Penguraian dalam kitab Ibrani
meneguhkan seruan dalam berbagai hal. Pasal 11 adalah daftar yang terkenal
tentang saksi-saksi iman yang berpuncak pada Kristus dalam psl.12. Topik itu
beralih ke pentingnya menerima didikan Allah sebagai anak. Kemudian, dalam
ayat-ayat sebelum perikop kita (aa.14-17), ada pentingnya tidak menolak
anugerah Allah seperti Esau. Perikop kita memberi alasan untuk seruan itu
(perhatikan kata “sebab” pada awal
a.18).
Dalam bagian ini penulis kembali ke
perbandingan yang dikembangkan dalam pp.3-4 antara Israel dalam
pengembaraan di padang gurun dengan jemaat dalam pengembaraan di dunia.
Peringatan di sana ialah bahwa ada banyak dari mereka yang berbagian dalam
anugerah Allah tetapi tidak sampai pada tujuan yang dijanjikan Allah karena
ketidaktaatan (4:1-3).
Di sini perbandingannya antara titik awalnya
setelah ditebus, masing-masing dilambangkan oleh sebuah gunung. Setelah Israel
dibebaskan dari Mesir mereka berkumpul di gunung Sinai, seperti yang
diceritakan dalam Kel 19. Pemandangan pada saat itu sangat menakutkan,
menegaskan betapa Allah itu kudus sehingga berbahaya bagi umat yang najis
seperti Israel (aa.18-20). Sebaliknya, gunung Sion di sorga
dalam aa.21-24 memberi gambaran yang sangat menyemangatkan. Penulis
menggambarkan kumpulan malaikat yang meriah dan orang-orang benar yang karena
disempurnakan luput dari penghakiman Allah. Semua itu karena Yesus sudah
mengadaan perjanjian baru oleh darah-Nya (a.24; bnd. p.8 & 9:15). Titik
awal kita dalam Kristus adalah penuh harapan.
Jika darah Kristus berbicara, jangan
janji itu ditolak, lebih lagi karena Kristus yang menyampaikannya berasal dari
sorga, bukan dari bumi seperti Musa (a.25). Untuk mendukung itu penulis
mengembangkan suatu implikasi dari kuasa dahsyat Allah. Di gunung Sinai bumi
digoncangkan, tetapi ada janji dalam Hag 2:6 bahwa Allah akan menggoncangkan
bumi dan langit. Ayat itu merujuk pada tujuan Allah untuk menempatkan
bangsa-bangsa di bawah kedaulatan-Nya (Hag 2:7), tetapi penulis Ibrani hanya
mengambil satu aspek, yaitu bahwa dalam janji itu penggoncangan tinggal satu
lagi. Jika tidak ada penggoncangan lagi, maka yang dapat digoncangkan sudah
diubah menjadi tak tergoncangkan (aa.26-27). Artinya bahwa kerajaan yang
dijanjikan adalah mantap, kokoh, sangat layak disyukuri dengan rasa hormat dan
takut (a.28).
Kalimat terakhir mungkin mengagetkan
kita, karena sepertinya kembali ke gambaran gunung Sinai, dari pada gambaran
gugung Sion dsb. Tetapi sebenarnya penulis tidak menyampaikan dua gambaran
Allah yang bertolak belakang. Allah adalah Allah yang dahsyat, hakim semua
orang. Oleh karena itu, ada harapan bahwa Dia dapat menghanguskan semua yang
jahat, bertentangan dengan kehendak Allah (aa.26-27). Gunung Sion lebih
menjanjikan bukan karena keadilan Allah diganti dengan anugerah-Nya, melainkan
karena dalam Kristus keadilan dan anugerah-Nya berjumpa. Orang-orang benar
disempurnakan dalam darah Kristus sehingga dapat berdiri di hadapan Sang Hakim
(aa.23-24).
Jadi, jika
pada dasarnya penulis mau supaya pembaca tetap berpegang pada Kristus, dalam
a.28 kita melihat respons yang diperlukan oleh yang berpegang. Intinya
bersyukur. Kita bersyukur karena Kristus sudah membawa kita kepada tempat yang
menyemangatkan; kita sudah dianggap sebagai umat Allah yang berada di sorga
memuji Dia. Kita juga bersyukur karena tujuan kita adalah kerajaan yang kokoh,
tak tergoncangkan. Bersyukur adalah cara beribadah yang berkenan. Dengan
bersyukur kita menghormati Allah dan menunjukkan bahwa kita kagum atas semua
yang Dia lakukan.
TANGGUNG JAWAB YANG BERAT; Murka Allah sangat
mengerikan pemandangan itu, sehingga Musa berkata: "Aku sangat ketakutan
dan sangat gemetar."
Tetapi kamu
sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan
kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah/atau GEREJA/SORGA;
· anak-anak
sulung, yang namanya terdaftar di sorga
· Allah,
yang menghakimi semua orang,
· roh-roh
orang-orang benar yang telah menjadi sempurna,
· Tuhan
Yesus, Pengantara perjanjian baru”
jangan
menolak Dia, yang berfirman atau berpaling dari Dia yang berbicara
dari sorga?
· Waktu
itu suara-Nya menggoncangkan bumi, tetapi sekarang Ia memberikan janji:
"Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan
langit juga."
· Artinya
akan ada perubahan pada apa yang dapat digoncangkan, karena ia
dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan/kekekalan.
Untuk
menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita
· mengucap syukur
· dan beribadah kepada Allah menurut cara
yang berkenan kepada-Nya,
· dengan hormat dan takut.
Sebab Allah
kita adalah api yang menghanguskan.
RAHASIA
BESAR ; JIKA KITA MENGHORMATI TUHAN YESUS, AKAN ADA KUASA MUJIZAT YANG TERJADI
DALAM HIDUP KITA. CAMKAN ITU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar