I.
Pendahuluan
Nats ini merupakan sumber Alkitabiah dari
Sepuluh Hukum yang diberikan Allah kepada Musa di gunung Sinai, tiga bulan
setelah bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir. Hukum ini diberikan kepada
bangsa Israel agar bangsa tersebut dapat berkaca dan melihat apakah sikap
mereka telah sejalan dengan kehendak Allah. Andaikata hukum tersebut tidak ada
maka hidup manusia akan semakin kacau. 'Hukum Taurat adalah penuntun bagi kita
sampai Kristus datang' (Galatia 3:24). Kita tidak dapat diselamatkan oleh
karena melaksanakan Hukum Taurat, melainkan oleh karena imanlah kita dapat
diselamatkan. Tetapi karena buah dari iman kepada Allahlah maka kita
melaksanakan Hukum Taurat. Hukum yang paling mendasar (basic code) dalam hukum
ilahi bangsa Israel adalah ayat 2-17 yang dinamakan dengan berbagai sebutan,
antara lain "sepuluh hukum", "sepuluh ucapan", dekalog' dan
"sepuluh perintah Allah".
II.
Keterangan:
Ayat
Ayat 1-2: Lalu Allah mengucapkan segala Firman ini, yang berarti bahwa Allah
mengucapkan sebuah ucapan yang sarat dengan aturan teknis (terminus teknikus)
kepada 'ketentuan perjanjian' di Timur Dekat, dan kita dapat membaca pada buku
Ulangan: "Dan la memberitahukan kepadamu perjanjian, yang diperintahkanNya
kepadamu untuk dilakukan, yakni kesepuluh Firman dan la menuliskannya pada dua
loh batu" (Ulangan 4:13), dan dipertegas dengan perkataan 'Akulah Tuhan,
Allahmu, yang membawa engkau keluar', inilah yang merefleksikan struktur
perjanjian kerajaan kontemporer. Perjanjian Kerajaan pada awal perjanjian lama
sering diawali dengan identifikasi (perkenalan) diri sendiri seorang Raja,
melalui prolog historis yang singkat (Bnd Kejadian 15:7). Berdasarkan kepada
identifikasi diri sendiri mengenai Allah, serta prolog historis singkat yang
menerangkan bahwa Allah sendirilah yang mengeluarkan bangsa Israel, sehingga
ditekankan kembali di dalam perintahNya harus dilaksanakan/dilakukan dengan
cara melaksanakan perintah Allah (selaku patron/patokan perjanjian kerajaan),
sehingga diakui bahwa Allah adalah raja di tengah-tengah bangsa Israel, dan
sebagai kesaksian bahwa bangsa Israel adalah bangsa Allah. Selaku bangsa Allah
maka setiap orang Israel tanpa terkecuali harus memperlihatkan kepatuhan
(obedience) dan penyerahan diri secara penuh kepadaNya, karena Allah telah
memberikan kepada mereka kasih karunia dan berkat. Bangsa Israel harus yakin
kepada kedaulatan Allah yang akan menemani bangsa Israel secara berkelanjutan
(continuing care). Ayat 3-6: "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku"
(You shall have no other gods before me) bertujuan untuk menekankan agar tidak
ada lagi 'allah' yang lain (secara nyata atau secara imajinasi) yang akan
menjadi tandingan/saingan Tuhan Allah yang penuh dengan kasih karunia di hati
dan pikiran bangsa Israel, agar mereka juga tidak mendua hati. Karena pada
awalnya agama bangsa Israel telah ditekankan agar 'Monotheisme' (bukan
polytheisme). Satu Tuhan, jangan ada lagi tuhan yang lain. Rasul Paulus juga
menekankan mengenai kesatuan kepada Allah: "namun bagi kita hanya ada satu
Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk
Dia kita hidup" (I Korintus 8:6). Dan Allah juga memerintahkan untuk tidak
membuat patung yang menyerupai apapun yang ada di langit atas, atau yang ada di
bumi di bawah atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Seperti yang kita
ketahui, Tuhan Allah bukan yang berbentuk 'visible' (dapat dilihat mata), oleh
karena itu bangsa Israel menentang setiap patung atau penyembahan yang
bertujuan memperlihatkan bentuk Allah dan itu merupakan sebuah dosa. Oleh
karena itu, sebuah dosa apabila ada yang menyembah allah lain, serta yang
membuat patung penyembahan meniru allah lain (Ulangan 4:19+23-28). Konsekuensi
dari hukum ke dua memperlihatkan kepada bangsa Israel bahwa Allah adalah Allah
yang pencemburu yang akan membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya,
kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku.
Allah tidak suka memiliki saingan atau menyembah Dia dengan setengah hati,
melainkan harus dengan sepenuh hati dan pikiran untuk menyembah Dia. Sebenarnya
sikap 'cemburu' dan 'membalaskan' merupakan bagian dari kasih Allah karena:
a. Allah mau meminta ketaatan yang khusus dari manusia yang hanya
kepadaNya (Ulangan 4:24) b. Dia akan mengiring semua manusia yang melawan
kepadaNya ke dalam penghukuman (1 Raja-raja 14:22) c. Allah selalu setia
melindungi bangsaNya (2 Raja-raja 19:31) Siapa yang mengingkari janji Allah dan
yang menolak Allah sebagai Raja, berarti membawa hukuman kepada diri sendiri
dan kepada seluruh keturunan keluarganya. Kita juga dapat melihat bagaimana
Yosua bersama-sama bangsa Israel disuruh Allah untuk menghukum orang Israel
yang melawan Allah bersama bangsa Kanani yang berada di sekitar Israel.
Biasanya keturunan atau keluarga orang Israel dihitung sampai kepada keturunan
ketiga. Ayat 7: Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan. Dalam
alkitab bahasa Inggris (NIV) tertulis "misuse the name of the lord"
yang berarti salah mempergunakan nama Tuhan dilarang diperintah Allah, misalnya
memakai nama Tuhan untuk ingkar janji kepada sesama manusia, berbohong untuk
menunjukkan kebenarannya, memakai nama Tuhan untuk mengutuk atau memakai
formula magis dengan nama Tuhan. Kita tidak dapat mengendalikan Allah dengan
memakai namaNya (Bnd Imamat 19:12;5; Ulangan 5:11; Yeremia 7:9). Dalam
Perjanjian Baru saat Yesus berkhotbah di bukit, Kristus juga mengelaborasi
mengenai tidak dibenarkannya bersumpah palsu (Matius 5:33-37). Ayat 8-11:
Perintah ini khusus untuk menguduskan hari Sabbat, agar enam hari manusia
bekerja. Dalam ayat inilah pertama sekali istilah 'Sabbat' muncul sebagai hari
perhentian yang harus dikuduskan, walaupun secara prinsipil telah ada dalam
proses penciptaan. Dalam Kejadian 2:3 dikatakan "Lalu Allah memberkati
hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah la berhenti dari
segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuatNya itu". Walaupun istilah
'Sabbat' tidak dipakai dalam ayat tersebut, tetapi di dalam bahasa Ibrani yang
dipakai untuk kata 'berhenti' berasal dari kata benda 'Sabbat'. Keluaran 20:11
ini mengutip setengah dari bagian Kejadian 2:3, tetapi kata 'ketujuh' diganti
menjadi 'Sabbat'. Inilah yang menunjukkan bahwa kata 'Sabbat' sama dengan kata
'Hari yang Ketujuh'. Catatan pertama mengenai kewajiban menguduskan hari Sabbat
adalah yang dilakukan bangsa Israel saat di padang gurun antara Mesir dan Sinai
(Keluaran 16), dan dalam Nehemia 9:13-14 hari Sabbat bukanlah sebuah perjanjian
yang bersifat 'obligatoris' sampai kepada penerimaan Hukum Taurat di gunung
Sinai. Bangsa Israel disuruh untuk menguduskan hari Sabbat, bukan mau
mengatakan bahwa hari ketujuh lebih kudus dari diriNya sendiri. Tetapi
kekudusannya karena kehadiran Allah di dalam hari tersebut. Kekudusan Sabbat
berarti: memakai hari yang ketujuh sebagai hari khusus untuk memuji Allah.
Karena hari ketujuh berbeda dengan hari-hari yang lain (hari-hari kerja), maka
Allah memerintahkan untuk tidak melaksanakan pekerjaan apapun pada hari itu
karena: a. Allah berhenti pada hari yang ketujuh setelah la selesai
menciptakan, oleh karena itu bangsa Israel harus melaksanakan 'kerja -
istirahat' yang sama. b.Bangsa Israel haruslah berhenti pada hari Sabbat, dan
para pekerja/pesuruh/budak dapat juga berpartisipasi pada hari Sabbat, karena
Allah juga telah membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir (Ulangan 5:14-15). Sabbat sebagai tanda
(sign) akan perjanjian Allah kepada bangsaNya di gunung Sinai (31:12-17). Ayat
12: Hormatilah ayahmu dan ibumu (honor
your father and your mother), yang mau dikatakan di ayat ini adalah agar
semua orang menghormati ayahnya dan ibunya, seperti yang diperintahkan dalam
Imamat 19:3, dan ditekankan kembali "Apabila ada seorang yang mengutuki
ayahnya atau ibunya, pastilah ia dihukum mati; ia telah mengutuki ayahnya atau
ibunya, maka darahnya tertimpa kepadanya sendiri" (Imamat 20:9). Seperti itulah pentingnya untuk menghormati orangtua
di tengah-tengah komunitas bangsa Israel dalam Perjanjian Lama, bahkan sampai
dikatakan siapa yang tidak mau mendengarkan pengajaran orang tuanya, maka dia
akan ditangkap oleh ayahnya dan ibunya serta membawanya kehadapan para pemuka
agama serta kepada tetua kampung. Dan semua laki-laki akan melempari dia dengan
batu sampai mati (Ulangan 21:18-21). Namun dalam Perjanjian Baru tidaklah seperti
itu beratnya hukuman secara fisik, tetapi Rasul Paulus mengatakan "Hai
anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian"
(Efesus 6:1). Ada sebuah janji di dalam perintah Allah ini yaitu supaya lanjut
umurmu di tanah yang berikan Tuhan Allah kepada bangsa Israel. Janji ini
diekspresikan ketika bangsa Israel meneruskan perjalanan dari Sinai menuju ke
tanah Kanaan melewati sisa perjalanan mereka di padang gurun. Ayat 13-17: Dalam
ayat ini, diuraikan kembali panggilan agar tidak membunuh, berzinah, mencuri,
bersaksi dusta, dan mengingini rumah sesama. Agar bangsa Israel tidak membunuh
apabila tidak ada alasan yang kuat untuk melakukannya (bnd Matius 5:21-26).
Dikatakan disini jangan berzinah, merupakan dosa kepada Allah dan kepada hubungan
rumah tangga (Matius 5:27-30). Jangan mencuri, maksudnya adalah agar didalam
kerendahan hatiiah orang memakai apa yang diberikan Allah kepadanya, jangan
memakan yang bukan bagian kita. Dikatakan juga jangan bersaksi dusta, berarti
mengajari manusia untuk selalu mengatakan yang benar. Jangan mengingini rumah
sesamamu, agar tidak ada didalam hati seseorang sebuah motivasi yang jahat
untuk merampas sesuatu yang diinginkannya (Matius 15:19). Melanggar perintah
Allah di dalam hati juga sama dengan melawan secara fisik (Matius 5:21-30).
III.
Aplikasi
Khotbah/ Bahan Renungan 1.Yang harus kita mengerti dan kita renungkan dari
khotbah Evangelium ini adalah masalah ketaatan kepada Allah yang penuh dengan
kasih karunia. Jangan sampai mendua hati untuk menyembah kepadaNya, jangan ada
dari kita warga jemaat yang masih mau menyembah arwah-arwah dari nenek moyang
kita yang telah meninggal, demikian juga jangan lagi ada yang menjadi hamba
uang. Saat ini banyak orang menjadi penyembah harta, seakan-akan harta adalah
segala-galanya di dalam kehidupannya. Inilah yang menjadi tugas kita untuk
memberitakan firman Tuhan kepada orang yang telah mendua hatinya, agar imannya
menjadi murni kembali.Jangan ada lagi dari warga jemaat yang mengatakan
"Orang tua adalah Allah yang terlihat". Pandangan tersebut sama
sekali tidak mempunyai dasar dari firman Tuhan. Tidak mungkin orang tua selaku
manusia digambarkan sebagai Allah yang terlihat di dunia ini, karena hakekat
manusia dan hakekat Allah adalah berbeda. Kita hanya disuruh untuk menghormati
orang tua kita! 2.Jangan sampai kita menganggap orang tua adalah Allah yang
terlihat. Apabila kita menghormati orang tua pada masa-masa hidupnya maka umur
kita akan panjang di dunia ini, tetapi kata 'panjang/lama' disini bukanlah
secara kronologis tetapi juga secara ontologis. 3. Allah mengajari kita
untuk memakai waktu istirahat pada hari 'Sabbat' (Setelah di / Perjanjian Baru
menjadi hari minggu, karena pada Minggu subuh hari kebangkitan Tuhan Yesus dari
kematian). Kita pakailah hari minggu sebagai hari istirahat dari berbagai
pekerjaan, fokuslah kita pada hari minggu untuk memuji Tuhan. Aktifitas di hari
minggu pun haruslah berkaitan dengan memuji dan memuliakan Tuhan, misalnya:
Ibadah di gereja, memberikan penguatan dan penghiburan. 4. Janganlah kita
iri dan dendam kepada sesama manusia, karena iri dan dendam sama dengan yang
membunuh. Dan janganlah kita berzinah serta berbohong/bersaksi dusta serta
mencuri. Mari kita manfaatkan waktu yang diberikan Tuhan Allah kepada kita
untuk mencari dan melaksanakan yang sesuai dengan kehendak Allah. Mari kita
jauhkan sifat rakus dan sikap yang hedonis yang hanya mencari kenikmatan
dunawi. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar