I.
Pendahuluan
Zefanya, yang
namanya berarti "Tuhan menyembunyikan," adalah putra dari buyut Raja
Hizkia yang bernubuat selama masa pemerintahaan Yosia (639-609 SM), penguasa
saleh yang terakhir di Yehuda (Zef 1:1). Dengan mengacu kepada Yerusalem
sebagai "tempat ini" (Zef 1:4) dan penggambaran yang tepat dari
topografi dan dosa-dosanya, menunjukkan bahwa dia adalah penduduk ibu kota.
Sebagai keturunan keluarga raja dan kerabat Raja Yosia berarti bahwa ia bisa keluar-masuk
istana kerajaan. Dapat dipahami bahwa nubuat-nubuatnya berfokus pada firman
Tuhan bagi Yehuda dan bangsa-bangsa lainnya.
Zefanya
bernubuat dan menulis untuk memperingatkan Yehuda dan Yerusalem mengenai
datangnya hukuman Allah yang mengancam yang disebut "hari Tuhan yang
hebat" (Zef 1:14). Penerapan jangka pendek nubuat ini ialah bahwa Yehuda
yang murtad akan menerima ganjaran yang sesuai dengan kejahatan mereka,
sebagaimana halnya bangsa-bangsa kafir di sekitar mereka, yang disebut satu per
satu oleh Zefanya. Penerapan jangka panjangnya berkenaan dengan gereja dan
dunia pada akhir sejarah. Zefanya juga menulis untuk membesarkan hati orang
saleh bahwa Allah kelak akan memulihkan umat-Nya; ketika itu Yehuda akan
menyanyikan pujian kepada Allah mereka yang adil, yang tinggal di antara
mereka.
II.
Pembahasan
Ayat 7: Berdiam dirilah di hadapan Tuhan ALLAH! Bangsa ini telah
murtad sampai pada titik di mana mereka tidak dapat kembali lagi. Penghukuman
sekarang tidak dapat dielakkan. Seruan mereka yang sia-sia mengingatkan pada generasi yang binasa dalam Air Bah
ketika pintu bahtera tertutup. Mereka telah menolak untuk mempersembahkan
kurban bakaran kepada Tuhan; sekarang mereka sendiri yang akan menjadi kurban
persembahan itu. Kurban itu ialah segala sesuatu yang akan dihukum dan yang
dianggap sebagai kurban, yang diadakan Jahwe sendiri. Ia menyediakan pula
jamuan kurban para undanganNya, yang harus ditahirkan untuk ikut serta dalam
ibadah itu dan undanga-undangan Jahwe
itu adalah musu-musuh, yang akan melaksanakan hukuman Allah itu.. Hari Tuhan
adalah hari penghakiman, sebagaimana ditulis dalam Amos 5:18. Para undangan adalah
musuh-musuh Yehuda, dan korban adalah Yehuda.
Ayat 12-13: Beberapa orang
Yehuda memiliki pandangan deistik (pandangan bahwa Allah tidak terlibat secara
aktif dalam kehidupan sehari-hari manusia); mereka percaya Allah tidak akan
menghukum dosa umat-Nya. Namun Orang
yang mempunyai sikap ini akan menemukan pada hari penghakiman bahwa Allah
sungguh minta pertanggungjawaban atas dosa-dosa yang mereka tidak mau
tinggalkan. dan manusia juga perlu tahu
bahwa Allah bukan menjauhkan diri atau tidak terlibat dalam kehidupan manusia;
Ia akan memberikan upah kepada orang yang mencari Dia dan menghukum orang yang
berbalik dari Dia dan mengikut kejahatan (lih. Rom 2:5-11).
Dalam kitab
Zefanya Tuhan melalui nabiNya mengingatkan hari kedatanganNya sebagai hukuman
bagi mereka yang terus menerus hidup dalam dosa. Mereka hidup dalam dosa yang
bertumpuk-tumpuk, mengental seperti anggur di atas endapannya. Mereka merasakan
bahwa Tuhan acuh tak acuh terhadap apa yang mereka lakukan, Tuhan tidak
berbahaya dan lepas tangan terhadap mereka. Dan ini adalah sikap hidup yang
keliru dalam menantikan kedatanganNya.
Ayat 14-18: Sudah dekat hari
Tuhan, yaitu hari penghakiman Allah akan manusia. Hari Tuhan itu yang akan
datang dan umat manusia harus bersiap menyambut kedatangan hari Tuhan itu ,
Zefanya menggambarkan bahwa hari Tuhan itu pahit, bahkan sampai membuat
pahlawan menangis, sementara Paulus memberikan gambaran pentingnya
berjaga-jaga.
Kedatangan Tuhan
Yesus kembali adalah sebuah kebenaran dan janji Tuhan yang pasti digenapi,
meskipun kita tidak tahu kapan dan saatnya. Dan memang bukan persoalan kita
untuk menghitung menit, jam, dan hari kedatanganNya, melainkan sikap yang dituntut
dari manusia adalah meningkatkan spiritualitas kita dengan jalan meninggalkan
dosa-dosa kita dan menjalani panggilan hidup kita dengan sebaik-baiknya.
Dalam “Matius 25:14-30” sebagai bagian dari Kotbah
Yesus tentang akhir zaman, kita diingatkan tentang sikap hidup yang semestinya
kita miliki dalam menantikan kedatanganNya kembali, yaitu setia memakai setiap
talenta yang telah Tuhan karuniakan bagi setiap anak-anakNya dengan setia, maksimal
dan bertanggungjawab. Namun, meskipun ini adalah kehendak Tuhan bagi kita,
tetapi realitanya orang-orang meresponi kehendak Tuhan ini dengan beragam
tanggapan. Ada yang meresponi kehendak Tuhan ini dengan baik sehingga
mendapatkan pujian dan promosi dari Tuannya, sebaliknya ada yang mengabaikan,
mensia-siakan talenta yang dipercayakan kepadanya sehingga mendapatkan hukuman
dari Tuannya. Pertanyaannya adalah yang mana yang menggambarkan sikap dan
respon kita dalam menantikan kedatangan Tuhan kembali.
III.
Renungan
Saudara/i, Hari
Tuhan menggambarkan tentang kedatangan Tuhan di dunia ini. Hari itu adalah hari
penghukuman. Tuhan akan menghukum siapa saja yang melakukan kejahatan,
kekerasan dan penipuan. Pada hari Tuhan itu, ratapan terdengar di mana-mana. Suasana
semakin mencekam manakala kota dan pemukiman digeledah untuk menemukan
pelaku-pelaku kejahatan. Hari Tuhan juga pahit dan kelam, jauh dari suasana
gembira dan semarak. Darah tercurah dan tidak ada keselamatan. Emas dan perak
tidak berguna untuk membeli keamanan apalagi kenyamanan.
Pemberitaan
tentang hari Tuhan perlu dilakukan saat ini. Orang-orang masa kini sering
terlena dengan gaya hidup yang serba nikmat dan serba mudah. Kejahatan pun
makin marak dan kualitasnya semakin meninggi. Orang-orang hidup menurut
nilai-nilai yang mereka anut sendiri. Tuhan tak menentukan apa-apa. Dia bahkan
disebut “tidak berbuat baik dan tidak berbuat jahat”, karena itu orang-orang
juga hidup semaunya, nyaman dengan perbuatan masing-masing.
Pemberitaan
tentang hari Tuhan seperti diberitakan oleh Zefanya masih tetap relevan untuk
disuarakan. Satu ketika ia akan terjadi. Sudah dekat hari Tuhan dan datang
dengan cepat sekali. Ini mengingatkan kita untuk tidak terlena dengan kesibukan
kita masing-masing, apalagi dengan gaya hidup yang bertentangan dengan kehendak
Tuhan. Tuhan akan melakukan pembalasan sebab mereka telah berdosa kepada Tuhan.
Kita hanya akan terhindar apabila kita mau bertobat, meninggalkan kebiasaan
hidup kita selama ini, mencari Tuhan dan hidup dalam kerendahan hati. Tak perlu
bertanya kapan itu akan tiba. Yang perlu adalah berjaga-jaga menyambut hari
Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar