Pendahuluan
Mazmur
119 merupakan mazmur sekaligus pasal yang terpanjang dalam Alkitab. Ditulis setelah
Bait Allah dibangun kembali, sebagai suatu perenungan akan keindahan firman Allah
dan juga keindahan hidup orang-orang yang sedia dituntun oleh firman Allah.
Kerinduan
pemazmur untuk dirinya sendiri tidak lain adalah menjaga hidupnya tetap bersih,
tidak menyimpang dari printah-perintah Tuhan. Dan kerinduan ini bukan hanya menjadi
angan-angan atau moto hidup semata sebagaimana yang juga biasa diucapkan oleh orang-orang
Kristen pada umumnya. Kerinduan ini ditindaklanjuti dengan usaha-usaha untuk menggapainya,
yaitu dengan mencari Tuhan melalui firmanNya. Merobah sikap dan mental akan mengarahkan
kita kepada tuntutan hidup sesuai firmanNya.
Reformasi
adalah perjuangan yang harus terus dikerjakan oleh umat Tuhan. Reformasi
artinya kembali ke formasi (bentuk semula). Manusia pertama diciptakan serupa
dan segambar dengan Allah, sempurna memiliki akal dan pikiran sehingga layak
menjadi mitra Tuhan untuk menjaga keselarasan hidup di dunia ini. Setelah
manusia jatuh kedalam dosa keserupaan dan kesegambaran manusia dengan Allah itu
telah ternoda, tercoreng, kabur (buram) bahkan gelap sama sekali, hampir tidak
kelihatan lagi sifat-sifat ilahi dalam kehidupan manusia, sehingga muncullah
istilah “homo homini lupus = manusia menjadi serigala atas sesamanya, ada
pendapat yang mengatakan bahwa manusia adalah hewan bercelana, artinya hanya
“celana” yang membedakan manusia dengan ciptaan yang
lain...ironis....menyedikan
Kebobrokan
moral membuat hidup menjadi kacau, kejam dan sadis....mengerikan. Tepat sekali
Presiden Ri Joko Widodo menetapkan Revolusi Mental menjadi lokomotif
pemerintahannya. Revolusi Mental adalah terapi dari seluruh masalah yang sedang
melanda kehidupan manusia. Permasalahannya adalah bagaimana kita memulai
revolusi mental yang telah rusak ini ? cukupkah dengan rajin beribadah ?
cukupkah hanya dengan berteriak....revolusi mental....revolusi mental dengan
sedirinya mental kita berubah..?”
Saya
percaya bahwa kita rindu akan perubahan yang signifikan dalam diri , keluarga,
gereja dan bangsa kita. Kita rindu akan kehidupan yang tentram dan damai, diwajah
setiap insan kembali memancarkan “rupa dan gambar “ Allah, yang penuh kasih,
bertanggung jawab, memiliki daya kreatifitas untuk membangun kehidupan menjadi
“lebih baik”. Dibawah ini pemazmur memberikan tips untuk mrevolusi mental yang
telah rusak
Pendalaman
Nats
(1)
Mempertahankan Kelakuan Tetap Bersih (ay.9)
Hidup benar
(bersih) ditengah-tengah angkatan yang jahat memang sangat sulit dan berat,
karena hidup di dunia ini tidak terlepas dari pengaruh lingkungan. Hidup
ditengah masyarakat yang beraneka ragam, nilai kebenaran itu sendiri “nisbi”apa
yang kita anggap benar belum tentu benar di mata orang lain dan apa yang
dianggap benar oleh orang belum tentu itu benar menurut kita, sehingga nilai
kebenaran itu tidak mutlak tetapi tergantung siapa. Bagi segelintir orang
korupsi itu benar karena banyak orang melakukannya.... tapi bagi sebagian orang
korupsi itu satu momok yang harus di berantas,.. bagi sebagian orang tidak ke
gereja itu juga suatu yang benar (buktinya mereka tidak ke gereja, kalau mereka
anggap tidak ke gereja itu salah pasti mereka datang ke gereja). Dalam hal ini
pemazmur memberikan satu nilai kebenaran adalah “Sesuai Dengan Firman Tuhan”
kalau boleh saya meringkaskan isi Firman Tuhan itu adalah “mengasihi Tuhan
Allah dengan segenap hati dan mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri kita
sendiri”,. Firman Tuhan itu dapat di ilustrasikan dengan salib. Salib adalah
pertemuan antara kayu vertikal dan kayu yang horizontal yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena begitu di pisahkan itu bukan lagi
salib namanya. Demikian juga antara mengasihi Tuhan dengan mengasihi sesama
manusia tidak dapat dipisahkan, karena tidak mungkin kita mengasihi Tuhan tanpa
mengasihi sesama manusia. Untuk mempraktekkan kasih ini menjadi tanggung jawab
kita, itulah salib yang harus kita pikul setiap saat. Walaupun sebagian orang
menganggap “salib” itu ketinggalan zaman, tidak relevan lagi ditengah kehidupan
yang sarat dengan persaingan, sulitnya mendapatkan peluang kehidupan “jangankan
uang halal uang haram pun sulit mendapatkannya” sehingga uang haram pun
dianggap anugerah. Mental seperti ini harus di revolusi. Paulus dalam suratnya
ke Jemaat Roma pasal 12 :2 “ Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,
tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan
manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang
sempurna” Selanjutnya surat Paulus yang kedua kepada Timotius di pasal 3:16
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk
menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran.
Langkah
pertama untuk melakukan revolusi mental adalah setiap orang harus
mempertahankan kelakuannya tetap bersih yaitu hidup sesuai dengan Firman Tuhan.
(2) Dengan
segenap hati mencari Tuhan
Segenap
hati artinya totalitas, tidak terpecah, focus, konsentrasi penuh, tidak
bercabang, murni, (kudus= tidak campur aduk). Kalau kita berbicara dengan
segenap hati mencari Tuhan, itu artinya tidak ada yang lain selain Tuhan
menjadi tujuan hidup. Apakah benar semua orang yang pergi ke gereja murni
(dengan segenap hati) mencari Tuhan ? karena kalau menurut logika saya, “apa
yang kita cari pasti itu yang kita temukan” orang yang pergi ke pasar di
tengah-tenga begitu banyak barang yang ditawarkan tidak akan semua mereka beli
pasti yang mereka beli adalah sesuai dengan kebutuhan mereka dan logikanya apa
yang mereka butuhkan pasti itu yang mereka cari, tidak akan mungkin seorang ibu
yang pergi kepasar mencari dan membeli bawang sementara stok bawangnya masih
banyak di rumah. Mungkin belakangan ini sering kita dengar “keluhan-keluhan
jemaat, siapa yang berkhotbah....ah Pdt si anu.... ah... enggak
enak...monoton... enggak ada lucu-lucunya....enggak menarik....
Menurut
hemat saya kalau kita sungguh-sungguh datang ke gereja mau mencari Tuhan dengan
segenap hati, setiap pembacaan Firman Tuhan (tanpa di khotbahkan) kita dapat
bertemu dengan Tuhan, ketika kita bernyanyi syair lagu yang kita lantunkan
dapat membawa jiwa kita kepada Tuhan sehingga kita merasakan bertemu dengan
Tuhan.
Marilah
mencari Tuhan dengan segenap hati tanpa dinodai dengan motivasi-motivasi yang
lain, kuburan bukan tujuan menjadi Kristen (karena ada sebagian orang menjadi
Kristen agar nanti mati ada yang mengurus penguburannya), kekayaan bukan
menjadi tujuan datang kehadirat Tuhan (karena ada sebagian jemaat mengikut
Yesus supaya berlimpah hal ini yang diajarkan oleh teologia sukses yang sangat
bertentangan dengan teologia salib)
Sumber
kebahagiaan yang kekal ada di dalam Tuhan, sehingga pemazmur rindu berjalan di
jalan Tuhan tidak sedikitpun menyimpang dari perintah-perintah Tuhan.
(3) Hati
yang menyimpan janji-janji Tuhan
Hati adalah
jendela mata artinya apa yang ada dihatimu akan terpancar dari matamu, kalau
hatimu lagi marah maka matamu akan merah, kalau hatimu lagi bersukacita maka
matamu akan berseri-seri.
Suasana
hati itu sendiri tergantung dari apa yang ada dialamnya jika hati didisi dengan
kebencian maka yang maka seluruh hidup kita akan memancarkan rada kesal, marah,
kebencian. Jika hati kita dipenuhi dengan janji-janji maka akan terpancar suatu
gelora yang membara, semangat yang luar biasa. Sebuah janji pasti membuahkan
pengharapan, jadi hati-hati kalau kita berjanji, karena janji yang kita ucapkan
akan menumbuhkan pengharapan dan ketika pengharapan itu tidak terpenuhi akan
timbul “sakitnya tu di sini di dalam hatiku”
Pamazmur
mengisi hatinya dengan “janji-janji Tuhan”, janji Tuhan yang akan
menyelamatkan, janji Tuhan yang tidak pernah diingkari, karena Tuhan itu penuh
kasih dan setia, dan kuasa apapun tidak mampu membatalkan janji-Nya.
Janji-janji Tuhan yang ada dihatinya membuat dia terus rindu menjalin hubungan
dengan Tuhan memalui perenungan Firman Tuhan (Mzm 119: 97 “betapa kucintai
Taurat-Mu....” biasanya orang yang jatuh cinta...mau makan ingat si dia....mau
tidur ingat si dia...mau mandi ngat si dia.... di dompet ada si dia.... di
kamar ada si dia...” di sisi lain apa yang kita pikirkan hal itu juga yang
terpancar dalam hidup kita.
Mari kita
menyimpan-janji keselamtan, janji kekekalan Tuhan di hati kita sehingga janji
Tuhan itu meberikan pengharapan yang teguh di hati kita, dan pengharapan itu
akan memampukan kita mengalahkan tantangan dan cobaan serta godaan yang
menggiurkan sekali pun, sehingga kita tetap suci walaupun didalam debu
(4)
Menceritakan Firman Tuhan
Surat
Paulus kepada Timotius, dalam 1 Timotius 4:16 “ Awasilah dirimu sendiri dan
awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat
demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar
engkau”, kelemahan kita sebagai orang Kristen adalah kurangnya dalam
menceritakan Firman Tuhan, itu kelihatan dalam kebaktian rumah tangga dan juga
PA, begitu diberikan kesempatan untuk bersaksi semuanya tertunduk.... bahkan ada
yang toel kiri dan kanan.... yang mau bersaksi orangnya hanya itu-itu saja.
Satu
prinsip yang harus kita pegang “pada akhirnya akan menjadi hakim pada dirinya
sendiri” walaupun saat ini masih banyak orang hanya banyak berbicara tanpa
bukti tetapi akhirnya kata-kata yang diucapkan itu akan terus terngiang di
telinga dan berbisik di hatinya, akan timbul perasaan malu sendiri jika
perkataannya tidak sesuai dengan prilakunya. Hal inilah yang membuat pemazmur
selalau rindu menceritakan hukum Tuhan yang dia ucapkan, karena
ucapan-ucapannya itu akan menjadi pagar/rel menjaga dia tetap berjalan dalam
undang-undang Tuhan.
Marilah
kita memperkatakan Firman Tuhan sehingga kita juga diproses hidup dalam apa
yang kita perkatakan, Hanya Firmna Tuhan yang terus di perkatakan,
diperdengarkan dapat memperbaharui hati kita....
Jika hati
kita sudah diperbaharui oleh Firman Tuhan....akan terjadi revolusi mental yang
akan membawa perubahan yang radikal dalm hidup ini. Hidup benar di tengah
kehidupan dunia penuh dosa, mungkin dianggap ketinggalan zaman, tidak relevan,
akan ditindas dan dilindas, jangan takut karena Kristus yang tidak memuliakan
diri-Nya sendiri menjadi Imam Besar dimuliakan oleh Dia yang telah berfirman
kepada-Nya “Anakku Engkau” (Bahan Bacaan Ibrani 5:5-10). Amen