. Di era global ini jarang dan hampir tak ada yang bisa menjadi pemilik pasar. Semua lobang sudah terisi oleh persaingan yang ketat. Jika tak siap dalam dunia bisnis yang makin kompetitif, bisa dipastikan kita akan tereliminasi. Hal yang sama juga berlaku bagi kita sebagai pekerja. Jika potensi kita tak berkembang, atau prestasi kita sangat minim atau produktifitas kerja kita jauh dari kata efisien dan efektif, maka siap-siaplah kita meninggalkan kursi dan sebaliknya mempersilakan orang lain yang akan menempatinya.
Namun sungguh bijak seandainya kita tidak membenci situasi yang mengharuskan kita untuk berkompetisi, apalagi harus membenci pesaing kita. Sebab ada banyak keuntungan yang bisa kita dapatkan dalam sebuah kompetisi jika kita bisa menyikapi dengan sudut pandang yang positif.
Pertama, persaingan bisa menjadi bahan bakar untuk memacu perusahaan kita. Tanpa persaingan mungkin kinerja kita sangat biasa, namun setelah ada ancaman dari kompetitor mau tidak mau kita harus meningkatkan kinerja kita sebaik mungkin. Kalau tidak, kita akan mati!
Kedua, persaingan membuat kita tahu posisi kita. Keberhasilan pesaing bisa kita gunakan sebagai barometer atau tolak ukur. Paling tidak kita akan tahu apakah kita jauh tertinggal, ataukah sekarang ini kitalah yang jadi pemimpin pasar. Jika kita menyadari bahwa kita tertinggal, maka kita akan dengan cepat mengejar ketertinggalan itu.
Ketiga, persaingan akan membuat kita makin kreatif dan inovatif. Tak ada istilah puas setelah mencapai titik tertentu. Bahkan ketika kita sudah menjadi market leader sekalipun, jika kita tak ingin posisi kita didahului oleh pesaing kita. Mau tidak mau kita akan terus berupaya untuk terus kreatif dan inovatif.
Keempat, khusus bagi Anda yang hidup dalam persaingan di antara sesama rekan kerja, yakinlah bahwa dengan adanya persaingan maka Anda bisa memunculkan potensi terbaik yang Anda miliki. Anda akan terus melakukan personal improvement karena sebuah persaingan. Bukankah persaingan itu baik?
Tanpa persaingan maka kita akan menjadi statis, dan gagal mencapai yang terbaik dalam diri.
Orang Yang Dipercaya Mendapat Berkat"
Bisa Dipercaya
Bacaan: Lukas,12:41-48
Orang yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat, tetapi orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman.- Amsal 28:20
Siapa yang tak ingin menjadi orang yang dipercaya? Siapa yang tak suka menjadi orang kepercayaan Sang Big Boss? Orang yang ingin meningkatkan karirnya selalu ingin menjadi orang yang dipercaya. Masalahnya menjadi orang yang dipercaya bukanlah hal yang mudah.
Lamanya kita bekerja, kepandaian kita, gelar ijazah kita, atau pengalaman kerja kita belumlah cukup untuk menjadikan kita orang yang dipercaya. Lalu bagaimana caranya supaya kita bisa menjadi orang kepercayaan atasan kita?
Satu, milikilah integritas. Kepercayaan dan integritas adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Tanpa integritas jelas kita tidak akan dipercaya. Integritas berarti memiliki karakter yang baik. Di jaman ini, karakter yang baik tetap jadi modal utama agar kita bisa dipercaya.
Dua, milikilah komitmen yang kuat. Tanpa komitmen, jelas kita tidak dipercaya. Bagaimana mungkin seorang atasan akan mempercayakan hal yang lebih besar kepada orang yang bermalas-malasan dalam bekerja?
Ketiga, jadilah orang yang berkompeten. Kompetensi artinya memiliki kualitas unggul dan andal. Tingkatkan terus kinerja kita. Gali potensi diri dan munculkan ide serta gagasan-gagasan baru. Orang yang berkompetensi biasanya menjadi kontributor utama dalam sebuah perusahaan. Itu sebabnya orang yang memiliki kompetensi akan selalu diprioritaskan dan dipercaya.
Keempat, miliki tanggung jawab. Maukah Anda memberi kepercayaan kepada orang yang tak bertanggung jawab? Jelas tidak! Bertanggung jawab adalah syarat mutlak agar kita bisa dipercaya. Jika kita masih diberikan tanggung jawab yang kecil, jangan meremehkan atau malah berputus asa. Kerjakan itu dengan sebaik-baiknya. Percayalah, jika kita bisa dipercaya dengan tanggung jawab kecil, pasti kita akan diberi tanggung jawab yang lebih besar. Ini sejalan dengan prinsip Alkitab yang mengajak kita untuk setia dalam perkara kecil karena dari situlah akan lahir perkara-perkara yang lebih besar.
Salah satu ciri orang sukses adalah bisa dipercaya.
Minggu, 15 Maret 2009
" KEBENARAN"
Kebenaran
Bacaan: Amsal;13:6,14:34,16:8,3:27
Kebenaran menjaga orang yang saleh jalannya, tetapi kefasikan mencelakakan orang berdosa.- Amsal 13:6
Dalam Principled-centered Leadership, Stephen R. Covey mengadaptasi pandangan Mahatma Gandhi tentang tujuh dosa maut yang bila dibiarkan akan merusakkan tatanan sebuah masyarakat, bahkan sebuah bangsa. Ketujuh dosa maut tersebut adalah :
1. Wealth without work (Kekayaan tanpa usaha).
2. Pleasure without conscience (Kesenangan tanpa nurani).
3. Knowledge without character (Pengetahuan tanpa karakter).
4. Commerce without morality (Bisnis tanpa moralitas).
5. Science without humanity (Sains tanpa nilai kemanusiaan)
6. Religion without sacrifice (Agama tanpa pengorbanan).
7. Politics without principles (Politik tanpa prinsip).
Ketujuh dosa maut yang telah diadaptasi oleh Stephen R. Covey tersebut sebenarnya bermuara pada satu hal saja, yaitu ketiadaan kebenaran! Kebenaran harus menjadi dasar yang paling hakiki dalam setiap sisi kehidupan. Dalam kita bekerja atau berbisnis, kebenaran sudah seharusnya menjadi fondasi bagi kita. Jika bisnis atau pekerjaan kita tidak berdasar pada kebenaran, maka cara-cara curang, tidak jujur, ilegal, praktik kotor pun akan kita lakukan.
Jika dunia bisnis tanpa kebenaran, maka manusia akan menjadi serigala bagi sesamanya (homo homini lupus). Hingga tak heran kalau yang kuat akan bertindak semena-mena terhadap yang lemah, tanpa mengindahkan nurani dan tanpa berbelas kasihan. Sebagai orang Kristen, bisnis kita bukanlah sekadar berorientasi kepada keuntungan tanpa memperhatikan keadilan bagi orang lain. Bisnis juga berorientasi pada hubungan antar manusia. Dan akhirnya, apakah Anda seorang pimpinan atau bawahan, ingatlah bahwa kita semua memiliki seorang pimpinan di Sorga yang akan meminta pertanggung jawaban atas bagaimana cara kita bekerja selama di dunia (Kol 4:1, Ef 6:5-8).
Bisnis bukan hanya tentang keuntungan tapi juga soal hubungan antar manusia
Bacaan: Amsal;13:6,14:34,16:8,3:27
Kebenaran menjaga orang yang saleh jalannya, tetapi kefasikan mencelakakan orang berdosa.- Amsal 13:6
Dalam Principled-centered Leadership, Stephen R. Covey mengadaptasi pandangan Mahatma Gandhi tentang tujuh dosa maut yang bila dibiarkan akan merusakkan tatanan sebuah masyarakat, bahkan sebuah bangsa. Ketujuh dosa maut tersebut adalah :
1. Wealth without work (Kekayaan tanpa usaha).
2. Pleasure without conscience (Kesenangan tanpa nurani).
3. Knowledge without character (Pengetahuan tanpa karakter).
4. Commerce without morality (Bisnis tanpa moralitas).
5. Science without humanity (Sains tanpa nilai kemanusiaan)
6. Religion without sacrifice (Agama tanpa pengorbanan).
7. Politics without principles (Politik tanpa prinsip).
Ketujuh dosa maut yang telah diadaptasi oleh Stephen R. Covey tersebut sebenarnya bermuara pada satu hal saja, yaitu ketiadaan kebenaran! Kebenaran harus menjadi dasar yang paling hakiki dalam setiap sisi kehidupan. Dalam kita bekerja atau berbisnis, kebenaran sudah seharusnya menjadi fondasi bagi kita. Jika bisnis atau pekerjaan kita tidak berdasar pada kebenaran, maka cara-cara curang, tidak jujur, ilegal, praktik kotor pun akan kita lakukan.
Jika dunia bisnis tanpa kebenaran, maka manusia akan menjadi serigala bagi sesamanya (homo homini lupus). Hingga tak heran kalau yang kuat akan bertindak semena-mena terhadap yang lemah, tanpa mengindahkan nurani dan tanpa berbelas kasihan. Sebagai orang Kristen, bisnis kita bukanlah sekadar berorientasi kepada keuntungan tanpa memperhatikan keadilan bagi orang lain. Bisnis juga berorientasi pada hubungan antar manusia. Dan akhirnya, apakah Anda seorang pimpinan atau bawahan, ingatlah bahwa kita semua memiliki seorang pimpinan di Sorga yang akan meminta pertanggung jawaban atas bagaimana cara kita bekerja selama di dunia (Kol 4:1, Ef 6:5-8).
Bisnis bukan hanya tentang keuntungan tapi juga soal hubungan antar manusia
"Jangan anggap enteng pada yg terkecil"
Kisah Baut Kecil
Bacaan: Filipi2:1-11
Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; - Filipi 2:3
Sebuah baut kecil bersama ribuan baut seukurannya dipasang untuk menahan lempengan-lempengan baja di lambung sebuah kapal besar. Saat melintasi samudera Hindia yang ganas, baut kecil itu terancam lepas. Hal itu membuat ribuan baut lain terancam lepas pula. Baut-baut kecil lain berteriak menguatkan, "Awas! Berpeganglah erat-erat! Jika kamu lepas kami juga akan lepas!" Teriakan itu didengar oleh lempengan-lempengan baja yang membuat mereka menyerukan hal yang sama. Bahkan seluruh bagian kapal turut memberi dorongan semangat pada satu baut kecil itu untuk bertahan. Mereka mengingatkan bahwa baut kecil itu sangat penting bagi keselamatan kapal. Jika ia menyerah dan melepaskan pegangannya, seluruh isi kapal akan tenggelam. Dukungan itu membuat baut kecil kembali menemukan arti penting dirinya di antara komponen kapal lainnya. Dengan sekuat tenaga, ia pun berusaha tetap bertahan demi keselamatan seisi kapal.
Sayang, dunia kerja seringkali berkebalikan dengan ilustrasi di atas. Kita malah cenderung girang melihat rekan sekerja "jatuh", bahkan kita akan merasa bangga apabila kita sendiri yang membuat rekan kerja gagal dalam tanggung jawabnya. Jika itu dibiarkan, artinya perpecahan sedang dimulai dan tanpa sadar kita menggali lubang kubur sendiri. Apa yang disebut gaya hidup seorang Kristen seakan tidak berlaku di tempat kerja. Padahal setiap tindakan yang kita lakukan akan selalu disorot oleh Sang Atasan.
Bagaimana sikap kita dengan rekan kerja? Mungkin saat rekan kerja menghadapi masalah, kita menganggap itu risiko yang harus ia hadapi sendiri. Tapi sebagai tim, kegagalan satu orang akan selalu membawa dampak pada keseluruhan. Jadi mengapa kita harus saling menjatuhkan? Bukankah hasilnya tentu jauh lebih baik jika kita saling mendukung dan bekerjasama menghadapi persoalan? Kristus mengajarkan bahwa kita adalah satu tubuh. Jika satu anggota mengalami masalah, yang lainnya harus mendorong dan menguatkannya. Jangan sampai masalah yang dialami rekan kerja malah membuat kita senang. Tapi baiklah kita berseru, "Berpeganglah erat-erat! Tanpa kamu, kami akan tenggelam!"
Kegagalan atau kesuksesan rekan sekerja akan selalu mempengaruhi diri kita juga
Kamis, 05 Maret 2009
KERENDAHAN HATI
Sdr/I yg dikasihi Tuhan Yesus…!
Krisis multi dimensi yang berkepanjangan bisa mengakibatkan banyak anggota masyarakat di berbagai tempat mengalami goncangan dalam kehidupan dan status sosialnya. Tekanan zaman akibat globalisasi menyebabkan pendapatan banyak orang mengalami penurunan dan kehilangan pekerjaan. Akibatnya angka kriminalitas naik secara tajam dan lebih jauh kekerasan menjadi budaya bangsa. Di tengah2 hilangnya rasa aman dan situasi kehidupan yang serba tidak menentu menyebabkan banyak orang akan mudah mempercayai ajaran2 atau ajakan untuk mendapatkan kebahagiaan. Hal seperti inilah yang terjadi di jemaat Tesalonika, dimana banyak pengajar2 palsu mengkhotbahkan bahwa hari Tuhan sudah dekat, sehingga tidak perlu lagi bekerja, cukuplah mempersiapkan penantian kedatangan itu (Seperti Mangampin Sibuea 10 Nop 03). Kita tidak perlu heran, karena sejak Kematian dan Kebangkitan Tuhan Yesus, sepanjang sejarah ada saja dikalangan Umat Kristen yang mempercayai bahwa Yesus akan datang pada tahun2 tertentu. Seperti tahun 500; 1000; 1260; 1420; 1533; 1843; 1844; 1914; 1918; 1925; 1941; 1975; 1992; 2003. Ada banyak Tokoh2nya mulai dari William Milen sampai Mangampin. Tahun 54 seorang Mesir menyatakan dirinya sebagagai nabi di Yerusalem, ia membujuk 37.000 pengikutnya ke Bukit Zaitun, dan disana ia akan menghancurkan tembok Yerusalem dengan firman yang keluar dari mulutnya, namun yang terjadi tembok kota tersebut masih tetap berdiri sampai saat ini. Tetapi berbeda dengan yang satu ini yaitu:
Muder Teresa
Kerendahan Hati
Berbicara sesedikit mungkin tentang diri sendiri
Uruslah sendiri persoalan-persoalan
Hindarilah rasa ingin tahu
Janganlah mencampuri urusan orang lain
Terimalah pertentangan dengan kegembiraan
Jangan memusatkan perhatian kepada kesalahan orang lain
Terimalah hinaan dan caci maki
Terimalah perasaan tak diperhatikan, dilupakan dan dipandang rendah
Mengalah terhadap kehendak orang lain
Terimalah celaan walaupun anda tidak layak menerimanya
Bersikap sopan dan peka, seklipun seseorang memancing amarah anda
Janganlah mencoba agar dikagumi dan dicintai
Bersikap mengalah dalam perbedaan pendapat, walaupun anda benar
Pilihlah selalu yang tersulit
Sekilas Biografi :
Dilahirkan di Skopje, Yugoslavia, dengan nama Agnes Boyakhul, pada tanggal 26 Agustus 1910. Ia memilih tanggal 27 Agustus 1910, saat Ia dipermandikan menjadi hari ulang tahunnya. la masuk Biara Loretto di Irlandia 1928. Setahun sesudahnya dikirim ke India untuk menjalankan novisiatnya di sana dan memulai karya sebagai guru, mengajar di SMP St.Mary Calcuta.
Ia mengajar di situ hampir 20 tahun. Pada tahun 1946 dalam perjalanan menuju retret tahunannya, ia berkata: "Aku mendengar panggilan untuk meninggalkan segalanya dan mengikuti DIA ke lorong-lorong kumuh untuk melayani orang-orang miskin dan terlantar. ......Selanjutnya klik disini !!!
Karya Tulisan, Doa dan Renungannya :
Ia banyak menuliskan doa-doa serta tulisan mengenai pengalaman dia bersama orang-orang dimana ia berkata, di dalam diri manusia dia menemukan Tuhan.
Dia menuliskan doa-doanya bersama dengan Bruder Roger dari Taize. Tulisan itu dikumpulkan dalam sebuah buku yang berjudul 'Doa : Mengetuk Hati Manusia'.
Dia juga menuliskan pengalamannya dalam buku 'Mutiara Cinta'.
Untuk melihat tulisan-tulisan Doa Ibu Teresa, lihat dalam kumpulan Doa berikut ini .........Selanjutnya klik disini !!!
Kerabat Kerja Ibu Teresa:
Seorang Kerabat Kerja Ibu Teresa adalah seorang yang melihat kehadiran Tuhan di dalam diri setiap orang dan memilih untuk mengambil bagian dalam pelayanan nyata bagi kaum miskin dengan munggunakan tangan mereka untuk melayani dan menyerahkan hati mereka untuk mencintai.
Bagi saudara yang ingin mengetahui lebih lanjut dan juga ingin bergabung bersama menjadi Kerabat Kerja Ibu Teresa
Kerabat Kerja Ibu Teresa
Apakah Kerabat Kerja itu?
Seorang Kerabat Kerja Ibu Teresa adalah seorang yang melihat kehadiran Tuhan di dalam diri setiap orang dan memilih untuk mengambil bagian dalam pelayanan nyata bagi kaum miskin dengan menggunakan tangan mereka untuk melayani dan menyerahkan hati mereka untuk mencintai.
Ibu Teresa menginginkan agar para Kerabat Kerjanya memelihara ikatan cinta kasih yang mendalam di dalam rumah mereka, di samping itu juga mencari orang-orang yang membutuhkan bantuan di tetangga, kota dan negara mereka sendiri serta di dunia.
Jbu Teresa meminta agar kami mencari orang-orang yang membutuhkan diri kami dan mengenal mereka secara pribadi. Hanya dengan berkenalan secara pribadi kami dapat mengerti dan mencintai mereka. Ibu Teresa meminta para Kerabat Kerja untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan kecil, di mana orang lain tidak mempunyai waktu untuk melakukannya.
Ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makanan,
Ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum,
Ketika Aku seorang asing, kamu menyambut Aku,
Ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian,
Ketika Aku sakit, kamu melawat Aku,
Ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku........
Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya segala sesuatu yang kainu lakukan kepada salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
(Matius 25:35 - 36, 40)
Saudaraku Yang Paling Hina
SaudaraKu yang paling hina (yang termiskin di antara kaum miskin) ialah mereka
• yang lapar dan kesepian - tidak hanya lapar akan makanan, tetapi juga akan Sabda Allah.
• yang haus dan disingkirkan - tidak hanya untuk segelas air tetapi juga untuk pengetahuan, perdamaian dan kebenaran serta keadilan dan cinta.
• yang telanjang dan tak dicintai - tidak hanya untuk pakaian, melainkan juga untuk harga diri.
• yang tak dikehendaki, bayi-bayi yang digugurkan, korban diskriminasi, tuna wisma bukan hanya membutuhkan sebuah rumah dari bata, tetapi juga sebuah hati yang penuh pengertian, melindungi dan mencintai.
• orang miskin yang sakit, sekarat dan para tahanan, juga yang sakit jiwanya, tak bersemangat hidup.
• semua yang telah kehilangan harapan dan iman.
• pecandu obat bius dan minuman keras.
• dan mereka semua yang telah kehilangan Tuhannya (bagi mereka Tuhan adalah masa lampau, padahal Tuhan selalu ada) dan mereka yang telah kehilangan harapan akan kekuatan Roh.
Pedoman Kerabat Kerja Ibu Teresa
• Bawalah doa kedalam keluargamu. Cinta kasih dimulai di rumah. Anda harus memulainya di sana dengan melayani keluarga sendiri dan para tetangga.
• Semua Kerabat Kerja bekerja bersama dengan para Suster, Pastor, Bruder Misionaris Cinta Kasih yang paling dekat dengan rumah anda. Bila tidak ada yang dekat, tetap lakukan aksi cinta kasihmu dan selalu berhubungan dengan Regional Superior Misionaris Cinta Kasih.
• 3. Para Kerabat Kerja harus berusaha berkumpul bersama di lingkungannya untuk berdoa, melayani dan berbagi rasa bersama dengan para Misionaris Cinta Kasih.
• Tidak ada pengurus di semua tingkatan. Tidak ada rekening koran atas nama Kerabat Kerja untuk keperluan apapun. Semua sumbangan harus diserahkan langsung kepada Misionaris Cinta Kasih.
• Tidak ada newsletter atau "family" letters. Superior Jenderal Misionaris Cinta Kasih akan berkomunikasi dengan para Kerabat Kerja diia kali dalam setahun.
Doa Harian Kerabat Kerja
Ya Tuhan, JADIKANLAH KAMI berguna untuk melayani sesama manusia di seluruh dunia, yang hidup dan mati dalam kemiskinan dan kelaparan.
BERIKANLAH KEPADA MEREKA melalui tangan-tangan kami rejeki pada hari ini dan melalui cinta kasih kami yang penuh pengertian, berikanlah kepada mereka rasa damai dan gembira di hati.
TUHAN, jadikanlah aku pembawa DAMAI. Bila terjadi kebencian,.jadikanlah akupembawa Cinta Kasih.
Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan.
Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan.
Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran.
Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian.
Bila terjadi keputusasaan, jadikanlah aku pembawa harapan.
Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang.
Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku pembawa kegembiraan.
Tuhan, semoga aku lebih ingin menghibur daripada dihibur.
Memahami daripada dipahami, mencintai daripada dicintai.
Sebab dengan memberi kami menerima, dengan mengampuni kami diampuni.
Dengan mati suci, kami akan bangkit lagi untuk selama-lamanya, AMIN.
Pancaran Cinta Kasih Tuhan
Ya Allah Tuhanku, tolonglah aku menyebarka keharumanMu kemana saja aku pergi. Penuhilah jiwaku dengan semangat dan hidupMu.
Resapilah dan kuasailah seluruh pribadik sedemikian rupa sehingga seluruh hidupk hanyalah merupakan Pancaran Cinta KasihMu Bersinarlah sepenuhnya dalam diriku sedemikia rupa sehing-a setiap jiwa yang berhubunga
Semoga mereka tidak melihat diriku lagi, melainkan menengadah memandang Engkau sendiri oh Tuhanku! Tinggallah selalu dalam jiwaku sehingga Engkau sendiri yang memancarkan sinarmu melalui diriku, sedemikian rupa sehingga memancarkan sinarmu menerangi sesamaku. Sinar itu, oh Tuhan akan datang seluruhnya daripadamu, tak satupun milikku, hanya Dikaulah saja yang memancarkan sinarmu menembusiku menerangi sekelilingku.
Biarkan aku memujimu dengan cara yang paling berkenan di hatimu, dengan membawa sinarmu menerangi orang-orang di lingkunganku.
Biarkan aku mewartakanmu tanpa mengkhotbahi, bukan dengan kata-kata melainkan dengan suri teladanku, dengan daya tarik dan pengaruh yang lembut dari apa yang kulakukan, yang menjadi bukti nyata kebulatan cinta kasihku kepadamu. Amin.
ROH KUDUS ( HOLY SPIRIT)
Pendahuluan:
Tuhan Allah mencurahkan RohNya dan bekerja serta berdiam dalam hidup kita. Kehadiran Roh Kudus dalam hidup kita menuntut pembaharuan, tidak hanya dalam teori tetapi dalam praktek hidup, dalam perilaku sehari-hari dan dalam kesaksian hidup.
Kehadiran Roh Kudus dalam hidup kita hendaknya memberi dampak positif bagi hidup kita dan lingkungan kita, pembawa Kasih, Sukacita, Damai Sejahtera serta menjadi saluran berkat Tuhan bagi setiap orang.
Dari hidup orang Kristen yang telah menerima berkat keselamatan/kesembuhan Ilahi (Blessing Divine Healing) dari Allah melalui pengorbanan Tuhan Yesus oleh karena Kasih-Nya yang tiada taranya, haruslah kita menjadi berkat dan pelita bagi orang lain, dan ini dapat kita lakukan hanya melalui bimbingan Roh Kudus.
Mungkin timbul dalam hati kita satu pertanyaan atau suatu kerinduan, bagaimana agar pekerjaan Roh Kudus atau agar Tuhan Yesus hidup dalam hati kita dan kita hidup di dalam Dia..? Jawabannya singkat “ Dia harus tinggal dan hidup di dalam kita”, berarti kita harus memberi tempat dalam hati kita untuk Dia berkarya dan kita harus tinggal dan hidup dalam Dia. Kristus yang berkuasa dalam hidup kita, sehingga kita dapat berkata “not I but Christ” Gal 2:20.
Peranan roh kudus mutlak diakui baik dalam Perj. Lama dan Perj. Baru. Namun banyak orang kristen melalaikan bahkan menyia-yiakan Pribadi, Kuasa dan Manifestasi Roh Kudus. Jemaat Tuhan yang tidak menghargai Roh Kudus menjadi jemaat yang mati, sebaliknya kalau jemaat Tuhan menghormati Roh Kudus akan menjadi jemaat yang hidup, karena Roh Kudus dapat membangkitkan KUASA- Kuasa untuk sukses, Kuasa untuk hidup berkemenangan.
Satu teladan yang baik dari kehidupan Daud dalam menghormati dan menghargai Roh Kudus tertulis dalam Maz. 51:13, …”janganlah mengambil RohMu yang kudus dari padaku…!” Daud sadar tanpa Roh Kudus hidupnya akan berantakan, sebab itu ia mengutamakan Roh Kudus diatas segala-galanya.
Dalam Perjanjian Baru, kita temukan penekanan yang sangat penting berkatian degan pokok Roh Kudus.
“Kamu akan beroleh Kuasa, kalau Roh Kudus turun atas kamu…” Kisah 1:8. oleh karena Roh Kudus menyertai hidup seseorang maka orang itu dapat memiliki Kuasa untuk mengalahkan yang jahat, Kuasa untuk menghancurkan musuh dan kuasa untuk memasuki hidup yang sukses dan bahagia. Roh kudus mutlak kita perlukan dalam hidup dan Pelayanan kita. Tanpa Roh Kudus kita tidak mempunyai kuasa.
Roh Kudus adalah Roh Kebenaran yang diberikan oleh Allah dan Roh itu akan bersaksi tentang Yesus dan Dia akan menolong, menyertai dan tinggal didalam setiap orang percaya. sejak pada awalnya, Alkitab memperkenalkan kepada kita Roh Allah itu. Dalam kejadian 1:1-2: “pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong (tak didiami): gelap gulita menutupi samudra raya (lautan yang mula-mula) dan ROH ALLAH melayang-layang diatas permukaan air”.
Di sini kita lihat bahwa Roh Kudus bukan sekedar suatu “Kuasa” atau “Pengaruh” yang sewaktu-waktu digunakan. Roh kudus adalah satu oknum ilahi yang mempunyai PRIBADI sama derajatnya dengan Allah Bapa dan Allah Anak. Roh kudus adalah pribadi ketiga dari Ketritunggalan Allah. Ia layak dihormati dan dihargai sama seperti menghormati Allah Bapa dan Tuhan Yesus.
Kurang pengertian mendalam mengenai Pribadi Roh Kudus, menyebabkan banyak orang kurang menghargai dan menghormati keberadaan Roh Kudus.
Pada hal “kunci utama kepada perkembangan dan pertumbuhan Gereja” adalah pada penghormatan dan penghargaan yang tinggi pada pribadi Roh Kudus ( Respect to personality of Holy Spirit)”. Memang masih banyak orang yang masih meragukan keberadaan Roh Kudus, akan tetapi sebagai anak-anak Allah, kita harus mengenal Dia dengan benar. ( Rom 8 : 9, 15 dan Johannes 14 : 16 – 17).
Peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang Percaya:
Dalam I. Korint 3: 16; 6: 19 diterangkan bahwa tubuh kita adalah BaitNya, jika kita dipenuhi Roh Kudus, maka Dia tinggal dalam kita.
Roh Kudus menyembuhkan I. Kor 12:9, Roma 8:11.
Roh Kudus membebaskan orang percaya dari ikatan dosa. Roma 8: 2.
Mengubah kita sehingga kita memiliki karakter Yesus. Menghasilkan buah. Gal 5:22-23.
Penolong dan Mengajar segala Kebenaran. Joh 14: 16-17; 26.
Memimpin anak-anak Allah. Roma 8:16.
Menyucikan I. Pet 1: 2; II Tes 2: 13.
Menolong dan membimbing dalam doa. Roma. 8: 26-27.
Roh Kudus itu memberi dorongan bagi kita untuk bersaksi. Kisah 1: 8; 5: 32, I. Kor 12:3. Dan masih banyak lagi yang dapat diungkapkan oleh Alkitab, Karena itu hargailah dan terimalah Roh Kudus sebagai pribadi Allah dan sambut Dia dalam hidupmu.
Bagaimana kita Menghidupkan Roh Kudus itu dalam kehidupan kita…?
1. Bertobat dan taati Dia Kis 2: 38; 5: 32.
2. Serahkan dirimu menjadi persembahan yang Kudus. Roma 12: 1-3.
3. Terapkan 5 M.
4. Jangan padamkan Roh I. Tes 5: 19
5. Jangan mendukakan Roh Kudus. Efesus 4: 30.
6. Jangan menentang Roh Kudus. Kis 7: 51.
Amin. RHL. Tobing.
Tuhan Allah mencurahkan RohNya dan bekerja serta berdiam dalam hidup kita. Kehadiran Roh Kudus dalam hidup kita menuntut pembaharuan, tidak hanya dalam teori tetapi dalam praktek hidup, dalam perilaku sehari-hari dan dalam kesaksian hidup.
Kehadiran Roh Kudus dalam hidup kita hendaknya memberi dampak positif bagi hidup kita dan lingkungan kita, pembawa Kasih, Sukacita, Damai Sejahtera serta menjadi saluran berkat Tuhan bagi setiap orang.
Dari hidup orang Kristen yang telah menerima berkat keselamatan/kesembuhan Ilahi (Blessing Divine Healing) dari Allah melalui pengorbanan Tuhan Yesus oleh karena Kasih-Nya yang tiada taranya, haruslah kita menjadi berkat dan pelita bagi orang lain, dan ini dapat kita lakukan hanya melalui bimbingan Roh Kudus.
Mungkin timbul dalam hati kita satu pertanyaan atau suatu kerinduan, bagaimana agar pekerjaan Roh Kudus atau agar Tuhan Yesus hidup dalam hati kita dan kita hidup di dalam Dia..? Jawabannya singkat “ Dia harus tinggal dan hidup di dalam kita”, berarti kita harus memberi tempat dalam hati kita untuk Dia berkarya dan kita harus tinggal dan hidup dalam Dia. Kristus yang berkuasa dalam hidup kita, sehingga kita dapat berkata “not I but Christ” Gal 2:20.
Peranan roh kudus mutlak diakui baik dalam Perj. Lama dan Perj. Baru. Namun banyak orang kristen melalaikan bahkan menyia-yiakan Pribadi, Kuasa dan Manifestasi Roh Kudus. Jemaat Tuhan yang tidak menghargai Roh Kudus menjadi jemaat yang mati, sebaliknya kalau jemaat Tuhan menghormati Roh Kudus akan menjadi jemaat yang hidup, karena Roh Kudus dapat membangkitkan KUASA- Kuasa untuk sukses, Kuasa untuk hidup berkemenangan.
Satu teladan yang baik dari kehidupan Daud dalam menghormati dan menghargai Roh Kudus tertulis dalam Maz. 51:13, …”janganlah mengambil RohMu yang kudus dari padaku…!” Daud sadar tanpa Roh Kudus hidupnya akan berantakan, sebab itu ia mengutamakan Roh Kudus diatas segala-galanya.
Dalam Perjanjian Baru, kita temukan penekanan yang sangat penting berkatian degan pokok Roh Kudus.
“Kamu akan beroleh Kuasa, kalau Roh Kudus turun atas kamu…” Kisah 1:8. oleh karena Roh Kudus menyertai hidup seseorang maka orang itu dapat memiliki Kuasa untuk mengalahkan yang jahat, Kuasa untuk menghancurkan musuh dan kuasa untuk memasuki hidup yang sukses dan bahagia. Roh kudus mutlak kita perlukan dalam hidup dan Pelayanan kita. Tanpa Roh Kudus kita tidak mempunyai kuasa.
Roh Kudus adalah Roh Kebenaran yang diberikan oleh Allah dan Roh itu akan bersaksi tentang Yesus dan Dia akan menolong, menyertai dan tinggal didalam setiap orang percaya. sejak pada awalnya, Alkitab memperkenalkan kepada kita Roh Allah itu. Dalam kejadian 1:1-2: “pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong (tak didiami): gelap gulita menutupi samudra raya (lautan yang mula-mula) dan ROH ALLAH melayang-layang diatas permukaan air”.
Di sini kita lihat bahwa Roh Kudus bukan sekedar suatu “Kuasa” atau “Pengaruh” yang sewaktu-waktu digunakan. Roh kudus adalah satu oknum ilahi yang mempunyai PRIBADI sama derajatnya dengan Allah Bapa dan Allah Anak. Roh kudus adalah pribadi ketiga dari Ketritunggalan Allah. Ia layak dihormati dan dihargai sama seperti menghormati Allah Bapa dan Tuhan Yesus.
Kurang pengertian mendalam mengenai Pribadi Roh Kudus, menyebabkan banyak orang kurang menghargai dan menghormati keberadaan Roh Kudus.
Pada hal “kunci utama kepada perkembangan dan pertumbuhan Gereja” adalah pada penghormatan dan penghargaan yang tinggi pada pribadi Roh Kudus ( Respect to personality of Holy Spirit)”. Memang masih banyak orang yang masih meragukan keberadaan Roh Kudus, akan tetapi sebagai anak-anak Allah, kita harus mengenal Dia dengan benar. ( Rom 8 : 9, 15 dan Johannes 14 : 16 – 17).
Peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang Percaya:
Dalam I. Korint 3: 16; 6: 19 diterangkan bahwa tubuh kita adalah BaitNya, jika kita dipenuhi Roh Kudus, maka Dia tinggal dalam kita.
Roh Kudus menyembuhkan I. Kor 12:9, Roma 8:11.
Roh Kudus membebaskan orang percaya dari ikatan dosa. Roma 8: 2.
Mengubah kita sehingga kita memiliki karakter Yesus. Menghasilkan buah. Gal 5:22-23.
Penolong dan Mengajar segala Kebenaran. Joh 14: 16-17; 26.
Memimpin anak-anak Allah. Roma 8:16.
Menyucikan I. Pet 1: 2; II Tes 2: 13.
Menolong dan membimbing dalam doa. Roma. 8: 26-27.
Roh Kudus itu memberi dorongan bagi kita untuk bersaksi. Kisah 1: 8; 5: 32, I. Kor 12:3. Dan masih banyak lagi yang dapat diungkapkan oleh Alkitab, Karena itu hargailah dan terimalah Roh Kudus sebagai pribadi Allah dan sambut Dia dalam hidupmu.
Bagaimana kita Menghidupkan Roh Kudus itu dalam kehidupan kita…?
1. Bertobat dan taati Dia Kis 2: 38; 5: 32.
2. Serahkan dirimu menjadi persembahan yang Kudus. Roma 12: 1-3.
3. Terapkan 5 M.
4. Jangan padamkan Roh I. Tes 5: 19
5. Jangan mendukakan Roh Kudus. Efesus 4: 30.
6. Jangan menentang Roh Kudus. Kis 7: 51.
Amin. RHL. Tobing.
Rabu, 25 Februari 2009
JADILAH TELADAN DALAM BEKERJA
Jadilah Teladan dalam Bekerja
Bacaan : 2 Tesalonika 3:10-13
Menurut kebanyakan orang kita bekerja adalah supaya kita mendapatkan ‘berkat’, jika kita tidak bekerja maka besar kemungkinan kita tidak akan memperoleh ‘berkat’. Benarkah sebuah pekerjaan hanya sesuatu usaha untuk mendapat berkat ? Apakah itu tujuan utama kita bekerja ? Untuk itukah Tuhan menyuruh kita bekerja ?
Dalam kedua surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika tertulis banyak ucapan syukur karena Jemaat Tesalonika yang menjadi teladan karena kasih dan perilakunya di seluruh wilayah Makedonia. Paulus mengucap syukur dan berdoa agar Jemaat makin giat dalam pelayanan keteladanan dan kasih diantara sesama jemaat agar nama Tuhan dipermuliakan dan kebenaran Firman Tuhan makin diketahui semua orang. Dalam mencapai tujuan mulia itu, salah satu tugas yang diajarkan oleh Paulus adalah “kita semua harus bekerja”.
Beberapa hal yang dapat di definisikan dari esensi sebuah pekerjaan adalah :
1. Bekerja adalah wujud ucapan syukur
Pekerjaan adalah sebuah bentuk ucapan syukur kita kepada Bapa yang telah lebih dahulu ‘bekerja’ untuk kita. Bukankah Tuhan, Allah Bapa telah mengerjakan banyak hal kepada kita, lewat kesehatan, keluarga, tubuh yang sempurna, kawan kawan bahkan sebuah keselamatan yang tak terkira bagi kita. Tidakkah kita sepatutnya bersyukur dan mewujudkannya dengan menggunakan semuanya itu untuk sebuah pekerjaan yang berguna? Ketika sebuah pekerjaan disadari sebagai sebuah ucapan syukur, kita akan melihat betapa menyenangkannya sebuah pekerjaan. Adalah penting memiliki kesadaran tentang apa sebab kita bekerja, beberapa orang merasa pekerjaan sebagai sebuah ‘kutukan’. Aktivitas yang berulang tiap tiap hari sepanjang tahun dianggap sebuah nasib yang harus ditanggung dengan sabar. Kesadaran seperti ini membuat bekerja menjadi melelahkan, penuh keluhan dan sebuah kompetisi tanpa akhir untuk mengejar ‘berkat’ yang tidak pernah mencapai kata ‘cukup’. Pekerjaan menjadi menegangkan dan penuh kompetisi untuk mengejar pengakuan yang dinamakan ‘keberhasilan’. Masing masing baik sadar dan tidak sadar memandang penuh iri atas ‘berkat’ orang lain, lalu menjadi berusaha lebih keras bahkan dengan segala cara untuk menandingi ‘keberhasilan’ tersebut, besar kemungkinan mereka lupa untuk kapan dan dimana harus berhenti.
Lain cerita jika kita menganggap pekerjaan sebagai sebuah ucapan syukur kepada Allah Bapa. Kita hanya ingin bekerja yang terbaik untuk Bapa, karena Dia sudah baik kepada kita. Bekerja tidak didorong untuk tuntutan memperoleh ‘berkat’ lebih banyak ataupun pengakuan; karena kita sadar bahwa kita telah lebih dahulu terberkati oleh Sang Pemberi Berkat. 100% kita akan yakin jika kita bekerja pasti Tuhan memberikan berkat, karena Dia yang memberi berkat, susah payah tidak akan menambahinya ( amsal 10:22). Besaran berkat tidak lagi menjadi ukuran keberhasilan. Sedikit disyukuri, banyak tidak membuat sombong, karena kesadaran bahwa berkat adalah datangnya dari Bapa. Dalam Kejadian 26:12-13, jelas terlihat bahwa Ishak menjadi kaya bahkan sangat kaya karena berkat Tuhan, bukan karena berapa besarnya dia bekerja. Jadi bekerjalah dengan sukacita dan ucapan syukur, karena Tuhan memberkati kita, bukan karena kita berlelah mencari berkat.
2. Bekerja sebagai sebuah Teladan
Pekerjaan kita harus menjadi teladan, sehingga pada akhirnya orang lain melihat kemurahan Tuhan lewat pekerjaan yang kita lakukan. Ini berkaitan dengan kualitas, integritas dan etos kerja kita. Menjadi teladan tentu harus menjadi yang terbaik dengan cara yang seturut perintah Tuhan. Ketika kita bersih dilingkungan yang korup, ketika kita setia saat Boss tidak ada, ketika kita tidak mencuri di lingkungan yang penuh dengan pencurian, ketika kita hormat kepada atasan ketika banyak orang menggosip di belakang, dan hal hal yang menjadikan kita berbeda, pelan pelan keteladanan itu akan muncul dan diakui oleh lingkungan kita. Keteladanan membutuhkan sebuah konsistensi terus menerus dan tidak mudah terpengaruh, sebuah kesetiaan yang biasanya membutuhkan waktu yang panjang. Namun dengan dengan hati yang melihat pekerjaan sebagai sebuah ungkapan rasa syukur pasti tidak sulit melakukannya. Toh kita tidak perlu takut dan khawatir, karena sadar bahwa berkat datang dari Tuhan bukan dari boss, customer, pemerintah ataupun perusahaan.
Lalu dimanakah ukuran keberhasilan kita dalam bekerja? Beberapa pertanyaan ini bisa menjadi ukuran kita apakah kita sudah berhasil dalam bekerja atau belum.
a. Apakah kita lebih banyak bersyukur atau mengeluh dalam bekerja ?
b. Apakah kita lebih banyak memberi atau menerima ?
c. Sudahkah orang lain melihat kita berbeda dan menjadi teladan ?
Bacaan : 2 Tesalonika 3:10-13
Menurut kebanyakan orang kita bekerja adalah supaya kita mendapatkan ‘berkat’, jika kita tidak bekerja maka besar kemungkinan kita tidak akan memperoleh ‘berkat’. Benarkah sebuah pekerjaan hanya sesuatu usaha untuk mendapat berkat ? Apakah itu tujuan utama kita bekerja ? Untuk itukah Tuhan menyuruh kita bekerja ?
Dalam kedua surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika tertulis banyak ucapan syukur karena Jemaat Tesalonika yang menjadi teladan karena kasih dan perilakunya di seluruh wilayah Makedonia. Paulus mengucap syukur dan berdoa agar Jemaat makin giat dalam pelayanan keteladanan dan kasih diantara sesama jemaat agar nama Tuhan dipermuliakan dan kebenaran Firman Tuhan makin diketahui semua orang. Dalam mencapai tujuan mulia itu, salah satu tugas yang diajarkan oleh Paulus adalah “kita semua harus bekerja”.
Beberapa hal yang dapat di definisikan dari esensi sebuah pekerjaan adalah :
1. Bekerja adalah wujud ucapan syukur
Pekerjaan adalah sebuah bentuk ucapan syukur kita kepada Bapa yang telah lebih dahulu ‘bekerja’ untuk kita. Bukankah Tuhan, Allah Bapa telah mengerjakan banyak hal kepada kita, lewat kesehatan, keluarga, tubuh yang sempurna, kawan kawan bahkan sebuah keselamatan yang tak terkira bagi kita. Tidakkah kita sepatutnya bersyukur dan mewujudkannya dengan menggunakan semuanya itu untuk sebuah pekerjaan yang berguna? Ketika sebuah pekerjaan disadari sebagai sebuah ucapan syukur, kita akan melihat betapa menyenangkannya sebuah pekerjaan. Adalah penting memiliki kesadaran tentang apa sebab kita bekerja, beberapa orang merasa pekerjaan sebagai sebuah ‘kutukan’. Aktivitas yang berulang tiap tiap hari sepanjang tahun dianggap sebuah nasib yang harus ditanggung dengan sabar. Kesadaran seperti ini membuat bekerja menjadi melelahkan, penuh keluhan dan sebuah kompetisi tanpa akhir untuk mengejar ‘berkat’ yang tidak pernah mencapai kata ‘cukup’. Pekerjaan menjadi menegangkan dan penuh kompetisi untuk mengejar pengakuan yang dinamakan ‘keberhasilan’. Masing masing baik sadar dan tidak sadar memandang penuh iri atas ‘berkat’ orang lain, lalu menjadi berusaha lebih keras bahkan dengan segala cara untuk menandingi ‘keberhasilan’ tersebut, besar kemungkinan mereka lupa untuk kapan dan dimana harus berhenti.
Lain cerita jika kita menganggap pekerjaan sebagai sebuah ucapan syukur kepada Allah Bapa. Kita hanya ingin bekerja yang terbaik untuk Bapa, karena Dia sudah baik kepada kita. Bekerja tidak didorong untuk tuntutan memperoleh ‘berkat’ lebih banyak ataupun pengakuan; karena kita sadar bahwa kita telah lebih dahulu terberkati oleh Sang Pemberi Berkat. 100% kita akan yakin jika kita bekerja pasti Tuhan memberikan berkat, karena Dia yang memberi berkat, susah payah tidak akan menambahinya ( amsal 10:22). Besaran berkat tidak lagi menjadi ukuran keberhasilan. Sedikit disyukuri, banyak tidak membuat sombong, karena kesadaran bahwa berkat adalah datangnya dari Bapa. Dalam Kejadian 26:12-13, jelas terlihat bahwa Ishak menjadi kaya bahkan sangat kaya karena berkat Tuhan, bukan karena berapa besarnya dia bekerja. Jadi bekerjalah dengan sukacita dan ucapan syukur, karena Tuhan memberkati kita, bukan karena kita berlelah mencari berkat.
2. Bekerja sebagai sebuah Teladan
Pekerjaan kita harus menjadi teladan, sehingga pada akhirnya orang lain melihat kemurahan Tuhan lewat pekerjaan yang kita lakukan. Ini berkaitan dengan kualitas, integritas dan etos kerja kita. Menjadi teladan tentu harus menjadi yang terbaik dengan cara yang seturut perintah Tuhan. Ketika kita bersih dilingkungan yang korup, ketika kita setia saat Boss tidak ada, ketika kita tidak mencuri di lingkungan yang penuh dengan pencurian, ketika kita hormat kepada atasan ketika banyak orang menggosip di belakang, dan hal hal yang menjadikan kita berbeda, pelan pelan keteladanan itu akan muncul dan diakui oleh lingkungan kita. Keteladanan membutuhkan sebuah konsistensi terus menerus dan tidak mudah terpengaruh, sebuah kesetiaan yang biasanya membutuhkan waktu yang panjang. Namun dengan dengan hati yang melihat pekerjaan sebagai sebuah ungkapan rasa syukur pasti tidak sulit melakukannya. Toh kita tidak perlu takut dan khawatir, karena sadar bahwa berkat datang dari Tuhan bukan dari boss, customer, pemerintah ataupun perusahaan.
Lalu dimanakah ukuran keberhasilan kita dalam bekerja? Beberapa pertanyaan ini bisa menjadi ukuran kita apakah kita sudah berhasil dalam bekerja atau belum.
a. Apakah kita lebih banyak bersyukur atau mengeluh dalam bekerja ?
b. Apakah kita lebih banyak memberi atau menerima ?
c. Sudahkah orang lain melihat kita berbeda dan menjadi teladan ?
Rabu, 28 Januari 2009
Jawaban Tuhan Selalu Positif
"Tuhan selalu memberikan jawab positif"
Anda berkata: “Itu tidak mungkin”Tuhan berkata: “Semuanya mungkin.” (Lukas 18:27)
Anda berkata: “Aku terlalu letih.”Tuhan berkata: “Aku memberimu kelegaan.” (Matius 11:28)
Anda berkata: “Tak ada orang yang mengasihiku.”Tuhan berkata: “Aku mengasihimu.” (Yoh 3:16 & 13:34)
Anda berkata: “Aku tak dapat terus.”Tuhan berkata: “Cukuplah kasih karuniaKu bagimu.” (2 Korintus 12:9)
Anda berkata: “Aku tak tahu yang harus aku lakukan.”Tuhan berkata: “Aku akan meluruskan jalanmu ” (Amsal 3:5)
Anda berkata: “Aku tak dapat melakukan itu.”Tuhan berkata: “Segala perkara dapat Kutanggung.” (Filipi 4:13)
Anda berkata: “Aku tidak sanggup.”Tuhan berkata: “Aku sanggup.” (2 Korintus 9:8)
Anda berkata: “Itu tak berharga.”Tuhan berkata: “Itu akan mendatangkan kebaikan bagimu.” (Roma 8:28)
Anda berkata: “Aku tak dapat memaafkan diriku sendiri.”Tuhan berkata: “Aku akan mengampuni segala dosa kamu.” (1 Yohanes 1:9)
Anda berkata: “Aku tidak sanggup.”Tuhan berkata: “Aku sanggup.” (2 Korintus 9:8)
Anda berkata: “Itu tak berharga.”Tuhan berkata: “Itu akan mendatangkan kebaikan bagimu.” (Roma 8:28)
Anda berkata: “Aku tak dapat memaafkan diriku sendiri.”Tuhan berkata: “Aku akan mengampuni segala dosa kamu.” (1 Yohanes 1:9)
Anda berkata: “Aku tak dapat mengatasinya.”Tuhan berkata: “Aku memenuhi segala keperluanmu.” (Filipi 4:19)
Anda berkata: “Aku takut.”Tuhan berkata: “Aku tidak memberikan roh ketakutan.” (2 Timotius 1:17)
Aku berkata: “Aku selalu khawatir.”Tuhan berkata: “Serahkan segala kekhawatiranmu kepadaKu.” (1 Petrus 5:7)
Aku berkata: “Aku tidak memiliki iman yang cukup.”Tuhan berkata: “Aku telah memberikan ukuran iman.” (Roma 12:3)
Aku berkata: “Aku tak cukup bijaksana.”Tuhan berkata: “Aku memberikan hikmat bagimu.” (1 Korintus 1:30)Aku berkata: “Aku merasa sendirian.”Tuhan berkata: “Aku tak akan meninggalkan dan membiarkan engkau sendirian.” (Ibrani 13:5)
Aku berkata: “Aku selalu khawatir.”Tuhan berkata: “Serahkan segala kekhawatiranmu kepadaKu.” (1 Petrus 5:7)
Aku berkata: “Aku tidak memiliki iman yang cukup.”Tuhan berkata: “Aku telah memberikan ukuran iman.” (Roma 12:3)
Aku berkata: “Aku tak cukup bijaksana.”Tuhan berkata: “Aku memberikan hikmat bagimu.” (1 Korintus 1:30)Aku berkata: “Aku merasa sendirian.”Tuhan berkata: “Aku tak akan meninggalkan dan membiarkan engkau sendirian.” (Ibrani 13:5)
Rabu, 07 Januari 2009
Quovadis...?
Kita harus menyadari bahwa manusia ini lemah, layu dan fana. Walaupun manusia dapat menaklukkan gunung yang tinggi, menguasai teknologi, ia tetap manusia yang tidak dapat menghindar jika berhadapan dengan maut. Walaupun ia seorang pemimpin yang sangat terkenal dan sangat ditakuti, sebagai manusia ia tetap memiliki rasa takut, walaupun ia seorang milliarder yang memiliki harta berlimpah, sebagai manusia tidak terlepas dari rasa cemas dan kuatir. Andaikata ia seorang ilmuwan yang demikian banyak mengadakan penelitian-penelitian, baik itu dibidang ilmu kedokteran, sebagai manusia tetap memiliki denyut jantung yang biasa dan normal, yang pada satu ketika denyutan jantung itu akan berhenti dan kehidupanpun berakhir. Persoalan kefanaan ini memang telah menimbulkan banyak pertanyaan yangmeminta jawaban. Apakah arti kehidupan manusia itu.........? Mengapa ada penderitaan......? Apa gunanya manusia hidup......? Ada orang ketika menghadapi segala fakta-fakta kehidupan akhirnya menyesali kelahirannya kedunia ini.
Jalan mana yang harus kita tempuh........!
Kita harus menyadari bahwa kehidupan yang harus kita pikirkan meliputi dua bagian :
1. Jalan kehidupan duniawi: kesenangan, kemewahan, prestise....namun...."hidup ini hanya satu uap/asap yang kelihatan sekejap lalu hilang (Jak 4: 14).
2. Jalan kehidupan rohani: penderitaan, tantangan, cobaan, hinaan; namun ada sukacita yang sempurna, sebab Ia membawa kita sertaNya (1 Tes 4:14-16).
Ada satu waktu dimana setiap manusia harus berdiri seperti dipersimpangan jalan untuk memilih; jalan kehidupan duniawi atau jalan kehidupan rohani. Banyak orang yang belum mempunyai tujuan yang pasti dalam kehidupannya, ada yang masih bimbang bahkan ada yang tidak sama sekali, dan menganggap bahwa jalan yang menentukan dalam kehidupan ini ialah memperjuangkan soal-soal materi dan menikmati segala kesenangan dalam dunia ini.
Benar sekali apa yang dikatakan Albert Einstein "Science without religion ia lame, religion without science is blind"; jelas sekali dari ungkapan ini, bahwa kehidupan manusia dengan ilmu pengetahuan saja tanpa agama tidaklah sempurna, lumpuh dan agama tanpa ilmu pengetahuan adalah buta.
Jalan kehidupan mana yang sedang kita tempuh.....?
Adakah diantara kita yang mengikuti jalan kehidupan duniawi tanpa memperduliakn agama, atau kita berada di tengah jalan rohani yang sedang menuntun kita kepada kehidupan yang kekal abadi.....?
Pertanyaan ini adalah suatu kebenaran yang harus kita jawab segera dan memperingatkan kita bahwa pemikiran manusia selalu keliru dan salah dan harus kita minta pertolongan dariNya.
Langganan:
Postingan (Atom)