Berikut ini, kita akan mencoba mempelajari secara lebih
mendalam masing-masing dari kasih itu dan apa yang bukan merupakan kasih.
I) “Kasih itu sabar” (1 Korintus 13:4)
Kata “sabar” dalam bahasa Yunani adalah kata kerja “makrothumeo”
yang tersusun dari kata “makros” yang berarti “panjang” dan “thumos” yang
berarti “kemarahan”. Dengan kata lain, “makrothumeo” berarti “perlu waktu yang
panjang sebelum marah1" dan merupakan lawan dari “cepat marah”.
"Makrothumeo" lebih bermakna sabar terhadap orang daripada sabar
terhadap keadaan. Karena untuk sabar terhadap keadaan terdapat kata Yunani yang
lain, yang akan digunakan nanti dalam bagian yang sama dalam 1 Korintus. Jadi,
kasih berarti tidak cepat marah kepada orang lain, tidak mudah marah.
Sebaliknya, kasih itu menanggung dengan sabar.
Kasih itu murah hati” (1 Korintus 13:4)
Ciri lain dari kasih adalah murah hati. Kata kerja
bahasa Yunani untuk “murah hati” adalah “chresteuomai” yang hanya dipergunakan
di sini dalam Perjanjian Baru. Namun, kata itu digunakan beberapa kali, dalam
dua bentuk yang berbeda. Yang satu dalam bentuk kata sifat “chrestos” dan yang
lain dalam bentuk kata benda “chrestotes”. “Chrestos” berarti “baik, lemah
lembut, baik hati, ramah, menunjukkan kedermawanan yang aktif meskipun tanpa
dibalas ucapan terimakasih”. Jadi, “chresteuomai” berarti menunjukkan chrestos
diri yaitu kelembutan hati, kebaikan, kemurahan hati sekalipun tanpa dibalas sikap
atau ucapan terima kasih
“Kasih tidak
cemburu” (1 Korintus 13:4)
Kata “cemburu” yang digunakan dalam bagian ini adalah
kata kerja bahasa Yunani “zeloo”. Kata bendanya adalah “zelos”. “Zeloo” dan
“zelos” keduanya dapat dipergunakan dalam artian yang baik juga dalam artian
yang buruk. Dalam artian yang baik kata itu mengandung makna semangat. Misalnya
dalam 1 Korintus 14:1 kita dipanggil untuk mengejar kasih dan berusaha [zeloo]
memperoleh karunia-karunia Roh. Namun zelos dan zeloo paling sering digunakan
dalam artian yang buruk. Dalam artian yang buruk zelos berarti iri hati,
kecemburuan. Yakobus 3:14-16 menjelaskan akibat dan sumber kecemburuan:
Yakobus 3:14-16
“Jika kamu menaruh perasaan iri hati [zelos] dan kamu
mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah
berdusta melawan kebenaran! Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi
dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan. Sebab di mana ada iri hati
[zelos] dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam
perbuatan jahat.”
Sumber dari iri hati dan kecemburuan adalah daging,
natur yang lama (lihat juga Galatia 5:20). Kita menunjukkan kecemburuan tatkala
Anda merasa senang ketika saya menderita dan Anda merasa menderita ketika saya
senang, sungguh kebalikan dari apa yang diperintahkan oleh Firman Allah (1
Korintus 12:26). Sebaliknya, karena kasih itu tidak cemburu, tatkala Anda
mengasihi, Anda merasa senang ketika saya senang dan Anda merasa menderita
ketika saya menderita.
“Kasih tidak
memegahkan diri” (1 Korintus 13:4)
Kata yang diterjemahkan “memegahkan diri” di sini adalah
kata kerja dalam bahasa Yunani “perpereuomai” yang berarti “menyombongkan diri
atau membual”. Orang dengan perilaku seperti ini, terus menerus berkata “Saya
sudah melakukan ini itu, Saya punya ini itu, Saya melakukan ini itu… dll. Kata
“saya” sangat sering digunakan oleh orang seperti ini. Sebagai orang-orang
kristiani, kita pun terkadang melakukan hal yang sama. Misalnya ketika kita
berkata: “Saya sudah melakukan ini untuk Tuhan…..”, “Saya sudah berdoa banyak
sekali”, “Hari ini, saya sudah menghabiskan banyak sekali waktu untuk belajar
Alkitab”, “Saya sudah tahu banyak tentang ini dan itu dari Alkitab” yang
berarti saya lebih layak dibandingkan orang lain yang mungkin tidak melakukan
“sebanyak” yang saya lakukan. Bila kita benar-benar mengasihi, maka kita tidak
memegahkan diri, karena kita tahu bahwa tidak ada apa pun yang membuat kita
berbeda atau lebih penting dari saudara-saudara kita yang lain di dalam tubuh.
Sebagaimana 1 Korintus 4:7 katakan:
I Korintus 4:7
“Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting?
Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang
menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak
menerimanya?”
Segala sesuatu yang kita miliki diberikan oleh Tuhan
kepada kita. Kita tidak mencapainya. Itulah mengapa, kita tidak punya hak untuk
memegahkan diri atas apa pun atau atas siapa pun selain daripada Tuhan.
Sebagaimana 1 Korintus 1:31 katakan:
I Korintus 1:31
"BARANGSIAPA YANG BERMEGAH, HENDAKLAH IA BERMEGAH
DI DALAM TUHAN”
Jadi, apakah kita boleh bermegah atas kemampuan,
kelayakan atau bahkan atas pengabdian kita? Bila kita mengasihi, kita tidak
boleh melakukan hal ini. Karena bila kita mengasihi, kita akan bermegah di
dalam Tuhan dan hanya di dalam Dia saja.
Kasih itu tidak
sombong (1 Korintus 13:4)
Hal lain yang tidak dilakukan oleh kasih adalah sombong.
Kata Yunani untuk “sombong” adalah kata kerja “fusioo” yang secara harfiah
berarti “meniup, menggelembungkan, membesarkan”. Dalam Perjanjian Baru, kata
ini digunakan 7 kali, 6 di antaranya dalam 1 Korintus2. Dalam semua kasus, kata ini digunakan secara
metafora dengan mengandung makna kecongkakan. Penggunaan khusus kata ini
terdapat dalam 1 Korintus 8:1 di mana kita membaca:
I Korintus 8:1-3
“Tentang daging persembahan berhala kita tahu:
"kita semua mempunyai pengetahuan." Pengetahuan yang demikian membuat
orang menjadi sombong [fusioo], tetapi kasih membangun. Jika ada seorang
menyangka, bahwa ia mempunyai sesuatu "pengetahuan", maka ia belum
juga mencapai pengetahuan, sebagaimana yang harus dicapainya. Tetapi orang yang
mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah.
Pengetahuan membuat orang menjadi sombong. Kita
mempelajari Alkitab bukan untuk memperoleh pengetahuan di otak kita tetapi
untuk mengenal Allah, yang mengungkapkan diri-Nya Sendiri di dalam Alkitab.
Sebagaimana dikatakan dalam 1 Yohanes 4:8: “Barangsiapa tidak mengasihi, ia
tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.” Tanpa kasih kita tidak
mengenal Allah bahkan sekalipun kita memiliki pengetahuan Alkitab yang sangat
banyak. Terlebih dari itu, bila pengetahuan tetap menjadi hanya sekadar
pengetahuan di kepala kita dan tidak disertai dengan kasih, maka hasilnya
adalah kita menjadi sombong dan sombong adalah kebalikan dari kasih.
“Kasih tidak
melakukan yang tidak sopan” (1 Korintus 13:5)
Hal lain yang tidak dilakukan oleh kasih adalah
melakukan yang “tidak sopan”. Kata “tidak sopan” di sini adalah kata kerja
bahasa Yunani “aschemoneo” yang berarti “berperilaku dengan cara yang tidak
sopan… bertindak tidak bermoral”. Jadi dalam Roma 1:27 misalnya perbuatan mesum
homoseksualitas dinamakan “aschemosune” (produk dari "aschemoneo").
Jadi, kasih itu tidak berperilaku yang tidak bermoral atau tidak wajar, dan
bila perilaku seperti itu diamati, sumbernya hanya satu: manusia lama.
“Kasih tidak
mencari keuntungan diri sendiri” (1 Korintus 13:5)
Hal lain yang tidak dilakukan oleh kasih adalah mencari
keuntungan diri sendiri. Frasa “keuntungan diri sendiri” adalah kata sifat
dalam bahasa Yunani “eautou". Ada beberapa tempat di Alkitab yang
mendorong kita untuk tidak mencari keuntungan diri sendiri. Roma 15:1-3 mengatakan
kepada kita:
Roma 15:1-3
“Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang
tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri [eautou]. Setiap
orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya
untuk membangunnya. Karena Kristus juga tidak mencari kesenangan-Nya sendiri
[eautou], tetapi seperti ada tertulis: "Kata-kata cercaan mereka, yang
mencerca Engkau, telah mengenai aku."
Juga I Korintus 10:23-24
"Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi
bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar,
tetapi bukan segala sesuatu membangun. Jangan seorangpun yang mencari
keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan
orang lain.”
Ketika kita berjalan dalam kasih, kita tidak berusaha
untuk menyenangkan diri kita sendiri atau membuat diri kita menjadi pusat dari
kegiatan kita (individualisme). Sebaliknya, dengan melayani Tuhan kita ingin
menyenangkan sesama dan menjadi berkat bagi orang lain. Itulah yang Yesus
Kristus lakukan. Ia melayani Allah dalam kasih dan Ia tidak mencari kesenangan
diri-Nya sendiri. Itulah sebabnya Ia juga rela disalib. Sebagaimana Filipi
2:7-11 katakan kepada kita:
Filipi 2:7-11
“melainkan [Yesus] telah mengosongkan diri-Nya sendiri
[eautou], dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat
sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya [sebagai
akibatnya] Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di
atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di
langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah
mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!”
Yesus, oleh karena kasih-Nya kepada kita, telah
mengosongkan diri-Nya dan mati di kayu salib untuk kita. Tetapi apakah yang
dilakukan-Nya itu adalah suatu kesia-siaan atau sesuatu yang berakhir hanya
pada kematian-Nya? TIDAK. Sebaliknya, karena Dia melakukannya, Allah
MENINGGIKAN Dia. Demikian pula, bila kita mengasihi, kita mengesampingkan
kepentingan pribadi kita, kepentingan diri sendiri, dan memusatkan prioritas
serta perhatian kita kepada Allah dan saudara- saudari kita di dalam tubuh
Kristus. Saya perlu mengklarifikasi di sini bahwa yang saya katakan tentang
“kepentingan pribadi” di sini bukan tentang kewajiban pribadi kita, atau
hal-hal yang harus kita lakukan sebagai bagian dari hidup kita. Sebaliknya,
saya lebih berbicara tentang menghabiskan waktu untuk melakukan hal-hal
kedagingan yang tidak memuliakan Allah dan hanya untuk memuaskan manusia lama
kita.
Dengan memberikan perhatian penuh kita kepada Tuhan dan
umat-Nya, hasilnya adalah upah berkali lipat yang akan kita terima di sini dan
di sorga. Sebagaimana Kristus katakan dalam Yohanes 12:25-26:
Yohanes 12:25-26
“Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.”
“Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.”
Juga Markus 10:29-30
“Jawab Yesus: "Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil
meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya
atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang PADA MASA INI
juga akan menerima kembali SERATUS KALI LIPAT: rumah, saudara laki-laki,
saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan,
DAN PADA ZAMAN YANG AKAN DATANG ia akan menerima hidup yang kekal.”
Apakah Anda pernah mendengar ada investasi lain di dunia
ini yang dapat membuat Anda menerima “SERATUS KALI LIPAT PADA MASA INI”? Saya
tidak pernah mendengarnya! Dan yang pasti, tidak ada satu pun dari mereka yang
dapat memberikan hidup kekal di masa yang akan datang!
Viii) “Kasih tidak pemarah”(1 Korintus 13:5)
Kata yang diterjemahkan “pemarah” di sini adalah kata
kerja bahasa Yunani “paroxuno” yang secara harfiah bermakna “mempertajam dengan
cara menggosok di atas permukaan benda, menajamkan, mengasah, menghasut,
menggusarkan”. Bentuk kata benda dari kata itu adalah “paroxusmos” yang darinya
kata “paroxysm” (serangan tiba-tiba) dalam bahasa Inggris berasal. Jelaslah
bahwa provokasi dan kemarahan tidak dapat berjalan berdampingan dengan kasih
yang jujur, karena keduanya berlawanan.
Ix) “Kasih tidak menyimpan kesalahan orang lain” (1
Korintus 13:5)
Kata “menyimpan” di sini adalah kata kerja bahasa Yunani
“logizomai” yang berarti “memperhitungkan”. Secara harfiah kata tersebut
berarti “memperhitungkan segala sesuatu dalam pikiran seseorang, menghitung,
memusatkan pikiran dalam perhitungan dan kalkulasi3". Terjemahan dalam Alkitab Bahasa Indonesia
cukup akurat yakni “kasih tidak menyimpan kesalahan orang lain” atau dengan
kata lain kasih dengan cepat dan permanen melupakan kesalahan orang lain.
Terkadang orang-orang di dunia ini bekerja bertahun-tahun merencanakan
bagaimana caranya agar dapat membalas dendam kepada seseorang yang telah
melukai mereka. Namun, bila kita berjalan di dalam natur kita yang baru, bila
kita berjalan dalam kasih, kita tidak boleh menyimpan kesalahan orang lain
tetapi melupakannya.
X) “Kasih tidak bersukacita karena ketidakadilan tetapi
karena kebenaran” (1 Korintus 13:6)
Kata “ketidakadilan” adalah kata Yunani “adikia”.
Artinya adalah: “apa yang tidak selaras dengan yang benar, apa yang tidak
seharusnya; apa yang tidak seharusnya berdasarkan kebenaran yang telah
terungkap; sehingga artinya adalah kesalahan, ketidakbenaran.” Segala sesuatu
yang bertentangan dengan kebenaran adalah ketidakbenaran. Dan berdasarkan
Yohanes 17:17, kita tahu bahwa kebenaran adalah Firman Allah, jadi apa pun yang
bertentangan dengan Firman Allah adalah “adikia”, ketidakbenaran. Dengan
demikian menurut bagian Firman Allah ini, kasih bersukacita karena kebenaran,
kasih bersukacita karena Firman Allah, dan kasih tidak bersukacita karena apa
yang bertentangan Firman Allah, yakni ketidakbenaran.
Xi) “Kasih menutupi segala sesuatu” (1 Korintus 13:7)
Kata “menutupi” adalah kata kerja bahasa Yunani “stego”.
Penggunaan khusus kata ini terdapat dalam 1 Korintus 9:12 di mana kita membaca
Paulus dan rekan sepelayanannya, meskipun telah melakukan tanggung jawab yang
besar, lebih memilih untuk tidak menggunakan hak mereka untuk memperoleh
“penghidupan dari pemberitaan Injil” tetapi “menanggung [stego] segala sesuatu,
supaya jangan kami [Paulus dan rekan sepelayanannya] mengadakan rintangan bagi
pemberitaan Injil Kristus.” Mereka menanggung segala sesuatu demi Injil
Kristus, dan mereka melakukannya karena kasih, karena kasih menutupi, atau
menanggung segala sesuatu.
Xii) “Kasih percaya segala sesuatu” (1 Korintus 13:7)
Kata “percaya” adalah kata kerja bahasa Yunani “pisteuo”
yang muncul 246 kali dalam Perjanjian Baru. Percaya secara alkitabiah berarti
percaya pada apa yang telah Allah ungkapkan di dalam Firman-Nya atau melalui
manifestasi roh-Nya4 (namun yang harus yang sepenuhnya sejalan dengan
Firman Allah yang tertulis). Jadi, kasih adalah percaya segala sesuatu yang
Allah katakan baik melalui Firman-Nya dan melalui manifestasi roh.
Xiii) “Kasih mengharapkan segala sesuatu” (1 Korintus
13:7)
Hal lain yang Firman Alah katakan tentang kasih adalah
bahwa kasih itu mengharapkan segala sesuatu. Sekali lagi, frasa “segala
sesuatu” harus dipahami di dalam konteks yang lebih umum dari Firman Allah.
Segala sesuatu di sini adalah segala sesuatu yang Firman Allah katakan. Jadi,
kasih itu mengharapkan segala sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah sebagai
realitas di masa depan, sebagai hal yang kita harapkan. Yang paling jelas dari
hal ini tentu saja kedatangan kembali Tuhan kita Yesus Kristus.
Xiv) Kasih sabar menanggung segala sesuatu (1 Korintus
13:7)
Akhirnya, kita belajar bahwa kasih itu sabar menanggung
“segala sesuatu”. Kata “sabar menanggung” di sini adalah kata kerja “hupomeno”.
Arti kata tersebut mirip dengan arti kata “makrothumeo” (sabar) yang telah kita
pelajari di atas. Perbedaan kedua kata tersebut adalah “hupomeno merujuk pada
respons orang terhadap keadaan, yang menunjukkan ketabahannya dalam menghadapi
kesulitan, sementara makrothumeo merujuk pada respons orang terhadap orang
lain, yang menunjukkan kesabarannya menanggung kesalahan bahkan provokasi orang
lain tanpa berniat membalasnya5". Jadi, kasih itu selain panjang sabar
terhadap orang lain (makrothumeo), juga panjang sabar terhadap keadaan
(hupomeno). Kasih menanti dengan sabar tanpa menjadi lemah tengah kesulitan.
3. Kasih dalam 1 Korintus 13:4-7: Kesimpulan
Sebagai kesimpulan bagian ini, kita melihat bahwa kasih
adalah sebuah produk dari berjalan di dalam natur yang baru, dengan kata lain,
kasih dihasilkan apabila kita mengenakan dan memanfaatkan semua hal yang Firman
Allah katakan tentang siapa kita dan apa yang dapat kita lakukan. Kita juga
telah belajar secara terperinci hal-hal yang dikatakan dalam 1 Koritnus 13:4-7
mengenai kasih. Dalam artikel “Pembahasan tentang Kasih (Bagian II)” kita akan
melanjutkan pembahasan kita tentang topik yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar